Iran dan Pakistan menekankan pentingnya upaya terkoordinasi oleh negara-negara Islam untuk mengakhiri kejahatan kemanusiaan di Gaza, Palestina. Pernyataan ini diungkap oleh Presiden Iran Seyyed Ebrahim Raisi dan Presiden Pakistan Arif-ur-Rehman Alvi dalam percakapan telepon keduanya.
Dikutip laman Kantor Kepresidenan Iran, Jumat (22/12/2023), diskusi kedua pimpinan negara Islam tersebut merujuk pada aksi kejahatan dan genosida yang dilakukan Israel pada warga sipil Gaza yang masih terus berlanjut hingga sekarang.
Namun, Raisi mengungkapkan, keberlanjutan aksi serangan di Gaza itu diiringi dengan tidak efektifnya organisasi internasional dalam menghentikan kejahatan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan itu, Alvi membenarkan pendapat Raisi mengenai kegagalan organisasi internasional dalam membela hak-hak warga Palestina. Salah satunya Dewan Keamanan (DK) PBB. Ia pun menekankan perlunya kehadiran umat Islam sebagai pionir dalam hal ini.
"Kita harus berupaya untuk secara serius mengubah struktur organisasi internasional dan umat Islam harus menjadi pionir dalam bidang ini," katanya dalam percakapan telepon pada Rabu (20/12/2023).
Melalui percakapan telepon tersebut, Alvi juga menyinggung soal jumlah korban tewas di Palestina yang sudah mencapai lebih dari 19 ribu orang, termasuk di antaranya anak-anak dan perempuan.
Ia juga menyatakan keprihatinan pada situasi di wilayah pendudukan Palestina, termasuk Gaza.
"Solusi yang adil terhadap permasalahan Palestina berdasarkan negara Palestina yang merdeka dan Yerusalem sebagai ibu kotanya sangat penting bagi perdamaian abadi di wilayah Timur Tengah," tutur dia.
Dilaporkan Kantor Berita Palestina, WAFA, per Kamis (21/12/2023), laporan medis mencatat sudah 20.000 orang tewas dalam pemboman Israel, termasuk 8.000 anak-anak dan 6.200 wanita. Sementara jumlah korban yang mengalami luka mencapai 52.600 orang akibat pemboman pendudukan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza oleh darat, laut, dan udara.
Tidak hanya itu, per tanggal 24 November dan 7 Desember 2023, lebih dari 90 persen populasi di Jalur Gaza (sekitar 2,08 juta orang) diperkirakan menghadapi kerawanan pangan akut tingkat tinggi atau masuk klasifikasi IPC Fase 3 (krisis) sebagaimana dilaporkan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC).
(rah/lus)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Merapat! Lowongan di BP Haji Bisa untuk Nonmuslim