Hewan Kurban Jadi Tunggangan di Shiratal Mustaqim Kelak, Benarkah?

Hewan Kurban Jadi Tunggangan di Shiratal Mustaqim Kelak, Benarkah?

Rahma Harbani - detikHikmah
Kamis, 22 Jun 2023 07:15 WIB
Kolong Tol Wiyoto Wiyono, Jakarta Utara, dijadikan sebagai lapak penjualan hewan kurban. Lapak itu selalu ramai oleh anak-anak yang ingin menonton hewan kurban.
Ilustrasi hewan kurban. (Foto: Chelsea Olivia Daffa/detikcom)
Jakarta -

Berkurban memang salah satu amalan yang jarang ditinggalkan Rasulullah SAW meski hukumnya bukan wajib. Hingga beredar riwayat hadits yang menyebutkan keutamaan hewan kurban sebagai hewan tunggangan di akhirat kelak bagi mereka yang berkurban. Benarkah demikian?

Hukum berkurban menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah sunnah muakkad bagi muslim yang sudah baligh, berakal, dan mampu. Bahkan perintah berkurban termaktub dalam surat Al-Kautsar ayat 2, Allah SWT berfirman:

ΩΩŽΨ΅ΩŽΩ„Ω‘Ω Ω„ΩΨ±ΩŽΨ¨Ω‘ΩΩƒΩŽ ΩˆΩŽΩ±Ω†Ω’Ψ­ΩŽΨ±Ω’

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: "Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu dan berkurbanlah."

Selain itu, Asy Syaikh Al Utsaimin dalam Majmu' Fatawa wa Rasa'il mengatakan, Rasulullah SAW sendiri mengamalkan ibadah kurban setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan mulianya kedudukan kurban dalam Islam.

ADVERTISEMENT

Meski demikian, Ustaz Abu Abdil AΚΌla Hari Ahadi dalam buku Fikih Kurban berpendapat, tidak ada satu pun riwayat hadits bersanad shahih yang menerangkan jenis pahala dari amalan berkurban untuk mereka yang berkurban. Salah satu riwayat hadits itu adalah hadits yang menyebut hewan kurban sebagai tunggangan di akhirat kelak.

Berikut bunyi hadits yang termaktub dalam Kitab Hasyiyah Asy Syarqaaqi 'alattahrier Juz II,

Ψ§Ψ³Ω’ΨͺΩŽΩΩ’Ψ±ΩΩ‡ΩΩˆΨ§ ΨΆΩŽΨ­ΩŽΨ§ΩŠΩŽΨ§ΩƒΩΩ…Ω’ ، فَΨ₯ΩΩ†Ω‘ΩŽΩ‡ΩŽΨ§ Ω…ΩŽΨ·ΩŽΨ§ΩŠΩŽΨ§ΩƒΩΩ…Ω’ ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩ‰ Ψ§Ω„Ψ΅Ω‘ΩΨ±ΩŽΨ§Ψ·Ω

Artinya: "Besarkanlah kurban kalian, karena sesungguhnya itu merupakan tunggangan kalian pada shiratal mustaqim."

Hadits tersebut kemudian beredar dalam berbagai redaksi dengan inti yang serupa. Salah satunya, "Senangkanlah binatang kurban sembelihan kalian, karena sesungguhnya itu adalah hewan tunggangan kalian di atas titian."

Atau hadits lainnya yang berbunyi, "Perlakukanlah binatang kurbanmu dengan baik karena ia akan menjadi kendaraanmu di atas shirat nanti."

Dikutip dari buku Silsilah-Ahadits adh Dhaifah wal Maudhu'ah wa Atsaruhas Sayyi' fil Ummah karangan MuαΈ₯ammad Nāṣir al-DΔ«n AlbānΔ«, hadits tersebut bersanad tidak shahih bahkan sangat dhaif. Sebab, dikatakan, kelemahan hadits tersebut berada pada Yahya bin Ubaidillaj bin Abdillah bin Mauhib al Madani.

Imam Ahmad berpendapat, ia adalah perawi yang tidak bisa dipercaya. Senada dengan itu, Ibnu Abi Hatim juga menyebut periwayatannya sangat dhaif dan mungkar. Bahkan Imam Muslim dan An Nasa'i memilih untuk meninggalkan periwayatan dari Yahya.

"Telah dikeluarkan oleh penulis Musnad al Firdaus dengan jalur sanad Yahya bin Ubaidillah bin Mauhib dan Yahya adalah sangat dhaif," kata Al Hafizh Ibnu Hajar dalam at Talkhish.

Hal serupa juga ditegaskan oleh Abu Bakar Ibnu 'Arabi dalam 'Aridhah al Ahwadzi. Ia mengatakan, tidak ada satu pun hadits shahih tentang keutamaan khusus pada ibadah kurban.

"Segelintir manusia meriwayatkan riwayat-riwayat yang ajaib tentang keutamaan berkurban tapi tidak ada yang shahih. Di antara riwayat tersebut ialah, 'Sesungguhnya hewan kurban ialah tunggangan kalian menuju surga.'" tutur dia.

Meski demikian, dhaifnya dari sanad hadits keutamaan tersebut sebaiknya tidak lantas melunturkan niat muslim untuk berkurban. Rasulullah SAW pernah menekankan pentingnya ibadah kurban dalam hadits berikut.

ΨΉΩŽΩ†Ω’ أَبِي Ω‡ΩΨ±ΩŽΩŠΩ’Ψ±ΩŽΨ©ΩŽΨŒ Ω‚ΩŽΨ§Ω„ΩŽ: Ω‚ΩŽΨ§Ω„ΩŽ Ψ±ΩŽΨ³ΩΩˆΩ„Ω اللهِ Ψ΅ΩŽΩ„Ω‘ΩŽΩ‰ اللهُ ΨΉΩŽΩ„ΩŽΩŠΩ’Ω‡Ω ΩˆΩŽΨ³ΩŽΩ„Ω‘ΩŽΩ…ΩŽ: Β«Ω…ΩŽΩ†Ω’ وَجَدَ Ψ³ΩŽΨΉΩŽΨ©Ω‹ ΩΩŽΩ„ΩŽΩ…Ω’ يُآَحٍ، ΩΩŽΩ„ΩŽΨ§ ΩŠΩŽΩ‚Ω’Ψ±ΩŽΨ¨ΩŽΩ†Ω‘ΩŽ Ω…ΩΨ΅ΩŽΩ„Ω‘ΩŽΨ§Ω†ΩŽΨ§

Artinya: Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berkurban, maka janganlah dia mendekati tempat salat kami." (HR Imam Ahmad)

Selain itu, kurban juga dapat menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim yang merupakan sang khalilullah. Allah SWT telah mewahyukan kepada beliau agar menyembelih Ismail, tapi kemudian digantikannya Ismail menjadi seekor domba besar. Allah SWT berfirman melalui surah Ash-Shaffat ayat 107,

ΩˆΩŽΩΩŽΨ―ΩŽΩŠΩ’Ω†ΩŽΩ°Ω‡Ω بِذِبْحٍ ΨΉΩŽΨΈΩΩŠΩ…Ω

Artinya: "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar,"

Wallahu'alam.




(rah/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads