Sama halnya dengan Hari Raya Idul Fitri, muslim dianjurkan untuk membaca lafadz takbir (takbiran) saat Idul Adha (Id). Namun, benarkah lafadz takbiran Idul Adha berbeda dengan Idul Fitri?
Hukum membaca takbir ketika hari raya Id ialah sunnah. Meski sunnah, ada banyak keberkahan dan pahala di dalamnya. Sebab, mengumandangkan takbir merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas karunia yang diberikan oleh Allah SWT.
Hal ini dijelaskan dalam surah Al Hajj ayat 28, Allah SWT berfirman:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ ٢٨
Artinya: "(Mereka berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan (sebagian lainnya) berilah makan orang yang sengsara lagi fakir."
Perbedaan Takbiran Idul Adha dan Idul Fitri
Mengutip buku Kitab Fikih Shalat 4 Mazhab karya AR Shohibul Ulum, sejatinya takbir dibedakan menjadi dua jenis, yakni ada takbir muqayyad dan takbir mursal.
Takbir muqayyad adalah takbir dikumandangkan setelah melakukan salat, baik salat fardhu maupun salat sunnah. Takbir muqayyad ini lebih dianjurkan untuk dikumandangkan pada Idul Adha.
Waktu takbir muqayyad dimulai sejak masuknya waktu salat Subuh dari Hari Arafah (9 Dzulhijjah) sampai melakukan salat Ashar pada hari tasyrik (13 Dzulhijjah).
Sementara itu, takbir mursal tidak dibatasi dalam membacanya. Takbir ini dapat dibaca setelah melakukan salat sehingga hukum mengumandangkannya adalah sunah dalam setiap waktu baik pada Idul Fitri maupun Idul Adha. Namun, lebih diutamakan pada Idul Fitri.
Waktu takbir mursal dimulai sejak terbenamnya matahari pada malam hari raya sampai imam melafalkan takbiratul ihram untuk melaksanakan salat Id bagi orang yang salat Id dengan berjamaah.
Sementara itu, bila salat Id diamalkan secara munfarid atau sendirian maka batas takbir mursalnya adalah sampai orang tersebut melafalkan takbiratul ihram saat mendirikan salat Id.
Dalam praktiknya, umat Islam dianjurkan membaca takbir mursal pada malam 10 Dzulhijjah sebelum pelaksanaan salat Idul Adha. Kemudian, disunnahkan juga membaca takbir muqayyad yang dimulai sejak hari Arafah (9 Dzulhijjah) dan setelah salat fardhu selama hari tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).
Dengan demikian, yang membedakan takbir Idul Fitri dan Idul Adha hanya terletak pada waktu pelaksanaannya, sementara untuk lafadz takbirnya tetap sama dengan Idul Fitri. Takbir Idul Fitri dibaca sejak malam 1 Syawal sampai esok pagi menjelang salat Id, sedangkan takbir Idul Adha dibaca sejak tanggal 9-13 Dzulhijjah.
Lafadz Takbiran Idul Adha Lengkap Sesuai Sunnah
Berikut bacaan takbir versi pendek yang bisa muslim amalkan saat Idul Adha.
للهُ اكبَرْ, اللهُ اكبَرْ اللهُ اكبَرْ لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُوَِللهِ الحَمْد
Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allahu akbar wa lillaahilhamd.
Artinya: "Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar. Tidak ada tuhan melainkan Allah, dan Allah maha besar. Allah maha besar dan segala puji bagi Allah."
Selain itu, berikut juga bacaan takbir Idul Adha dalam versi panjang:
للهُ اكبَرْ, اللهُ اكبَرْ اللهُ اكبَرْ لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر, اللهُ اكبَرُوَِللهِ الحَمْد
اللهُ اكبَرْ كبيْرًا والحَمدُ للهِ كثِيرًا وَسُبحَانَ اللهِ بُكرَةً واَصِيلا، لااله اِلااللهُ ولانعْبدُ الاإيّاه، مُخلِصِينَ لَه الدّ يْن، وَلَو كَرِهَ الكَا فِرُون، وَلَو كرِهَ المُنَافِقوْن، وَلَوكرِهَ المُشْرِكوْن، لاالهَ اِلا اللهَ وَحدَه، صَدَق ُوَعْدَه، وَنَصَرَ عبْدَه، وَأعَزّجُندَهُ وَهَزَمَ الاحْزَابَ وَاحْدَه، لاالٰهَ اِلاالله وَاللهُ اَكبر، اللهُ اكبَرُ وَِللهِ الحَمْ
Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar. Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahilhamd.
Allaahu akbar kabiiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wasubhaanallaahi bukrataw wa ashillaa. Laailaaha illallallahu walaa na'budu illaa iyyaahu. Mukhlishiina lahuddiin walau karihal kaafiruun. Walau karihal munafiqun. Walau karihal musyrikuun. Laailaahaillallaahu wahdah, shadaqa wa'dah, wanashara 'abdah wa a'azza jundah, wahazamal ahzaaba wahdah. Laailaahaillallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahilhamd.
Artinya: "Allah maha besar Allah maha besar Allah maha besar. Tidak ada tuhan melainkan Allah, dan Allah maha besar. Allah maha besar dan segala puji bagi Allah.
Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-sebanyak puji, dan Maha suci Allah sepanjang pagi dan sore. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya dengan memurnikan agama Islam, meskipun orang-orang kafir, orang-orang munafik, orang-orang musyrik membencinya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dengan ke Esa anNya, Dia zat yang menepati janji, zat yang menolong hamba-Nya dan memuliakan bala tentara-Nya dan menyiksa musuh dengan ke-Esa-anNya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan segala puji hanya untuk Allah."
Hukum Takbiran Idul Adha
Dilansir dari, Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah, hukum mengumandangkan takbiran pada hari raya Idul Adha adalah sunnah. Hal ini berlaku bagi untuk seluruh muslim kecuali jemaah haji karena lebih diutamakan membaca talbiyah yang menjadi syiar keadaan ihram hingga melakukan tahalul.
Di samping itu, menurut Buku Tuntunan Sholat Id terbitan Kemenag Sumsel, takbiran Idul Ada sudah menjadi tradisi yang akrab di lingkungan masyarakat muslim Indonesia. Takbiran dapat dilakukan di masjid, musala, atau rumah masing-masing warga sesuai dengan anjuran dalam Kitab Raudlatut Thalibin.
Keutamaan Takbiran Idul Adha
Keutamaan dari pengamalan takbiran seperti pada Idul Adha salah satunya sebagai pengingat untuk mensyukuri karunia Allah SWT. Hal ini dilandasi dari perintah-Nya dalam surah Al Hajj ayat 28 yang berbunyi,
لِّيَشْهَدُوْا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِيْٓ اَيَّامٍ مَّعْلُوْمٰتٍ عَلٰى مَا رَزَقَهُمْ مِّنْۢ بَهِيْمَةِ الْاَنْعَامِۚ فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْبَاۤىِٕسَ الْفَقِيْرَ ۖ
Artinya: "(Mereka berdatangan) supaya menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. Makanlah sebagian darinya dan (sebagian lainnya) berilah makan orang yang sengsara lagi fakir."
Demikian informasi mengenai takbiran Idul Adha hingga perbedaannya dengan Idul Fitri. Semoga bermanfaat.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
Laki-laki yang Tidak Sholat Jumat, Bagaimana Hukumnya?