Tren childfree yang belum lama ini mencuat, menarik perhatian banyak masyarakat. Dampaknya, ada sebagian pihak yang pro, dan lainnya yang kontra. Lantas, bagaimana pandangan Islam mengenai childfree?
Dalam jurnal berjudul Childfree Perspektif Hukum Islam oleh Ahmad Fauzan, childfree merupakan istilah yang hadir sekitar tahun 1972. Istilah ini dimaknai bagi seorang yang enggan memiliki anak, di mana ia punya alasan tertentu untuk mengambil keputusan yang demikian.
Mengutip laman Fertility Smarts, childfree adalah tern yang dipakai bagi orang dewasa yang tidak memiliki anak, baik secara biologis atau adopsi. Istilah ini disematkan kepada mereka yang secara sengaja memilih untuk tidak punya anak, atau terhadap mereka yang tidak mampu memiliki anak karena tidak subur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan Orang Memilih Childfree
Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan seorang atau pasangan suami istri enggan untuk punya anak. Sebagaimana dalam jurnal berjudul Childfree Perspektif Hukum Islam, ada beberapa ahli yang mengemukakan alasan chidfree menjadi pilihan. Menurut Maria Bicharova & Irena Lebedeva, faktor psikologis dan ekonomi menjadi alasan childfree.
Rudolf Santana berpendapat bila wanita enggan mengandung karena; tingginya biaya hidup, proses melahirkan yang dianggap menyakitkan, khawatir tubuh tak lagi bagus, tidak ingin dan tak mampu mengurus anak, serta fokus mengejar karir.
Jurnal Chidfree Dalam Perspektif Islam oleh Eva Fadhilah menyebutkan lima faktor banyak orang yang memilih hidup tanpa anak:
1. Faktor Ekonomi
Ada orang yang tidak yakin juga cemas bahwa mereka tidak akan bisa memenuhi biaya hidup anak, sehingga dirasa memberatkan dirinya. Kematangan finansial dinilai menjadi faktor paling penting ketika ingin punya anak. Bagi mereka, rezeki berupa materi perlu disiapkan sejak awal agar dapat menghidupi anak.
2. Faktor Mental
Selain keuangan, kesiapan mental juga juga tak boleh diabaikan, lantaran menjadi orang tua bukanlah hal mudah. Kejiwaan atau batin disebut sebagai penyanggah kebahagiaan antara orang tua dengan anak. Bila diri tidak stabil sambil mendidik anak, maka bisa berdampak pada psikis anak ke depannya.
3. Faktor Personal
Anak dirasa sebagai penghambat kesuksesan karir, selain itu kehadiran anak dinilai merepotkan hidup seseorang. Bahkan mereka yang punya pengalaman traumatis juga khawatir tidak bisa menjadi orang tua yang baik.
4. Faktor Budaya
Kehadiran anak dalam sebuah pernikahan yang dianggap utama sehingga banyak keluarga dan kerabat yang menantikannya, bahkan hingga kerap menanyakan yang terkesan menyudutkan. Hal itulah yang memungkinkan seseorang memilih childfree.
5. Over Populasi
Padatnya penduduk dunia menjadi alasan bagi sebagian orang untuk tidak memiliki anak. Sehingga mereka ingin menstabilkan jumlah populasi agar tidak menambah beban bumi.
Bagaimana Islam Memandang Childfree?
Allah SWT dalam Al-Qur'an mensyariatkan para hamba untuk menikah, tepatnya Surat An-Nur ayat 32: "Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu,"
Anjuran ini salah satunya ditujukan agar kaum muslim punya keturunan yang beriman serta bertakwa kepada Allah SWT. Sesuai tujuan pernikahan yang diungkap Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengutip laman NU Online:
"Begitu pula dalam pernikahan, tujuannya adalah menjaga keberlangsungan jenis manusia, dan melahirkan keturunan yang sholeh. Alasan ini secara hakikat juga menjadi alasan disyariatkannya pernikahan. Karenanya tidak mungkin terbayang adanya anak sholeh tanpa pernikahan, sehingga menikah adalah sebab yang menjadi perantaranya. Anak sholeh merupakan maksud syariat dan orang berakal. Jika tidak ada pernikahan, maka tidak akan ada anak sholeh."
Menikah dan memiliki keturunan dikatakan pula sebagai fitrah manusia di dunia, menukil jurnal Childfree Dalam Perspektif Islam. Di mana dapat dilihat dari penciptaan manusia pertama yakni Nabi Adam AS, kemudian menikah dengan Hawwa dan sampai sekarang beranak pinak.
Lebih lanjut, konsep memiliki keturunan sebagai tujuan dari sebuah pernikahan dapat dilihat juga pada Surat An-Nahl ayat 72:
ΩΩΨ§ΩΩΩΩ°ΩΩ Ψ¬ΩΨΉΩΩΩ ΩΩΩΩΩ Ω Ω ΩΩΩΩ Ψ§ΩΩΩΩΩΨ³ΩΩΩΩ Ω Ψ§ΩΨ²ΩΩΩΨ§Ψ¬ΩΨ§ ΩΩΩΨ¬ΩΨΉΩΩΩ ΩΩΩΩΩ Ω Ω ΩΩΩΩ Ψ§ΩΨ²ΩΩΩΨ§Ψ¬ΩΩΩΩ Ω Ψ¨ΩΩΩΩΩΩΩ ΩΩΨΩΩΩΨ―ΩΨ©Ω ΩΩΩΨ±ΩΨ²ΩΩΩΩΩΩ Ω Ω ΩΩΩΩ Ψ§ΩΨ·ΩΩΩΩΩΨ¨Ω°ΨͺΩΫ Ψ§ΩΩΩΨ¨ΩΨ§ΩΩΨ¨ΩΨ§Ψ·ΩΩΩ ΩΩΨ€ΩΩ ΩΩΩΩΩΩΩ ΩΩΨ¨ΩΩΩΨΉΩΩ ΩΨͺΩ Ψ§ΩΩΩΩ°ΩΩ ΩΩΩ Ω ΩΩΩΩΩΩΨ±ΩΩΩΩΩΫ
Latin: WallΔhu ja'ala lakum min anfusikum azwΔjaw wa ja'ala lakum min azwΔjikum banΔ«na wa αΈ₯afadataw wa razaqakum minaαΉ-αΉayyibΔt, a fa bil-bΔαΉili yu`minα»₯na wa bini'matillΔhi hum yakfurα»₯n
Artinya: Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri, menjadikan bagimu dari pasanganmu anak-anak dan cucu-cucu, serta menganugerahi kamu rezeki yang baik-baik. Mengapa terhadap yang batil mereka beriman, sedangkan terhadap nikmat Allah mereka ingkar?
Dijelaskan pula, adanya kalimat tanya pada akhir ayat di atas dinilai sebagai penegasan tentang fitrah manusia yakni memiliki keturunan. Yang mana jika manusia mengingkarinya sama saja dengan mengingkari nikmat Allah SWT dan melakukan perbuatan batil.
Melansir laman NU Online, Ning Shofiyatul Ummah mengatakan bagi mereka yang childfree karena khawatir tak cukup finansial atau semisalnya. Alasan ini tidak cukup kuat lantaran tak meyakini kasih sayang Allah SWT yang Maha Pemberi Rezeki. Padahal Dia nyatakan dalam Surat An-Nahl ayat 72 bahwa Dialah yang menganugerahi manusia dengan sebaik-baiknya nikmat.
Menurutnya juga, jika melihat anjuran nikah di mana keutamaannya bisa memiliki anak yang sholeh seperti penjelasan di atas, maka alasan memilih childfree dengan sengaja hendaknya tidak dilakukan.
Wallahu a'lam.
(aeb/lus)












































Komentar Terbanyak
Wamenag Romo Syafi'i Menikah Hari Ini, Habib Rizieq Jadi Saksi
Rieke Diah Pitaloka Geram, Teriak ke Purbaya Gegara Ponpes Ditagih PBB
Pemerintah RI Legalkan Umrah Mandiri, Pengusaha Travel Umrah Syok