Bulan suci baru saja kita tinggalkan, kesedihan ada pada orang-orang beriman dan memohon untuk berjumpa kembali. Begitu rindu nan menggebu untuk selalu berjumpa padamu, wahai bulan yang suci. Engkau Yang Maha Suci, semua manusia saleh Kau tempa dan bersihkan dari kotoran. Kau pilih mereka ( orang saleh ) dan Kau berikan minuman cinta dalam wadah yang paling mulia, mereka yang minum diantara orang-orang yang jujur dan benar maka kebencian dalam hatinya akan sirna. Suci nan bersih, itulah hati orang yang menjalankan puasa dan diterima ibadahnya oleh Allah Swt.
Allah Swt. menghiasi hati orang-orang saleh dengan cahaya-Nya menuju jalan kebaikan, membangkitkan tekad untuk segera melaksanakan. Mereka ( orang-orang saleh ) menghinakan diri di hadapan-Nya, memohon ampunan, sadar akan diri terhadap pencipta-Nya, ini adalah bentuk penghambaan yang paripurna. Sebagaimana firman-Nya dalam surah ali-Imran ayat 17 yang artinya, "Orang-orang yang bersabar, jujur, taat, berinfak, dan memohon ampun pada waktu sahur."
Maksud ayat di atas adalah, Mereka itu adalah orang-orang yang bersifat sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt. dan menjauhi berbagai macam maksiat, dan dalam menghadapi musibah yang menimpa mereka dari takdir Allah Swt. yang menyakitkan, dan dengan sifat jujur dalam ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan, memiliki ketaatan yang sempurna, berinfak dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, dan mengucapkan istighfar di akhir malam, karena waktu tersebut merupakan waktu besarnya kesempatan diterima dan dikabulkannya doa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apakah orang yang lalai dan berbuat jahat disamakan perlakuannya oleh Allah Swt, dengan orang-orang bertaqwa yang taat ? Tentu tidak, sebagaimana dalam surah Shad ayat 28 yang artinya, "Pantaskah Kami memperlakukan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang yang bertaqwa sama dengan orang-orang yang jahat."
Maksud dari ayat di atas adalah, Kami tidak akan menyamakan orang-orang yang beriman kepada Allah Swt. mengikuti Rasul-Nya dan beramal saleh dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi dengan kekufuran dan kemaksiatan. Kami tidak menyamakan orang-orang yang bertaqwa kepada Rabb mereka dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dengan orang-orang kafir dan munafik yang larut dalam kemaksiatan. Menyamakan di antara mereka merupakan kezaliman yang tidak layak bagi Allah Swt. Tetapi Allah Swt. akan membalas orang-orang Mukmin yang bertaqwa dengan memasukkan mereka ke dalam Surga, dan menghukum orang-orang kafir yang sengsara dengan memasukkan mereka ke dalam Neraka, karena mereka di sisi Allah Swt. tidak sama, maka balasan masing-masing di sisi Allah Swy. juga tidak sama.
Hikmah puasa dalam bulan suci ini banyak kita jumpai seperti kisah-kisah dan pendapat ulama yang akan penulis sampaikan :
1. Sebagian ulama berkata, "Aku melihat seorang pemuda yang tampan dan memakai pakaian yang kasar. Aku berkata, 'Baju apa ini ?' Dia menjawab, 'Wahai saudaraku, aku hanyalah seorang hamba. Aku memakai pakaian sebagaimana seorang hamba memakai pakaian. Jika tuanku memerdekakanku, maka aku akan memakai sesuai kehendakku."
2. Salman al-Farisi berkata, "Semua kesibukan yang menjauhkanmu dari Allah Swt, baik keluarga maupun harta, adalah kemalangan bagimu."
3. Ada yang bertanya kepada Muhammad bin Wasi, "Kenapa engkau tidak menemui Sultan?" Lalu dia menjawab, "Sungguh aku menemui Allah Swt. dalam keadaan mukmin dan kurus, itu lebih baik daripada aku menemui-Nya dalam keadaan munafik dan gemuk."
4. Hatim al-Asham berkata, "Dunia ini seperti bayanganmu. Jika kamu meninggalkannya, ia mengejarmu. Jika kamu mengikutinya, ia menjauhimu.
5. Imam Malik bin Anas berkata, "Cinta dunia mengeluarkan manisnya iman dari dalam hati."
6. Ada yang berkata kepada seorang ulama, "Ketahuilah, Si Fulan itu ahli ibadah lagi zuhud, lalu ia kembali mengemis kepada dunia." Ulama itu menjawab, "Janganlah kamu kagum kepada orang yang kembali itu, tetapi kagumlah kepada orang yang istiqamah."
Kemenangan yang dinantikan adalah kita menjadi orang yang sabar, jujur, taat, berinfak dan selalu memohon ampunan kepada-Nya. Pada akhir bulan Ramadhan ini kita jemput kemenangan tentu dengan ikhtiar dan hati menjadi bersih dari kotoran dan bisikan setan serta pesona dunia. Semoga Allah Swt. memberikan kesempatan pada kita semua untuk berjumpa kembali dengan bulan suci Ramadhan yang akan datang. Penulis tutup uraian ini dengan bersenandung :
Andai, wahai kau yang lalai.
Kau cicipi begadang malam.
Andai kau yang bodoh.
Mendengarkan isakan orang saleh saat beribadah.
Orang saleh nikmati malam.
Tegakkan kaki, melangkah pasti menuju ibadah.
Nikmat zikir ucapan manis.
Dirikan kemah tepi sungai kejujuran.
Kendaraan rindu ke negeri kedamaian.
Mereka berangkat, saat yang lalai tidur.
Mereka mengadu pada Sang Kekasih,
Saat cinta menggebu.
Mereka rasa lezatnya kesenangan.
Tatkala pagi menjemput, mereka pakai jilbab puasa.
Melawan tengah hari, tinggalkan minuman dan makanan.
Bentengi dengan dengan baju besi taqwa, agar tak ada dosa datang.
Demi mereka, bumi diberi minum oleh hujan.
Mereka berdo'a, awanpun berjalan.
Karena mereka, yang bermaksiat dapatkan ampunan.
Saat didatangi kematian, rasa manis gelas kematian.
Saat dikuburkan, tempat itu bangga dengan berbaringnya tulang mereka.
Ada wasiat dari mereka, tuk generasi mendatang, berupa ilmu penyelamat negeri akhirat.
Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Merapat! Lowongan di BP Haji Bisa untuk Nonmuslim