Kedudukan orang tua khususnya ibu dalam Islam begitu penting karena telah mengandung, menyusui hingga membesarkan anaknya dengan kasih sayang. Sedemikian hebatnya beliau, Islam memerintahkan umatnya untuk berbakti kepada ibu melalui sejumlah ayat Al-Qur'an dan hadits.
Diketahui berbakti kepada orang tua merupakan salah satu sikap yang terpuji, dan itu juga termasuk kewajiban anak kepada orang tuanya. Untuk itu orang mukmin hendaknya terus menghormati kedua orang tua, terutama seorang ibu.
Berbakti kepada orang tua dalam Islam sering dikenal dengan istilah "birrul walidain". Yang secara bahasa Arab terdiri dari dua kata; 'birr' dan 'al-waalidain'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Panduan Muslim Sehari-Hari oleh KH M. Hamdan Rasyid & Saiful Hadi El-Sutha, kata 'birr' artinya benar, patuh dan berbuat baik. Sedang kata 'al-waalidain' berarti kedua orang tua atau ibu-bapak. Demikian birrul walidain bermakna bersikap patuh serta berbuat baik terhadap orang tua.
Birrul walidain juga bisa diartikan sebagai perbuatan baik anak kepada orang tua dengan menjauhi hal yang dapat menyakiti mereka, baik dalam bentuk ucapan, sifat, maupun perilaku.
Kedudukan Ibu dalam Islam
Tentu kita pernah mendengar pepatah "Surga berada di bawah telapak kaki ibu". Ungkapan tersebut bisa dikatakan benar, lantaran Islam turut mengistimewakan seorang ibu.
KH M. Hamdan Rasyid & Saiful Hadi El-Sutha dalam bukunya mengungkap kedudukan orang tua sangat mulia di sisi Allah SWT, sebagaimana juga dengan posisi ibu. Di mana terdapat sejumlah ayat Al-Qur'an dan hadits yang memerintahkan manusia untuk berbuat baik kepadanya. Serta ada dalil pula yang memuliakan dan menjelaskan keutamaan menghormatinya.
M. Quraish Shihab dalam buku Birrul Walidain bahkan mengemukakan hal menarik. Yakni Allah SWT nyatanya menggandengkan larangan mempersekutukan-Nya dengan perintah berbakti kepada orang tua.
Menurutnya, Dia melakukan demikian untuk mengisyaratkan bahwa kedurhakaan terhadap orang tua terutama ibu, berada di bawah dosa perbuatan musyrik. Karena itu benar bila ridha Allah SWT secara intinya didapatkan melalui restu mereka, begitu juga dengan murka-Nya muncul sebab murka orang tua pula.
Dalil Berbakti kepada Ibu
Menukil buku Keajaiban Doa dan Ridho Ibu oleh Mutia Mutmainnah, berikut dalil dari Al-Qur'an maupun hadits mengenai perintah untuk menghormati orang tua, utamanya ibu.
1. Surat Al-Luqman ayat 14
ÙÙÙÙØµÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙØ§ÙÙÙØ³ÙاÙÙ ØšÙÙÙØ§ÙÙØ¯ÙÙÙÙÙÛ ØÙÙ ÙÙÙØªÙÙ٠اÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙØ§ عÙÙÙ°Ù ÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙØµÙاÙÙÙÙ ÙÙÙÙ Ø¹ÙØ§Ù ÙÙÙÙ٠اÙÙ٠ا؎ÙÙÙØ±Ù ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙØ§ÙÙØ¯ÙÙÙÙÙÛ Ø§ÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ ÙØµÙÙÙØ±Ù
Latin: Wa waṣṣainal-insÄna biwÄlidaih(i), ឥamalathu ummuhÅ« wahnan 'alÄ wahniw wa fiá¹£ÄluhÅ« fÄ« 'Ämaini anisykur lÄ« wa liwÄlidaik(a), ilayyal-maṣīr(u).
Artinya: Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. (Wasiat Kami,) "Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu." Hanya kepada-Ku (kamu) kembali.
