Sosok Orang yang Paling Berani di Mata Ali bin Abi Thalib

Sosok Orang yang Paling Berani di Mata Ali bin Abi Thalib

Indah Fitrah - detikHikmah
Minggu, 01 Jun 2025 05:00 WIB
Ilustrasi cerita Abu Bakar Ash-Shiddiq
Foto: Getty Images/Nataniil
Jakarta -

Dalam hidup ini, keberanian seringkali diukur dari kekuatan fisik atau keberhasilan menaklukkan musuh. Padahal, keberanian sejati tak selalu tampak di medan perang atau dalam sorotan banyak orang. Terkadang, ia hadir dalam diam, dalam keputusan untuk membela kebenaran meskipun harus berdiri sendirian.

Sejarah menyimpan banyak kisah luar biasa tentang keberanian. Salah satunya adalah kisah yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib, seorang sahabat mulia Rasulullah SAW. Dalam kisah ini, Ali menceritakan siapa sebenarnya sosok yang paling berani menurut pandangannya dan ternyata bukan dirinya sendiri.

Kisah teladan ini diambil dari buku Kumpulan Kisah Teladan susunan Prof. Dr. HM Hasballah Thaib, MA dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D. Sebuah pengingat bahwa keberanian sejati lahir dari keimanan dan keteguhan hati dalam membela yang benar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Orang yang Paling Berani Menurut Ali bin Abi Thalib

Dalam suatu kesempatan, Ali bin Abi Thalib pernah berdiri di hadapan para sahabat dan kaum Muslimin. Ia menyampaikan khutbah yang berisi pertanyaan tak terduga:

"Wahai kaum Muslimin, siapakah orang yang paling berani?"

ADVERTISEMENT

Spontan, para hadirin menjawab, "Tentu engkau, wahai Amirul Mukminin."

Namun Ali menggeleng, lalu berkata dengan tegas, "Orang yang paling berani bukan aku. Ia adalah Abu Bakar."

Ali kemudian menceritakan kembali peristiwa di medan Perang Badar. Saat itu, Rasulullah SAW berada di sebuah gubuk kecil yang sengaja didirikan untuk beliau. Kaum muslimin diminta untuk menjaga beliau dari kemungkinan serangan musuh. Namun, tak seorang pun yang berani maju, kecuali satu orang.

"Hanya Abu Bakar yang berdiri dan siap menemani Rasulullah SAW. Ia berdiri tegak di depan gubuk sambil menghunus pedangnya. Siapapun yang mencoba mendekat, akan dihadapinya. Itulah keberanian sejati."

Di Tengah Kekejaman Quraisy, Abu Bakar Tetap Berdiri

Ali juga mengenang masa-masa sulit di Mekkah, sebelum hijrah ke Madinah. Ketika Rasulullah SAW berjalan di tengah kota, orang-orang musyrik datang menghalangi, mengolok, bahkan menyakiti beliau.

"Mereka berkata dengan sinis, 'Apakah engkau hendak menjadikan tuhan-tuhan kami menjadi satu Tuhan saja?'"

Di saat itulah, Abu Bakar kembali menunjukkan keberaniannya. Tanpa ragu, ia maju membela Nabi, memukul orang-orang yang mengganggu, dan berkata:

"Apakah kalian hendak membunuh orang yang mengatakan Tuhanku adalah Allah?"

Sambil menceritakan itu, Ali tak kuasa menahan air mata. Ia menyeka pipinya dengan kain selendangnya.

Di akhir khutbahnya, Ali menyampaikan satu perbandingan yang mengejutkan:

"Adakah orang beriman dari kalangan Fir'aun yang lebih baik dari Abu Bakar?"

Tidak ada satu pun yang menjawab. Maka Ali pun menegaskan:

"Sesaat bersama Abu Bakar lebih utama daripada orang beriman dari kalangan Fir'aun, meskipun ia memiliki sepuluh dunia. Sebab, orang beriman di zaman Fir'aun menyembunyikan keimanannya. Sedangkan Abu Bakar menampakkan dan memperjuangkannya."

Kisah ini bukan semata catatan sejarah. Ia adalah pelajaran hidup tentang keberanian yang bersumber dari iman.

Sosok Abu Bakar membuktikan bahwa keberanian sejati tidak selalu berada di garis depan peperangan, tetapi dalam kesiapan untuk berdiri di sisi kebenaran, meski harus menghadapi bahaya sendirian.




(aeb/erd)

Hide Ads