Benarkah Safar adalah Bulan Sial? Begini Bantahan Rasulullah

Benarkah Safar adalah Bulan Sial? Begini Bantahan Rasulullah

Rahma Harbani - detikHikmah
Sabtu, 19 Agu 2023 16:00 WIB
Ornamental Arabic lantern with burning candle glowing at night. Festive greeting card, invitation for Muslim holy month Ramadan Kareem.
Ilustrasi. Benarkah bulan Safar adalah bulan Sial? (Foto: Getty Images/iStockphoto/Choreograph)
Jakarta -

Bulan Safar adalah bulan kedua di kalender Hijriah setelah bulan Muharram. Pada masa Arab Jahiliyah silam, bulan ini dianggap sebagai bulan sial hingga Rasulullah SAW turut membantahnya.

Dikutip dari buku Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah karya Ida Fitri Shohibah, secara bahasa, safar artinya kosong dalam bahasa Arab. Dinamakan demikian karena di bulan tersebut, orang Arab zaman dahulu berbondong-bondong pergi meninggalkan kediaman atau rumah mereka baik saat melakukan perjalanan jauh atau pun saat pergi berperang.

"Kebiasaan orang-orang Arab zaman dulu meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka (sehingga kosong) untuk berperang atau berpergian jauh," tulis Ida Fitri Shohibah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebab itu, kata safar dalam bentuk safarah yang mufradnya safir kerap kali erat dikaitkan untuk menjelaskan sebuah gerakan dan perpindahan.

Bantahan Rasulullah SAW saat Safar Dianggap Bulan Sial

Termaktub dalam hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah membantah kepercayaan Arab Jahiliyah mengenai bulan Safar yang membawa sial tersebut. Beliau bersabda,

ADVERTISEMENT

لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ

Artinya: "Tidak ada adwa', tidak ada thiyarah, tidak ada hammah, tidak ada kesialan pada bulan Safar." (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Ahmad)

'Adwa adalah keyakinan tentang adanya wabah penyakit yang menular dengan sendirinya, tanpa sebuah proses sebelumnya dan tanpa seizin Allah SWT. Thiyarah adalah keyakinan tentang nasib baik dan buruk setelah melihat burung.

Masyarakat Jahiliyah meyakini bila seorang keluar rumah dan menyaksikan burung terbang di sebelah kanannya, maka tanda nasib mujur bakal datang. Sementara bila melihat burung terbang di sebelah kirinya maka tanda kesialan akan tiba sehingga sebaiknya pulang.

Sementara menurut sebagian ulama, al hammah adalah bentuk tunggal dari kata al hawam yang berarti jenis hewan melata. Bagi masyarakat Arab Jahiliah, ternyata hammah berarti hewan kecil yang keluar dari bangkai manusia dan dapat terbang. Mereka ini diyakini orang Jahiliyah membawa kesialan pada manusia.

Abu 'Ubaid yang diterjemahkan Muhammad Khoirul Huda dalam buku Ilmu Matan Hadis mempertimbangkan konteks kalimat untuk memahami hadits Rasulullah SAW tersebut. Menurutnya, hadits itu merupakan upaya Rasulullah SAW untuk mengkritik keyakinan khufarat kaum Jahiliyah atau keyakinan bahwa kesialan, keburukan nasib, dan marabahaya disebabkan oleh sesuatu di luar takdir Allah SWT.

Bahkan dalam Al-Qur'an surah At Taghabun ayat 11 pun menjelaskan bahwa segala bencana, petaka atau kesialan dapat terjadi jika Allah SWT berkehendak. Perkara tersebut tidak hanya terjadi di bulan Safar.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Selain itu, Rasulullah SAW menampik anggapan negatif masyarakat Jahiliyah tentang bulan Safar dengan sejumlah praktik positif. Menurut Habib Abu Bakar al-'Adni dalam Mandhûmah Syarh al-Atsar fî Mâ Warada 'an Syahri Shafar, beberapa peristiwa penting yang dialami Rasulullah SAW terjadi pada bulan Safar, seperti pernikahannya dengan Khadijah, menikahkah putrinya Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib, hingga mulai berhijrah dari Makkah ke Madinah.

Kenapa Safar Dianggap Bulan Sial?

Sebelum Islam datang, orang-orang Arab Jahiliyah percaya bahwa kata safar diambil dari nama suatu jenis penyakit. Penyakit ini disebut merupakan salah satu penyakit yang bersarang di dalam perut akibat adanya sejenis ular yang berbahaya.

Hal inilah yang membuat para Arab Jahiliyah menganggap bulan Safar sebagai bulan yang penuh dengan keburukan. Mereka bahkan menganggap bulan Safar adalan bulan di mana Allah SWT menurunkan hukuman kepada manusia.

Salah satu kepercayaan yang diyakini oleh Arab Jahiliyah terkait bulan safar yakni pelarangan pelaksanaan pernikahan. "Dalam sejarahnya orang Arab Jahiliyah beranggapan terdapat kesialan pada bulan Safar. Keyakinan lainnya, yaitu tidak boleh melakukan pernikahan, khitan, atau semisalnya pada bulan Safar," tulis buku Mengenal Nama Bulan dalam Kalender Hijriyah.

Hingga akhirnya Islam datang dan Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk mengabarkan kebenaran bagi orang-orang Arab Jahiliyah tersebut. Tindakan orang Arab Jahiliyah itu pula disebut dengan tathayyur dalam Islam.




(rah/erd)

Hide Ads