Sebentar lagi umat Muslim di seluruh dunia akan kedatangan Tahun Baru Islam. Hal ini menandakan datangnya bulan pertama dalam kalender Hijriah, yaitu Bulan Muharram.
Bagi masyarakat Jawa, bulan ini juga dikenal dengan sebutan Bulan Suro. Bulan Muharram diwarnai dengan berbagai tradisi dan ritual keagamaan. Namun di sisi lain, muncul pula anggapan bahwa pada bulan ini, bepergian atau melakukan kegiatan tertentu adalah pantang dan membawa sial.
Pertanyaan pun muncul, benarkah Bulan Muharram atau Suro melarang bepergian? Adakah dasar agama atau budaya yang mendukung anggapan ini?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapan Bulan Muharram 2024?
Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah. Umat Islam di seluruh dunia tengah bersiap menyambut Tahun Baru Islam.
Di momen istimewa ini, pertanyaan "Kapan 1 Muharram 2024?" pun menjadi hal yang banyak dicari dan ditunggu-tunggu.
Berdasarkan Kalender Hijriah 2024 yang dirilis oleh Kementerian Agama RI,Tahun Baru Islam atau tanggal 1 Muharram akan jatuh pada hari Minggu, 7 Juli 2024. Tanggal ini menandai dimulainya tahun baru 1446 Hijriah.
Perayaan Tahun Baru Islam biasanya diisi dengan berbagai aktivitas keagamaan, seperti berdoa, berdzikir, dan mengikuti pengajian. Banyak masjid yang menyelenggarakan acara khusus untuk menyambut datangnya 1 Muharram, dan umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amalan baik di bulan ini.
Bagaimana Pandangan Islam tentang Bepergian di Bulan Muharram?
Menurut jurnal dari UIN Raden Intan Lampung berjudul Tradisi Upacara Satu Suro Dalam Perspektif Islam oleh Isdiana, bulan Suro sering dihubungkan dengan kepercayaan mistis dan dianggap sebagai bulan yang sial, yang bisa membawa bencana.
Banyak orang beranggapan secara berlebihan dan tidak masuk akal terhadap bulan ini. Misalnya dengan mengaitkannya dengan banyaknya kecelakaan, larangan menyelenggarakan pernikahan, pesta, atau bahkan keluar rumah dan bepergian jauh.
Pemahaman seperti ini sudah sangat umum di kalangan masyarakat Jawa. Namun, dalam penelitian ini dijelaskan bahwa bulan Muharram atau Suro sejatinya merupakan bulan yang dimuliakan dalam Islam.
Umat Islam seharusnya dapat menyikapi bulan Suro atau Muharram dengan bijaksana, dengan cara meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Seperti dengan melaksanakan puasa Asyura yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Dengan demikian, umat Islam diharapkan tidak terpengaruh oleh pandangan negatif yang beredar di masyarakat mengenai bulan Suro atau Muharram. Dalam Islam, sikap tersebut tidaklah sesuai karena menganggap sial suatu waktu tertentu adalah tidak benar.
Selama ini, kita mengetahui bahwa mencela waktu adalah kebiasaan orang-orang musyrik. Mereka menyatakan bahwa yang merugikan dan mencelakakan adalah waktu.
Allah pun mencela perbuatan ini. Allah Ta'ala berfirman,
وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ وَمَا لَهُمْ بِذَلِكَ مِنْ عِلْمٍ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ
"Dan mereka berkata: 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa (waktu)', dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja." (QS. Al Jasiyah ayat 24)
Mencela waktu merupakan perbuatan yang tidak disukai oleh Allah. Perilaku ini adalah ciri dari orang-orang musyrik dan merupakan sebuah kebiasaan yang buruk. Maka dari itu, kita perlu menghindari perbuatan ini.
(hnh/lus)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi