Hadits Ungkap Penyakit yang Tak Bisa Diobati, Apa Itu?

Hadits Ungkap Penyakit yang Tak Bisa Diobati, Apa Itu?

Hanif Hawari - detikHikmah
Senin, 14 Jul 2025 13:30 WIB
Dahulu mereka memiliki kehidupan yang berbeda-beda. Kini harus bernasib sama dan menjalani sisa hidup usia senja di Panti Werdha. Beginilah potretnya.
Ilustrasi penyakit yang tak bisa diobati menurut Islam (Foto: Andhika Prasetya)
Jakarta -

Dalam ajaran Islam, keyakinan akan takdir Allah SWT dan kuasa-Nya atas segala sesuatu sangatlah fundamental. Salah satu aspek yang sering dibahas adalah mengenai penyakit dan penyembuhannya.

Rasulullah SAW, melalui berbagai sabdanya, telah memberikan banyak petunjuk dan pemahaman mendalam tentang hal ini. Umumnya, kita mengenal bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, namun tahukah Anda bahwa ada satu penyakit yang disebutkan oleh beliau tidak memiliki obat? Mari kita selami lebih lanjut.

Dalil tentang Setiap Penyakit Ada Obatnya

Keyakinan bahwa setiap penyakit ada obatnya bersumber dari hadits shahih yang diriwayatkan oleh Jabir bin 'Abdillah dalam Shahih Muslim. Rasulullah SAW bersabda:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

لِكُلِّ دَاٍؑ دَوَاٌؑ، فَΨ₯ِذَا Ψ£ΩΨ΅ΩΩŠΩ’Ψ¨ΩŽ دَوَاُؑ Ψ§Ω„Ψ―ΩŽΩ‘Ψ§Ψ‘ΩΨ› بَرَأَ بِΨ₯ِذْنِ Ψ§Ω„Ω„ΩŽΩ‘Ω‡Ω

Artinya: "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat tersebut sesuai dengan penyakitnya, maka ia akan sembuh dengan izin Allah."

ADVERTISEMENT

Hadits ini, yang juga dinukil oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Ad-Daa' wa Ad-Dawaa', menegaskan bahwa Allah SWT menurunkan penyakit beserta penawarnya. Ibnu Qayyim menjelaskan bahwa cakupan "penyakit" di sini tidak hanya terbatas pada penyakit fisik, tetapi juga mencakup penyakit hati, roh, dan bahkan kebodohan.

Beliau mencontohkan bahwa obat dari kebodohan adalah bertanya kepada para ulama. Namun, dalam riwayat lain, Rasulullah SAW memberikan pengecualian terhadap satu kondisi yang tidak dapat diobati.

Hadits di atas ditahqiq oleh 'Ali Hasan bin 'Ali al-Halabi al-Atsari. Pustaka Imam Asy-Syafi'i telah menerbitkan edisi Indonesianya.

Penyakit Ini Tak Ada Obatnya dalam Islam

Dalam hadits shahih yang terdapat dalam Musnad Imam Ahmad dari Usamah bin Syarik, Rasulullah SAW bersabda:

Ψ₯ΩΩ†ΩŽΩ‘ Ψ§Ω„Ω„ΩŽΩ‘Ω‡ΩŽ Ω„ΩŽΩ…Ω’ ΩŠΩΩ†Ω’Ψ²ΩΩ„Ω’ Ψ―ΩŽΨ§Ψ‘Ω‹ Ψ₯ΩΩ„ΩŽΩ‘Ψ§ Ψ£ΩŽΩ†Ω’Ψ²ΩŽΩ„ΩŽ Ω„ΩŽΩ‡Ω شِفَاٌؑ، ΨΉΩŽΩ„ΩΩ…ΩŽΩ‡Ω Ω…ΩŽΩ†Ω’ ΨΉΩŽΩ„ΩΩ…ΩŽΩ‡ΩΨŒ ΩˆΩŽΨ¬ΩŽΩ‡ΩΩ„ΩŽΩ‡Ω Ω…ΩŽΩ†Ω’ Ψ¬ΩŽΩ‡ΩΩ„ΩŽΩ‡Ω

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia juga menurunkan obatnya. Ini diketahui oleh sebagian orang dan tidak diketahui oleh yang lain."

Kemudian, dalam redaksi lain, beliau melanjutkan:

Ψ₯ΩΩ†ΩŽΩ‘ Ψ§Ω„Ω„ΩŽΩ‘Ω‡ΩŽ Ω„ΩŽΩ…Ω’ ΩŠΩŽΨΆΩŽΨΉΩ’ Ψ―ΩŽΨ§Ψ‘Ω‹ Ψ₯ΩΩ„ΩŽΩ‘Ψ§ وَآَعَ Ω„ΩŽΩ‡Ω شِفَاٌؑ، Ψ£ΩŽΩˆΩ’ دَوَاٌؑ، Ψ₯ΩΩ„ΩŽΩ‘Ψ§ Ψ―ΩŽΨ§Ψ‘Ω‹ ΩˆΩŽΨ§Ψ­ΩΨ―Ω‹Ψ§ ΩΩŽΩ‚ΩŽΨ§Ω„ΩΩˆΨ§ : يَا Ψ±ΩŽΨ³ΩΩˆΩ’Ω„ΩŽ اللهِ! Ω…ΩŽΨ§ Ω‡ΩΩˆΩŽΨŸ Ω‚ΩŽΨ§Ω„ΩŽ: Ψ§Ω„Ω’Ω‡ΩŽΨ±ΩŽΩ…Ω

Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak meletakkan suatu penyakit, melainkan Dia juga meletakkan obatnya, kecuali satu penyakit." Para sahabat bertanya, "Penyakit apa itu, wahai Rasulullah SAW?" Beliau menjawab, "Ketuaan."

Menurut At-Tirmidzi, hadits ini berstatus shahih. Ini berarti bahwa proses penuaan yang alami adalah satu-satunya "penyakit" yang tidak memiliki obat secara harfiah. Ketuaan adalah bagian dari fitrah kehidupan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Selain ketuaan, ada pula riwayat dari Abu Sa'id yang menyatakan bahwa kematian adalah penyakit yang tidak ada obatnya. Rasulullah SAW bersabda:

"Tidaklah Allah menciptakan penyakit, kecuali Dia juga menciptakan obatnya-yang akan diketahui oleh yang mengetahuinya dan tidak akan diketahui oleh orang bodoh-kecuali kematian." (HR Ahmad dan At-Thabrani)

Hadits ini juga disebutkan dalam kitab At-Taghdziyah an-Nabawiyah*karya Abdul Basith Muhammad Sayyid (terjemahan Bachtiar). Dengan demikian, baik ketuaan maupun kematian adalah bagian dari ketetapan Allah SWT yang tidak dapat dihindari atau diobati.

Doa Adalah Obat Penawar yang Kuat

Meskipun ada penyakit yang tak bisa diobati seperti ketuaan dan kematian, dalam Islam, doa memiliki peran yang sangat penting sebagai penawar dan sarana memohon kesembuhan. Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk berdoa dengan sungguh-sungguh:

Ψ£ΩΨ―Ω’ΨΉΩΩˆ Ψ§Ω„Ω„Ω‡ΩŽ ΩˆΩŽΨ£ΩŽΩ†Ω’Ψͺُمْ Ω…ΩΩˆΩ’Ω‚ΩΩ†ΩΩˆΩ’Ω†ΩŽ Ψ¨ΩΨ§Ω„Ψ§ΩΨ¬ΩŽΨ§Ψ¨ΩŽΨ©Ω ΩˆΩŽΨ§ΨΉΩ’Ω„ΩŽΩ…ΩΩˆΨ§ Ψ£ΩŽΩ†ΩŽΩ‘ Ψ§Ω„Ω„Ω‡ΩŽ Ω„Ψ§ΩŽ ΩŠΩŽΩ‚Ω’Ψ¨ΩŽΩ„Ω Ψ―ΩΨΉΩŽΨ§Ψ‘Ω‹ مِنْ Ω‚ΩŽΩ„Ω’Ψ¨Ω ΨΊΩŽΨ§ΩΩΩ„Ω Ω„Ψ§ΩŽΩ‡Ω

Artinya: "Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan bahwa doa kalian akan terkabul. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai dan tidak serius." (HR Hakim dalam al-Mustadrak dari Abu Hurairah RA)

Hadits ini mengandung makna bahwa doa adalah obat penawar yang mampu memberikan manfaat dan menghilangkan penyakit. Namun, kekuatan doa bisa melemah bahkan hilang jika hati lalai kepada Allah SWT atau jika seseorang mengonsumsi hal-hal yang haram.

Hal ini senada dengan riwayat dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah RA, di mana Nabi SAW menjelaskan tentang seorang laki-laki yang berdoa namun makanannya, minumannya, dan pakaiannya haram. Nabi SAW bertanya, "Maka bagaimana mungkin doanya akan terkabul?"

Wallahu a'lam.




(hnh/inf)

Hide Ads