Lafadz takbiran Idul Adha menjadi salah satu amalan untuk menghidupkan waktu sebelum hari Lebaran. Sebagaimana ditetapkan pemerintah, Idul Adha di Indonesia akan jatuh pada Senin, 17 Juni 2024.
Di Indonesia, pawai keliling untuk mengumandangkan takbir pada malam Lebaran menjadi tradisi yang dekat di kalangan muslimnya. Pawai tersebut biasanya dimeriahkan pula dengan alat musik gendang, rebana, hingga bedug.
Lantas, bagaimana bacaan takbiran Idul Adha selengkapnya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lafadz Takbiran Idul Adha Panjang dan Pendek
1. Takbir Idul Adha Panjang
للهُ اكبَرْ, اللهُ اكبَرْ اللهُ اكبَرْ لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُوَِللهِ الحَمْد
Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahilhamd
Artinya: "Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar. Tidak ada tuhan melainkan Allah, dan Allah maha besar, Allah maha besar dan segala puji bagi Allah."
2. Takbir Idul Adha Pendek
Teks takbiran Idul Adha tersebut dapat dipersingkat lagi bacaannya menjadi bacaan berikut:
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا
Allahu Akbar, Allahu Akbar, kabiran.
Artinya: "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dengan kebesaran-Nya."
Bacaan Dzikir Takbiran Idul Adha
Bacaan dzikir dalam takbiran Idul Adha juga mencakup lafal takbiran tersebut. Berikut bacaannya.
للهُ اكبَرْ, اللهُ اكبَرْ اللهُ اكبَرْ لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُوَِللهِ الحَمْد
اللهُ اكبَرْ كبيْرًا والحَمدُ للهِ كثِيرًا وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا، لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الاإيّاه، مُخلِصِينَ لَه الدّ يْن، وَلَو كَرِهَ الكَا فِرُون، وَلَو كرِهَ المُنَافِقوْن، وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن، لاالهَ اِلا اللهَ وَحدَه، صَدَق ُوَعْدَه، وَنَصَرَ عبْدَه، وَأعَزّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَاحْدَه، لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر، اللهُ اكبَرُ وَِللهِ الحَمْ
Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahilhamd
Allaahu akbar kabiiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wasubhaanallaahi bukrataw wa ashillaa. Laailaaha illallallahu walaa na'budu illaa iyyaahu. Mukhlishiina lahuddiin walau karihal kaafiruun. Walau karihal munafiqun. Walau karihal musyrikuun. Laailaahaillallaahu wahdah, shadaqa wa'dah, wanashara 'abdah wa a'azza jundah, wahazamal ahzaaba wahdah. Laailaahaillallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahilhamd.
Artinya: "Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar. Tidak ada tuhan melainkan Allah, dan Allah maha besar, Allah maha besar dan segala puji bagi Allah.
Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-sebanyak puji, dan Maha suci Allah sepanjang pagi dan sore. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya dengan memurnikan agama Islam, meskipun orang-orang kafir, orang-orang munafik, orang-orang musyrik membencinya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dengan keesaan-Nya, Dia zat yang menepati janji, zat yang menolong hamba-Nya dan memuliakan bala tentara-Nya dan menyiksa musuh dengan keesaan-Nya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan segala puji hanya untuk Allah."
Waktu Takbiran Idul Adha
Ada dua jenis takbir hari raya menurut buku Fikih Salat Sunnah oleh Ali Musthafa Siregar terbagi menjadi takbir mursal dan takbir muqayyad. Dua jenis takbir ini dipengaruhi oleh waktu pengamalannya.
1. Takbir Mursal
Takbir mursal adalah takbir yang pengamalannya di luar konteks waktu salat fardhu atau sholat sunnah. Dengan kata lain, takbir mursal bisa diamalkan di mana pun, kapan pun, dan dalam kondisi apa pun.
Waktu pengamalan takbir mursal dimulai sejak terbenamnya matahari pada malam hari raya hingga imam mulai takbiratul ihram saat sholat Id.
2. Takbir Muqayyad
Takbir muqayyad pelaksanaannya lebih menekankan pada waktu sholat fardhu atau sholat sunnah. Takbir ini mulai diamalkan setelah sholat Subuh pada 9 Zulhijah atau hari Arafah yang bertepatan hari ini hingga waktu Ashar pada 13 Zulhijah atau hari tasyrik terakhir.
Perbedaan Takbiran Idul Adha dan Idul Fitri
Pada dasarnya, perkara yang membedakan takbiran Idul Adha dan Idul Fitri adalah waktu pengamalannya. Sementara itu, bacaan untuk takbir pada kedua hari raya tersebut selebihnya sama.
Masih merujuk pada sumber sebelumnya, perbedaan kedua takbir hari raya itu terletak pada penganjurannya. Pada Idul Fitri, takbir yang dianjurkan adalah takbir mursal sehingga dimulai pada malam memasuki 1 Syawal sedangkan pada Idul Adha lebih disunnahkan untuk mengamalkan takbir muqayyad yang dimulai sejak waktu Subuh hari Arafah hingga berakhirnya hari tasyrik.
Keutamaan Takbiran Idul Adha
Selain untuk mengisi waktu untuk menyambut Idul Adha, ada keutamaan lain dari mengamalkan takbir sebelum, saat, dan setelah hari raya. Mengumandangkan takbir disebut sebagai bentuk untuk mengekspresikan rasa syukur kepada Allah SWT.
Keutamaan mengumandangkan takbir telah dijelaskan dalam Al-Quran surat Al-Hajj ayat 28, di mana Allah SWT berfirman:
لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ
Artinya: "Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah (berdzikir) pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir."
Demikianlah penjelasan tentang lafadz takbiran Idul Adha Arab, latin, dan artinya. Semoga bermanfaat!
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana