Penaklukan Semenanjung Andalusia menjadi awal perkembangan Islam di Eropa. Kondisi sosial masyarakat setempat pada waktu itu terbelakang dan penuh kezaliman.
Menukil buku Bangkit dan Runtuhnya Andalusia karya Raghib As-Sirjani, negeri Andalusia kini terletak di Spanyol dan Portugal, atau bisa biasa dikenal sebagai Semenanjung Iberia. Semenanjung Iberia terletak di bagian tenggara Eropa.
Kondisi Sosial Masyarakat Andalusia sebelum Bangsa Muslim Datang
Sebelum kedatangan bangsa Muslim, masyarakat Andalusia atau tepatnya masyarakat Eropa hidup dalam masa-masa kebodohan dan keterbelakangan, hingga disebut sebagai Masa Kegelapan atau Dark Age.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak kezaliman terjadi di sana. Para penguasa menguasai harta dan kekayaan negeri, sedangkan rakyatnya hidup dalam kemiskinan yang parah. Rakyat tidak memiliki tempat berteduh dan rumah yang layak, bahkan diperjualbelikan bersama tanah.
Sebagian penduduk berkomunikasi hanya dengan isyarat karena tidak memiliki bahasa lisan ataupun tertulis. Maka dari itu, dapat disimpulkan kondisi Andalusia dan Eropa secara umum sebelum penaklukan Islam diliputi keterbelakangan, kezaliman, dan kemiskinan yang parah.
Penaklukan Andalusia oleh Bangsa Muslim
Masih mengacu sumber yang sama, pada 92 H atau 711 M kaum muslimin telah menyelesaikan penaklukan seluruh kawasan Afrika di bagian Utara. Mereka telah sampai di ujung perbatasan terjauh kawasan Maroko dan tepian Laut Atlantik, sehingga tidak ada lagi pilihan di hadapan mereka kecuali dua, mengarah ke Andalusia atau ke jantung Padang Sahara.
Penaklukan Andalusia terjadi pada masa kekhalifahan Bani Umayyah, tepatnya di masa Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik. Pasukan kaum muslim yang pertama menuju Andalusia sebanyak 500 prajurit dari Maroko yang dipimpin Tharif bin Malik. Mereka sampai di Andalusia pada bulan Ramadan 91 H.
Tharif bin Malik menjalankan misi untuk mempelajari wilayah Andalusia Selatan dengan baik. Misi ini dilakukan karena kaum muslim akan berlabuh ke Andalusia Selatan di kemudian hari. Setelah selesai dengan misinya, pasukan Tharif bin Malik kembali dan segera menemui Musa bin Nushair, seorang panglima Bani Umayyah yang unggul.
Setelah mendapat kabar dari Tharif bin Malik, Musa bin Nushair pun segera mempersiapkan pasukan dan perbekalan selama setahun lamanya hingga ia berhasil menyiapkan 7.000 prajurit. Pasukan tersebut dipimpin oleh panglima Thariq bin Ziyad dan mulai bergerak pada bulan Syakban 92 H.
Pertempuran paling besar dalam penaklukan Andalusia terjadi ketika pasukan Thariq bin Ziyad harus melawan 100.000 pasukan pimpinan Roderick. Thariq bin Ziyad segera berkirim pesan dengan Musa bin Nushair untuk meminta bala bantuan, sehingga dikirimlah Tharif bin Malik dengan membawa 5.000 prajurit.
Pertempuran terjadi di Lembah Barbate pada 28 Ramadan 92 H. Kendati perbedaan jumlah yang sangat jauh, atas izin Allah SWT, pasukan Thariq bin Ziyad berhasil meraih kemenangan.
Thariq bin Ziyad pun segera melanjutkan penaklukannya ke Toledo (ibu kota Andalusia), terus menuju utara hingga menembus Castille dan Leon, menyeberangi Pegunungan Osteorias hingga ke Teluk Ghasqunah.
Setelah bertemu kembali dengan Musa bin Nushair, keduanya melanjutkan penaklukan kawasan Andalusia hingga dipanggil kembali ke Damaskus oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
Hukum Merayakan Maulid Nabi Menurut Pandangan Ulama