Dalam pandangan Islam, kedudukan guru menempati posisi yang sangat penting sebagai penunjuk jalan dalam menuntut ilmu. Pendidikan tanpa guru bukan hanya tidak bisa dilaksanakan, tetapi bahkan bisa menjadi menyesatkan.
Dikutip dari buku Ilmu Pendidikan Perspektif Islam karya Mohammad Kosim, dalam tradisi tasawuf dinyatakan bahwa orang yang belajar tanpa guru, maka gurunya ialah setan.
Maka dari itu, guru memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting, terutama apabila berhubungan dengan pendidikan akidah dan agama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedudukan Guru dalam Pandangan Islam
Kedudukan guru dalam Islam lebih dari sekadar pendidik. Menurut sumber yang sama, ulama atau guru dikatakan sebagai pewaris para nabi (waratsat al-anbiya') yang memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan-pesan Allah SWT kepada para muridnya.
Hal ini turut diterangkan dalam sebuah riwayat hadits:
أَنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِثُوا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا. إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ. فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِخَطٍ وَافِرٍ. رواه ابن ماجه
Artinya: "Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya, para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Maka barang siapa yang mengambil ilmu itu, ia telah mendapat bagian yang banyak." (HR Ibnu Majah)
Muhammad Nafi mengemukakan pada buku Pendidik dalam Konsepsi Imam Al-Ghazali, bahwa guru merupakan spiritual father bagi seorang murid yang memberinya santapan jiwa serta rohani melalui ilmu dan pendidikan akhlak.
Orang-orang yang berilmu pengetahuan dianggap begitu mulia dan dihargai kedudukannya. Seorang guru juga memiliki derajat yang tinggi, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat nantinya.
Derajat kedudukan guru dalam pandangan Islam diterangkan dalam Al-Qur'an, salah satunya termaktub dalam surah Al-Mujadalah ayat 11, Allah SWT berfirman,
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Sosok guru menurut Islam akan mendapatkan pahala yang terus mengalir selagi ilmu yang ia berikan senantiasa dimanfaatkan oleh murid-muridnya. Sebab, ilmu yang bermanfaat termasuk amalan yang tidak terputus pahalanya. Mengutip dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: "Jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya." (HR Bukhari dan Muslim)
Tingginya kedudukan guru dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari pandangan bahwa semua ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Sebagaimana pengakuan malaikat kepada Allah yang diabadikan dalam surah Al-Baqarah ayat 32,
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَأَعِلْمَ لَنا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيْمُ الحَكِيمُ
Artinya: "Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui (lagi) Maha Bijaksana."
Jika direnungkan, tugas yang diemban oleh seorang guru sebetulnya hampir sama dengan seorang rasul utusan Allah SWT. Guru memiliki peran dan tanggung jawab dalam menyampaikan ilmu dan mengajarkan kebenaran kepada muridnya.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana