Benarkah Bangun Rumah dekat Rumah Ortu Bisa Bikin Sial? Begini Faktanya

Benarkah Bangun Rumah dekat Rumah Ortu Bisa Bikin Sial? Begini Faktanya

Sekar Aqillah Indraswari - detikProperti
Minggu, 27 Apr 2025 12:09 WIB
Ilustrasi rumah.
Ilustrasi rumah. Foto: Realestat Indonesia (REI)
Jakarta -

Penentuan lokasi rumah sangat penting karena dapat mempengaruhi kegiatan sehari-hari ke depannya. Ada orang yang memilih untuk membeli rumah dekat dengan orang tuanya, terutama bagi orang tua yang sudah lansia dan tinggal sendiri agar anaknya bisa memastikan keadaan mereka.

Akhirnya beberapa di antara mereka memilih untuk membangun rumah di halaman rumah orang tuanya. Ada pula yang mencari rumah atau lahan di daerah kecamatan atau kota yang sama.

Di balik niatnya yang baik yakni agar lebih dekat dengan orang tua dan bisa menjaga mereka, ternyata ada anggapan jika membangun rumah di dekat rumah orang tua justru tidak baik dan bisa membawa sial. Apakah benar demikian?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Sosiolog Devie Rahmawati anggapan penentuan lokasi rumah dekat rumah orang tua dapat membawa sial merupakan cara paling mudah bagi orang zaman dahulu untuk menjelaskan suatu bahaya. Dengan begitu, orang akan menghindarinya. Pada kenyataannya maksud larangan mendirikan rumah di dekat rumah adalah untuk mengantisipasi bencana.

"Berakar dari mitos yang berkembang dari kearifan lokal masyarakat di masa lalu. Biasanya kearifan lokal ini dikembangkan untuk mengantisipasi ancaman dan krisis," jelas Devie kepada detikProperti beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

"Agar penjelasannya lebih mudah, terima, dan mudah diyakini, maka narasi-narasi yang diciptakan kemudian berujung menjadi mitos," lanjutnya.

Jika dilihat dari sisi sosial, larangan ini cukup masuk akal karena apabila terjadi suatu bencana, terutama bencana alam, keluarga tersebut dapat terhindar dari kepunahan. Sebab, keluarga yang berada jauh dari titik bencana pasti tidak akan terdampak. Namun, apabila satu keluarga semua berada di lingkungan yang sama, ketika terjadi tsunami, gempa bumi, atau kebakaran yang terdampak akan merata yakni satu keluarga. Lantas, siapa nanti yang akan menolong mereka apabila tidak ada yang selamat?

"Kalau satu keluarga tinggal di satu wilayah yang sama dan kemudian ada potensi bencana. Maka peluang satu keluarga itu tersapu bencana, terjadi krisis, misalnya banjir dan gempa, itu lebih tinggi," ungkap Devie.

Ia menekankan anggapan dengan dalih sial tersebut memiliki pesan yang lebih dalam dan penting untuk dipahami yakni berupa peringatan.

"Bayangkan satu wilayah itu tersapu banjir, tersapu gempa. Kalau konteksnya di Jakarta contohnya kebakaran misalnya. Artinya satu keluarga bisa 'punah'. Ini yang mungkin dimaknai upaya untuk bisa memastikan keberlangsungan keturunan keluarga dengan baik. Dengan upaya merespon krisis," katanya.

Lantas, apakah untuk masa kini, peringatan untuk tidak membangun rumah dekat orang tua masih relevan?

Devie mengatakan larangan ini masih tetap relavan meskipun saat ini sudah ada cara peringatan yang lebih cepat, efisien, dan akurat. Adanya teknologi yang berkembang pesat dapat membantu menekan risiko adanya korban jiwa karena orang-orang di daerah yang bencana dapat dievakuasi dengan cepat.

"Masih relevan di masa sekarang sebagai alarm untuk kita semua. Bukan berarti kita jadi menghindari. Seperti kebakaran dalam konteks bencana modern lebih kepada buatan manusia, kalau kita bisa mengantisipasi lebih awal menggunakan peralatan listrik standar. Sehingga potensi listrik untuk tidak terbakar dan sebagainya bisa dikelola," katanya.

Meski mitos tersebut memiliki pesan sebuah peringatan, Devie menyampaikan keputusan untuk membangun rumah dan menetapkan lokasinya merupakan keputusan masing-masing orang. Asalkan rumah tersebut telah memperhatikan keamanan dan kesiapan menghadapi bencana alam nantinya, maka bencana dapat diatasi tanpa menumbangkan banyak korban jiwa.

"Ini menjadi pilihan masing-masing. Tetapi kearifan lokal ini menjadi penting untuk mengingatkan kita yang hidup di era sekarang bahwa dari dulu saja masyarakat tradisional sudah sangat cerdas untuk membaca potensi-potensi krisis sosial," ujar Devie.

"Tetapi bukan berarti menghambat atau tidak boleh. Tapi dari situ kita belajar ada maknanya kemudian membuat kita jauh lebih bersiap menghadapi krisis dan ancaman yang mungkin menimpa keluarga kita," lanjutnya.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini

(aqi/das)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads