Ini adalah kisah pertama kami puasa Ramadan di negara dua benua, Turki. Jauh dari orang tua hingga jarangnya makan masakan Indonesia membuat kami merasakan bedanya nuansa dari dua negara ini. Namun, itu tak membuat semangat kami pudar untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya di Tanah Seribu Budaya ini.
Tak jauh berbeda dengan kampung halaman, di sini pun kami dan teman-teman tetap memilih antre untuk mendapatkan takjil gratis. Layaknya mahasiswa pada umumnya, makanan gratis pun akan kami datangi meskipun harus antre lebih lama.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keinginan yang kuat untuk menghemat uang bulanan juga meringankan beban orang tua di kampung halaman, membuat kami mencari tempat takjil gratis di mana pun tempatnya, dan dari siapa pun orangnya. Toh yang memberi takjil juga akan senang, bukan?
Memang tidak setiap hari kami akan mengambil takjil gratis itu. Beberapa kali banyak warga lokal yang mengundang kami buka bersama di rumahnya. Rumah yang jauh hingga alasan kekeluargaan mereka ucap pada kami saat itu.
"Niat kalian ke sini belajar, jauh-jauh dari kampung halaman, terpaksa jauh dari keluarga, dan tidak ada keluarga di sini juga. Makanya kami ingin kalian menganggap kami sebagai keluarga baru kalian," ucap mereka. Hati perantau siapa yang tidak berkecamuk mendengarkan alasan itu.
![]() |
Perbedaan budaya memang kami rasakan, tetapi tidak ada salahnya juga untuk kami saling belajar dan memahami budaya negara lain. Saling berbagi kebahagiaan dengan orang lain, saling berbagi cerita dengan warga lokal, membuat Ramadan pertama kami di Turki ini lebih berwarna.
"Kangen masakan Indo ga?" salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan oleh kawan. Bagaimana lagi, bahan-bahan masakan Indonesia tidak semuanya ada di sini, mau beli di rumah makan Indonesia pun harganya mahal. Untuk berbuka saja kami cari yang gratisan kok, hehehe.
Tapi memang benar kata pepatah, hujan batu di negeri sendiri lebih baik daripada hujan emas di negara orang. Tapi semoga teman-teman yang mencari ilmu di negara orang, dilancarkan jalannya. Hingga bermanfaat nantinya bagi negara Indonesia.
--
Alam Kadafi Mohammad
Mahasiswa S1 Management Pariwisata di Afyon Kocatepe Üniversitesi, Türkiye
PPI Turki
Artikel ini merupakan kolaborasi detikHikmah dengan PPI Dunia. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Ketum PBNU Gus Yahya Minta Maaf Undang Peter Berkowitz Akademisi Pro-Israel
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal