Said bin Amir al-Jumahi: Sosok Pemimpin Sederhana

Kolom Hikmah

Said bin Amir al-Jumahi: Sosok Pemimpin Sederhana

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 17 Mar 2023 08:00 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta - Seorang pemimpin yang baik tentu memberikan teladan perbuatan kepada masyarakatnya, bukan hanya nasihat dan kata-kata melainkan perbuatan sesuai apa yang dikatakan.

Pemimpin juga memahami bahwa tanggung jawabnya lebih diutamakan daripada untuk memenuhi kesenangan sendiri (tentu kesenangan yang dilandasi nafsu untuk mencintai dunia). Lebih mencintai dan mengutamakan kepentingan masyarakat, karena dia sadar bahwa tatkala diberi amanah sebagai pemimpin di hatinya berkata bahwa dirinya adalah pelayan. Dia berbuat dan melayani tidak berharap dunia, namun dia harapkan keridhaan-Nya.

Dikisahkan, seorang Gubernur yang masuk dalam daftar orang-orang miskin, di rumahnya tidak ada pembantu, sehingga setiap pagi dia mempersiapkan makan keluarganya. Mempunyai pakaian hanya yang melekat di tubuhnya. Dia adalah Said bin Amir Gubernur Hims, yang dikenal dengan Kuwaifah. Dia berhijrah ke Madinah tinggal bersama Rasulullah Saw. dan ikut bersama Beliau dalam perang Khaibar dan peperangan lain sesudahnya.

Ketika Rasulullah Saw. dipanggil menghadap keharibaan Rabbnya dalam keadaan ridha, Said bin Amir tetap mengabdi pada Amirul Mukminin Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Saat Umar bin Khathab mengundang Said bin Amir untuk mendukungnya, Umar berkata, " Wahai Said, aku menyerahkan kota Hims kepadamu." Said menjawab, " Wahai Umar, aku mohon kepadamu dengan nama Allah agar mencoret namaku." Tetap Umar sebagai pimpinan negara mengangkat Said sebagai gubernur Hims.

Dari peristiwa penunjukkan sebagai gubernur kepada Said bin Amir telah menunjukkan sikap yang ikhlas dalam berjuang menegakkan agama Islam. Dia sama sekali tidak berharap imbalan dengan bukti minta dicoret namanya. Akhlak dia adalah mengikuti teladan Rasulullah Saw. dalam kehidupan sehari-hari, kesederhanaan sebagai sahabatnya. Rasulullah Saw. berbicara dan berbuat sebagai pemimpin bukan menuruti hawa nafsunya melainkan berdasarkan firman yang diwahyukan. Maka Said bin Amir menjadikan Kitabullah dan Rasul-Nya sebagai pegangan hidupnya dalam memimpin sebagai Gubernur. Ingatlah firman-Nya pada surah ali-Imran ayat 31 yang berbunyi, " Katakanlah ( wahai Muhammad ): jika engkau mencintai Allah maka ikutlah aku niscaya Allah akan mencintaimu."

Saat beberapa orang yang bisa dipercaya dari Hims mendatangi Amirul Mukminin. Umar berkata, " Tulislah nama penduduk yang miskin dari Hims agar aku bisa membantu mereka."
Mereka menulis dalam lembaran di dalamnya tercantum nama Said bin Amir.
Umar bertanya, " Siapakah Said bin Amir?"
Mereka menjawab, " Gubernur kami."
Umar menegaskan, " Gubernur kalian miskin?"
Mereka menjawab, " Benar, di rumahnya tidak pernah di nyalakan api dalam waktu yang cukup lama."

Maka Umar menangis sampai membasahi janggutnya, kemudian mengambil seribu dinar memasukkan dalam sebuah kantong. Umar berkata," Sampaikan salamku kepadanya dan katakan kepadanya bahwa Amirul Mukminin mengirimkan harta ini agar kamu bisa menggunakannya untuk memenuhi kebutuhanmu."


Setelah delegasi sampai dan bertemu dengan Gubernur sambil menyerahkan kantong titipan Umar bin Khathab. Setelah dilihatnya seraya dia berkata, " inna lillahi wa inna ilaihi raji'un."

Istrinya datang dengan penuh kecemasan, dia berkata, " Apa yang terjadi wahai Said? Apakah Amirul Mukminin wafat?"
Said menjawab, " Lebih besar dari itu."

Istrinya bertanya, " Apa yang lebih besar ?" Jawabnya, " Dunia datang kepadaku untuk merusak akhiratku, sebuah fitnah telah menerpa rumahku." Istrinya berkata, " Engkau harus berlepas dari dirinya." Istrinya belum mengerti apa pun yang terkait dengan dinar tersebut.
Said bertanya, " Kamu bersedia membantuku?" Jawab istrinya, " Ya."
Kemudian Said mengambil dinar itu, memasukkan kedalam kantong-kantong dan membagi-bagikannya kepada kaum muslimin yang miskin.

Inilah sikap mulia yang dicontohkan seorang gubernur, meskipun dari sisi lahir dinar tersebut dibutuhkan, namun dia lebih mendahulukan untuk diberikan pada kaum miskin yang lebih membutuhkannya. Ini merupakan ciri kepemimpinan yang diajarkan Islam agar setiap perbuatannya tidak mementingkan diri dan keluarga serta kelompoknya. Memang model pemimpin seperti ini tidaklah mudah kita jumpai, namun sebagai umat muslim teruslah berikhtiar untuk menemukannya. Selalu ingatlah bahwa tawakal adalah keadaan ruhani Rasul-Nya dan ikhtiar adalah sunah beliau. Maka berikhtiarlah dalam tahun 2024 untuk menemukan pemimpin negeri ini seperti Said bin Amir. Amanah menjadi pegangannya, kesederhanaan kehidupannya. Dengan sederhana ( hakiki ) maka tidaklah banyak yang dibutuhkan, dan selamatlah dari ketergelinciran.

Berpegang pada amanah akan menunjukkan pemimpin tersebut mematuhi dan menjalankan perintah-Nya. Ingatlah surah an-Anfal ayat 27 yang berbunyi, " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui."

Mengingkari adalah tindakan pembangkangan terhadap perintah-Nya, dan hal itu tidak disukai oleh Sang Pencipta. Pada umumnya pengingkaran tersebut oleh para pemimpin yang menjadikan ia terjerambab dalam kubang lumpur dan menjadi hina. Ya, Allah berikanlah kami petunjuk dan bimbingan-Mu agar dapat menemukan pemimpin yang beramanah dan bertaqwa kepada-Mu.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)


(erd/erd)

Hide Ads