Ilmu fiqih memiliki banyak cabang, salah satunya Ushul Fiqh. Di dalam Ushul Fiqh sendiri ada Ittiba yang masuk ke ruang lingkupnya.
Mengutip buku Ushul Fiqh: Jalan Tengah Memahami Hukum Islam oleh Amrullah Hayatudin, S.H.I., M.Ag, kata ittiba berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata kerja atau fi'il ittaba'a, yattbi'u ittibaa'an yang artinya mengikut atau menurut. Namun ittiba menurut istilah adalah menerima perkataan orang lain dengan mengetahui sumber atau alasan perkataan tersebut, sebagaimana yang diutarakan oleh Abdul Hamid Hakim.
Ittiba dalam Islam diperintahkan Allah SWT. Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Surat An-Nahl ayat 43:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَاسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ
Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui,
Ayat lain yang menjadi landasan hukum keharusan kita melakukan ittiba adalah firman Allah dalam Surat Al-A'raf ayat 3:
اِتَّبِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ
Artinya: Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.
Jenis-Jenis Ittiba
Menukil dari buku Fiqh dan Ushul Fiqh yang ditulis oleh Dr. Nurhayati, M.Ag, dkk, berikut ini jenis-jenis ittiba:
1. Ittiba Kepada Allah SWT dan Rasul-Nya
Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya: Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
Lalu surat Al-Hasyr ayat 7:
مَآ اَفَاۤءَ اللّٰهُ عَلٰى رَسُوْلِهٖ مِنْ اَهْلِ الْقُرٰى فَلِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً ۢ بَيْنَ الْاَغْنِيَاۤءِ مِنْكُمْۗ وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ
Artinya: Apa saja (harta yang diperoleh tanpa peperangan) yang dianugerahkan Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk beberapa negeri adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan. (Demikian) agar harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu terimalah. Apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.
2. Ittiba Selain Kepada Allah SWT dan Rasul-Nya
Dalam hal ini terjadi ikhtilaf ulama:
- Pendapat Imam Ahmad bin Hanbal yang menyatakan ittiba itu hanya diperbolehkan kepada Allah, Rasul dan para sahabatnya.
- Adapun pendapat yang memperbolehkan ber-ittiba kepada para ulama karena dikategorikan sebagai waratsatul anbiya (ulama adalah pewaris para Nabi).
Kedudukan Ittiba
Ittiba terhadap Allah dan Rasul memiliki kedudukan tertinggi. Mengutip dari Al-Tadabbur: Jurnal Umum Al-Qur'an dan Tafsir yang ditulis oleh Rahendra Maya, kedudukan ittiba dalam Islam terlihat sangat nyata dari hal-hal berikut:
- Ittiba merupakan syarat diterimanya ibadah,
- Ittiba sebagai salah satu prinsip agama Islam,
- Ittiba adalah sebab dan sarana untuk masuk surga,
- Ittiba adalah manifestasi kecintaan kepada Allah SWT,
- Ittiba adalah sarana paling efektif untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Rasul,
- Ittiba adalah media paling akurat untuk merealisasikan ketaatan kepada Rasulullah SAW,
- Ittiba adalah salah satu sifat yang melekat di diri seorang Mukmin,
- Ittiba merupakan bukti ketaqwaan.
Tujuan Ittiba
Mengutip kembali buku yang ditulis oleh Dr. Nurhayati, S.H.I, M.Ag, singkatnya tujuan ittiba adalah agar dapat meraih keyakinan dan menyugesti dirinya untuk melakukan ajaran-ajaran agama tanpa keraguan sehingga menimbulkan keikhlasan kepada dirinya.
Dengan demikian, setiap muslim diharapkan dapat mengamalkan ajaran Islam setelah mengetahui definisi hingga tujuan dari ittiba. Sebab ganjaran yang diterima bukan main, yaitu surga.
(hnh/erd)
Komentar Terbanyak
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!