2. Surat Al-Ahqaf ayat 15
ÙÙÙÙØµÙÙÙÙÙÙØ§ اÙÙØ§ÙÙÙØ³ÙاÙÙ ØšÙÙÙØ§ÙÙØ¯ÙÙÙÙÙ Ø§ÙØÙØ³ÙاÙÙØ§ ÛØÙÙ ÙÙÙØªÙÙ٠اÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙØ±ÙÙÙØ§ ÙÙÙÙÙØ¶ÙØ¹ÙØªÙÙÙ ÙÙØ±ÙÙÙØ§ ÛÙÙØÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙØµÙ°ÙÙÙÙ Ø«ÙÙٰثÙÙÙÙÙ ØŽÙÙÙØ±Ùا ÛØÙØªÙÙ°ÙÙ Ø§ÙØ°Ùا ØšÙÙÙØºÙ Ø§ÙØŽÙدÙÙÙÙ ÙÙØšÙÙÙØºÙ Ø§ÙØ±ÙØšÙØ¹ÙÙÙÙ٠سÙÙÙØ©ÙÛ ÙÙØ§ÙÙ Ø±ÙØšÙ٠اÙÙÙØ²ÙعÙÙÙÙÙ٠اÙÙÙ Ø§ÙØŽÙÙÙØ±Ù ÙÙØ¹ÙÙ ÙØªÙÙ٠اÙÙÙØªÙÙÙ٠اÙÙÙØ¹ÙÙ ÙØªÙ عÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ¹ÙÙÙ°Ù ÙÙØ§ÙÙØ¯ÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙ Ø§ÙØ¹ÙÙ ÙÙÙ ØµÙØ§ÙÙØÙØ§ ØªÙØ±ÙضٰÙÙÙ ÙÙØ§ÙصÙÙÙØÙ ÙÙÙÙ ÙÙÙÙ Ø°ÙØ±ÙÙÙÙÙØªÙÙÙÛ Ø§ÙÙÙÙÙÙ ØªÙØšÙت٠اÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙØ§ÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙÙÙ ÙØ³ÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ
Latin: Wa waṣṣainal-insÄna biwÄlidaihi iឥsÄnÄ(n), ឥamalathu ummuhÅ« kurhaw wa waáža'athu kurhÄ(n), wa ឥamluhÅ« wa fiá¹£ÄluhÅ« ṡalÄṡūna syahrÄ(n), ឥattÄ iÅŒÄ balaga asyuddahÅ« wa balaga arba'Ä«na sanah(tan), qÄla rabbi auzi'nÄ« an asykura ni'matakal-latÄ« an'amta 'alayya wa 'alÄ wÄlidayya wa an a'mala á¹£Äliឥan tarážÄhu wa aá¹£liឥ lÄ« fÄ« ÅŒurriyyatÄ«, innÄ« tubtu ilaika wa innÄ« minal-muslimÄ«n(a).
Artinya: Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung sampai menyapihnya itu selama tiga puluh bulan. Sehingga, apabila telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, dia (anak itu) berkata, "Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridai, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim."
3. Hadits Nabi SAW Riwayat Abu Hurairah
Abu Hurairah berkata: "Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya, 'Ya Rasulullah siapakah orang yang paling berhak aku layani (patuhi)?' Jawab Nabi SAW, 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa lagi?' Jawab Nabi SAW, 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa lagi?' Jawab Nabi SAW, 'Ibumu.' Ia bertanya lagi, 'Kemudian siapa lagi?' Jawab Nabi SAW, 'Ayahmu." (HR Bukhari & Muslim)
4. Hadits Nabi SAW Riwayat Mughirah bin Syu'bah
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan kalian mendurhakai ibu-ibu kalian." (HR Bukhari & Muslim)
5. Hadits Nabi SAW dari Ibnu Jabir
Melansir dari Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 2 susunan Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali, hadits berikut menerangkan keutamaan berbakti kepada ibu yang menjadikan seorang anak begitu baik, sholeh, juga tawadhu.
Dari Ibnu Jabir, dia bercerita: "Ketika Umar bin al-Khaththab kedatangan rombongan dari penduduk Yaman, dia bertanya kepada mereka: 'Adakah di antara kalian orang yang bernama Uwais bin Amir?'
Hingga ia mendatangi Uwais, lalu Umar berkata kepadanya: 'Apakah engkau Uwais bin Amir?' Jawabnya, 'Ya, benar,' Lalu 'Umar bertanya: 'Apakah engkau dari Murad, lalu dari Qaran?' Dia pun menjawab: 'Ya.'
Lebih lanjut, Umar bertanya: 'Engkau dahulu pernah terkena penyakit belang, kemudian sembuh darinya kecuali tinggal sebesar dirham?' Dia menjawab, 'Benar,' Lanjut umra bertanya, 'Apakah engkau masih mempunyai ibu?' Uwais menjawab: 'Masih.'
Kemudian Umar berkata: 'Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, "Kelak akan datang kepada kalian seorang yang bernama Uwais bin Amir bersama dengan rombongan penduduk Yaman, di mana dia dari Murad kemudian dari Qaran, dia pernah berpenyakit belang, kemudian sembuh dan masih tersisa sebesar dirham, dia masih mempunyai ibu, dan dia sangat berbakti kepada ibunya. Seandainya dia bersumpah untuk berbuat baik karena Allah, maka Allah pasti akan menolongnya memenuhi sumpahnya. Jika engkau bisa menyuruhnya memohonkan ampunan untukmu, maka kerjakanlah." Oleh karena itu, mohonkanlah ampunan untukku.' Maka Uwais pun memohonkan ampunan untuk Umar. (HR Muslim).
(dvs/dvs)












































Komentar Terbanyak
Cak Imin Sebut Indonesia Gudang Ulama
MUI Surakarta Jelaskan Hukum Jenazah Raja Dimakamkan dengan Busana Kebesaran
Cak Imin Sebut Pesantren Solusi Rakyat, Bisa Tangani Utang dan Kemiskinan