Uban disebut sebagai cahaya bagi seorang muslim pada hari kiamat kelak. Hal ini termaktub dalam sejumlah riwayat yang disabdakan Rasulullah SAW.
Dikutip dari Riyadhus Shalihin oleh Imam An Nawawi, salah satunya hadits hasan yang bersumber dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya yang mendengar dari neneknya. Ia mendengar bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,
لاَ تَنْتِفُوا الشَّيْبَ ، فَإِنَّهُ نُورُ المُسْلِمِ يَوْمَ الْقِيامةِ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Janganlah engkau semua mencabuti uban, sebab uban itu adalah merupakan cahaya seorang muslim pada hari kiamat." (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasa'i)
Riwayat lainnya dari 'Abdullah bin Umar dalam Syu'abul Iman, Rasulullah SAW bersabda,
الشيب نور المؤمن لا يشيب رجل شيبة في الإسلام إلا كانت له بكل شيبة حسنة و رفع بها درجة
Artinya: "Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seseorang beruban dalam Islam melainkan setiap ubannya akan dihitung sebagai suatu kebaikan dan akan meninggikan derajatnya." (HR Al Baihaqi)
Dengan redaksi serupa, hadits yang dishahihkan sanadnya oleh Syaikh Syu'aib Al Arnauth juga menyebutkan tentang uban yang menjadi cahaya di hari kiamat kelak. Hadits tersebut juga merinci keutamaan lain dari uban tersebut.
لا تنتفوا الشيب فإنه نور يوم القيامة ومن شاب شيبة في الإسلام كتب له بها حسنة وحط عنه بها خطيئة ورفع له بها درجة
Artinya: "Janganlah mencabut uban karena uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yang beruban dalam Islam walaupun sehelai maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan ditinggikan derajatnya." (HR Ibnu Hibban)
Baca juga: Bagaimana Hukum Mewarnai Rambut dalam Islam? |
Hadits-hadits di atas juga dijadikan landasan sebagian ulama untuk memakruhkan hukum mencabut uban. Salah satunya, hal ini diyakini ulama Syafi'iyah dan juga ditegaskan oleh Imam Ghazali, Al Baghawi, dan lainnya.
Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam Al Gunyah li Thalibi Thariq al Haw 'Azza wa Jalla, mengutip tafsir yang menyebut bahwa firman dalam surah Faathir ayat 37 membahas tentang uban. Uban disebut sebagai pengingat kematian yang dapat mengendalikan syahwat dan kenikmatan hingga membuat muslim senantiasa bersiap-siap bagi kehidupan akhirat.
Berkenaan cahaya di hari kiamat, Allah SWT pernah berfirman dalam surah Al Hadid ayat 12 bahwa orang-orang yang beriman akan diberikan cahaya sesuai dengan kadar amal sholeh yang dilakukannya.
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ يَسْعٰى نُوْرُهُمْ بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ بُشْرٰىكُمُ الْيَوْمَ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُۚ
Artinya: Pada hari engkau akan melihat orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka. (Dikatakan kepada mereka), "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai (dan) mereka kekal di dalamnya. Demikian itulah kemenangan yang sangat agung."
Rasulullah SAW Juga Beruban
Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasulullah SAW juga memiliki uban meski dalam jumlah yang sedikit. Dari Muhammad bin Sirin, ia pernah bertanya kepada Anas bin Malik RA,
"Pernahkah Rasulullah SAW mengecat rambutnya?" Anas bin Malik RA pun menjawab, "Sesungguhnya beliau tidak kelihatan beruban kecuali hanya sedikit." (HR Muslim)
Melansir Syama'il Rasulullah oleh Dr Ahmad Mustafa Mutawalli, dalam riwayat lain disebutkan, "Di kepala Rasulullah SAW tidak terdapat uban, kecuali beberapa helai pada belahan kepalanya (sisirannya). Apabila ia memakai minyak maka tertutuplah uban itu dengan minyak." (HR Muslim)
Adapun jumlah uban di kepala Rasulullah SAW secara pasti, hal ini pernah disebutkan oleh Anas bin Malik RA dalam hadits shahih Mukstashar Syama'il. Ia berkata, "Aku menghitung di kepala dan jenggot Rasulullah SAW tidak terdapat lebih dari empat belas helai uban."
(rah/erd)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana