Dulu Warga Gaza Riang Hidupkan Ramadan, Kini yang Ada Ketakutan

Dulu Warga Gaza Riang Hidupkan Ramadan, Kini yang Ada Ketakutan

Kristina - detikHikmah
Sabtu, 06 Apr 2024 03:00 WIB
People shop from vendors in an open-air market amidst destruction in Gaza City on March 27, 2024 amid the ongoing conflict in the Gaza Strip between Israel and the Palestinian militant group Hamas. (Photo by AFP)
Warga Gaza berbelanja di pasar terbuka di tengah hancurnya kota akibat serangan Israel, 27 Maret 2024. Foto: AFP
Gaza City -

Dekorasi jalan yang berwarna-warni dan kelap-kelip lampu terpasang indah sepanjang jalanan saat bulan suci Ramadan di Gaza. Warga berkumpul bersama keluarga merayakan malam dengan penuh tawa dan cinta. Sayang, situasi ini berbalik 180 derajat.

"Ramadan di Gaza dulunya adalah saat yang paling indah sepanjang tahun, bulan yang paling saya cintai," kenang Yara Mahdi, pelajar berusia 19 tahun di Gaza selatan, seperti dikutip dari Arab News, Sabtu (6/4/2024).

"Itu adalah waktu untuk berkumpul bersama keluarga, pesta yang berlimpah, dan malam yang penuh dengan tawa, cinta, dan kehidupan. Bukan potret yang Anda lihat hari ini," tambahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masih lekat di benak Mahdi, perayaan Ramadan tahun-tahun sebelumnya begitu meriah. Mulai pertengahan Ramadan, kata Mahdi, warga Gaza mengadakan buka bersama. Suasananya hangat dan nyaman.

"Mulai pertengahan bulan Ramadan, kami mengadakan buka puasa yang ramai ditandai dengan suasana kekeluargaan yang nyaman. Setelah makan utama, kami biasa menikmati minuman dingin, kopi, dan makanan penutup, seperti nabulsi kunafa, arabian kunafa, qatayef, dan kullaj, dan masih banyak lagi. Kami biasa makan makanan penutup setiap malam selama Ramadan," tutur Mahdi.

ADVERTISEMENT

Mahdi mengenang masa-masa ia dan kawan-kawannya berangkat Tarawih bersama ke masjid di daerahnya. Tahun lalu, ia masih bisa merasakan suasana ini meski harus berjalan jauh karena rumahnya hancur dibom Israel pada 2021 dan ia pun terpaksa pindah.

"Perjalanan jauh itu diisi dengan ngobrol dan canda tawa. Dan selama sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, kami berada di masjid sampai matahari terbit, kami sahur di sana dan menunaikan salat Subuh," lanjut Mahdi menceritakan momen Ramadan indahnya tahun lalu.

Seorang dokter Palestina yang pindah ke Inggris pada 2019, Reem, turut mengenang indahnya Ramadan di kampung halamannya, Gaza. Dia menceritakan, dulu warga Gaza mulai merayakan Ramadan seminggu lebih awal. Jalanan, pasar, hingga restoran tampak hidup.

"Pasar akan ramai dengan toko-toko yang menjual berbagai jenis kurma, kacang-kacangan, buah kering, jus, dan barang-barang lainnya dalam jumlah besar, sementara jalanan penuh orang-orang yang berbelanja kebutuhan Ramadan dan mengunjungi kerabat," ujar Reem kepada Arab News.

"Jalanan akan dihiasi dengan lampu-lampu menawan dan dekorasi Ramadan, seperti lentera. Toko-toko dan restoran juga akan memutar lagu-lagu islami, menambah suasana mempesona," lanjut Reem.

Suasana indahnya Ramadan di Gaza berubah total sejak perang antara Hamas Palestina dan Israel yang meletus 7 Oktober 2023 lalu. Bagi ribuan warga Palestina yang keluarganya menjadi korban serangan Israel, Ramadan tahun ini seperti berada di kehidupan lain.

Warga yang masih bertahan di Gaza merasakan Ramadan dengan dihantui ketakutan. Jangankan merayakan pesta seperti tahun-tahun sebelumnya, pasokan makanan saja mereka masih kekurangan.

Sebuah laporan yang didukung PBB yang terbit pada 18 Maret 2024 memperingatkan dampak pembatasan Israel terhadap jumlah bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza. Wilayah dengan populasi 2,3 juta jiwa itu menghadapi kerawanan pangan akut dan sekitar 300.000 orang terjebak di wilayah utara, berada di ambang kelaparan.

Kantor berita Palestina, WAFA, melaporkan, Jumat (5/4/2024), pasukan pendudukan Israel masih melanjutkan serangan udara di Jalur Gaza pada hari ini. Tembakan artileri ini mengakibatkan banyak korban dari warga sipil Palestina.

Koresponden WAFA melaporkan, serangan Israel menargetkan Provinsi Khan Yunis bagian tengah dan barat serta bagian timur Kota Rafah di Gaza selatan. Tembakan udara sengit juga menghantam sekitar Kota Sheikh Zayed di Gaza utara.

Kementerian kesehatan di Gaza melaporkan, serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 lalu telah menewaskan 33.037 jiwa warga Palestina, mayoritas dari mereka adalah anak-anak dan wanita, sementara jumlah korban luka dilaporkan mencapai 75.668 orang.




(kri/rah)

Hide Ads