Pada bulan Ramadan terdapat satu malam penuh kemuliaan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam, yakni lailatul qadar. Lantas kapan malam lailatul qadar itu?
Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam buku Majalis Syahri Ramadhan, mengemukakan lailatul qadar terjadi pada Ramadan. Karena dengan jelas Allah SWT menurunkan Al-Qur'an di malam mulia itu sebagaimana tercantum dalam Surat Al-Qadr ayat 1, dan Dia nyatakan juga bahwa Al-Qur'an diwahyukan pada bulan Ramadan sesuai Surat Al-Baqarah ayat 185.
Nabi SAW melalui sabdanya turut mengungkapkan demikian, pula mengabarkan lailatul qadar telah ada sejak umat terdahulu hingga hari kiamat kelak. Diriwayatkan Abu Dzar, ia bertanya kepada Rasul SAW:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Wahai Rasulullah, terangkanlah kepadaku tentang lailatul qadar, apakah ia terdapat pada bulan Ramadan atau juga pada bulan lainnya?" Beliau menjawab: "Hanya pada bulan Ramadan."
Ia bertanya lagi, "Apakah ia (lailatul qadar) hanya ada bersama nabi-nabi selama mereka masih hidup, sehingga jika mereka telah meninggal dunia lantas tidak ada lagi lailatul qadar, ataukah ia tetap ada sampai datangnya hari kiamat?" Beliau menjawab: "Sampai hari kiamat...." (HR Ahmad & Nasa'i)
Kapan Tepatnya Lailatul Qadar Itu?
Melansir buku Fiqih Sunnah, Sayyid Sabiq menerangkan para ulama berbeda pendapat mengenai waktu pasti datangnya lailatul qadar. Ada yang menyebut malam kemuliaan itu bertepatan di malam ke-21 Ramadan, atau malam ke-23. Terdapat pula yang berpandangan malam qadar terjadi di malam ke-25 maupun malam ke-29.
Tetapi jumhur ulama meyakini lailatul qadar jatuh pada malam ke-27 Ramadan. Lantaran sesuai hadits Nabi SAW bersanad shahih yang diriwayatkan Ibnu Umar:
مَنْ كَانَ مُتَحَرِّهَا، فَلْيَتَحَرَّهَا فِي لَيْلَة سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ
Artinya: "Barang siapa yang berusaha menggapainya (lailatul qadar), hendaknya dia berusaha menggapainya pada malam kedua puluh tujuh." (HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud & Tirmidzi)
Adapun dalam hadits lain dari Zirr bin Hubaisy, ia berkata: "Aku pernah bertanya pada Ubay bin Ka'ab, lalu aku berkata, 'Saudaramu, Ibnu Mas'ud pernah berkata, "Siapa beribadah setahun penuh, maka ia akan mendapatkan lailatul qadar."
Lalu Ubay bin Ka'ab berkata, 'Ibnu Mas'ud bermaksud agar orang-orang tidak menyempitkan (waktu untuk beribadah). Ia sudah tahu bahwa lailatul qadar ada di bulan Ramadan, pada sepuluh malam yang terakhir, yaitu pada malam ke-27.'
Kemudian Ubay bin Ka'ab bersumpah tanpa pengecualian bahwa lailatul qadar ada pada malam ke-27. Aku bertanya kepada Ubay bin Ka'ab, 'Atas dasar apa kamu berkata demikian, wahai Abu Mundzir?'
Ia menjawab, 'Atas dasar tanda yang telah diberitahukan kepada kami oleh Rasulullah SAW bahwa pada hari itu matahari tidak memancarkan sinarnya." (HR Muslim 3/174).
Meski Nabi SAW nyatakan lailatul qadar terjadi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan atau tepatnya pada malam ke-27, Sayyid Sabiq mengemukakan lailatul qadar itu tidak tetap dan pasti berpindah-pindah waktu dari tahun ke tahunnya. Bahkan terdapat ulama yang mengatakan bahwa malam kemuliaan itu kemungkinan juga terjadi di awal Ramadan atau pertengahan.
Dirahasiakannya lailatul qadar oleh Allah SWT bukanlah tanpa sebab, Syaikh Al-Utsaimin dalam bukunya menjelaskan alasannya. Menurutnya, yang demikian lantaran Dia ingin para hamba memperoleh rahmat-Nya dengan memperbanyak amal ibadah mereka dalam mencari malam kemuliaan itu, sehingga bertambah dekatlah mereka kepada-Nya.
Ciri-ciri Malam Lailatul Qadar
Melalui sabdanya, Rasulullah SAW juga mengungkap tanda-tanda datangnya malam lailatul qadar yang penuh kemuliaan itu. Dalam buku Khutbah Nabi, Muhammad Khalil Khathib menukil hadits yang diriwayatkan Ubadah bin Shamit, di mana Nabi SAW menuturkan:
"Sesungguhnya tanda-tanda datangnya lailatul qadar adalah bahwa pada malam itu langit benar-benar cerah dan terang seakan-akan ada rembulan yang sedang memancarkan cahayanya.
Suasana malam itu begitu tenang, hening, dan memiliki corak yang lain (ketimbang biasanya). Dan pada malam itu udara tidak terasa dingin dan tidak juga terasa panas, serta (di angkasa) tidak terlihat bintang-bintang jatuh (meteor) sampai pagi tiba.
Dan ciri- ciri lain darinya adalah bahwa pada keesokan harinya, matahari di pagi hari itu akan terbit dengan cahaya yang bersinar sedang. Matahari tidak memancarkan sinar yang terlalu panas (terang) dan hanya akan bersinar seperti bulan, karena pada pagi hari itu setan tidak diperbolehkan keluar bersamaan dengan terbitnya matahari itu." (HR Ahmad dalam Majma' az-Zawaid, dan tokoh-tokohnya dianggap semuanya tsiqah.)
Wallahu a'lam.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Guru Madin Dituntut Rp 25 Juta, FKDT Sayangkan Sikap Wali Murid