Salah satunya, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr. Ulul Albab, Sp. OG. yang menyatakan bahwa masjid menjadi sentra pendidikan, ekonomi dan kesehatan. Khusus untuk pemberdayaan kesehatan melalui masjid, menurutnya ada dua langkah yang perlu dilakukan.
"Pertama, masjid yang kita dorong untuk melakukan ibadah yang sehat atau yang kedua masjid juga bisa menjadi tempat layanan kesehatan," ungkap dia melalui keterangan tertulisnya yang diterima detikHikmah, Selasa (24/1/2023).
Ulul Albab kemudian mencontohkan Masjid Nabawi yang bisa dilihat bersama bahwa kini menjadi contoh semua urusan bersatu mulai dari keagamaan, ekonomi, serta politik bahkan kesehatan.
"Kita dari IDI berharap bahwa dialog ini merupakan langkah pembuka transformasi kesehatan berbasis masjid," ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Pokja Kesehatan I-EMAS dr. Ardiansyah Bahar, MKM menjelaskan, konsep transformasi layanan kesehatan berbasis masjid ini berawal dari hasil diskusi terbuka saat agenda Musyawarah Nasional I-EMAS tahun 2022. Hasil tersebut menyebutkan kewajiban muslim dalam hal menjaga kebersihan agar ibadah menjadi maksimal.
Ditambah lagi, kata Ardi, jumlah masjid di Indonesia berkali lipat lebih banyak dari puskesmas yang menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan. Menurutnya, penting untuk mendorong masjid yang dapat bermanfaat bagi layanan kesehatan.
"Belum lagi penyebarannya kita sama-sama tahu yang namanya masjid itu tersebar dari kota sampai ke pelosok ya, sehingga penyebarannya ini sudah tentu sangat potensial untuk pemberdayaan di bidang kesehatan," katanya.
Berdasarkan penuturan Ardi, ada beberapa program yang dapat diadaptasi untuk transformasi layanan kesehatan berbasis masjid. Beberapa di antaranya adalah mengadakan kuliah pakar, infografik, layanan konsultasi, layanan home-care syariah dan layanan kesehatan lainnya.
Konsep ini juga didukung Group Head Islamic Ecosystem Solution Bank Syariah Indonesia (BSI) Muhammad Syukron Habiby. Ia menyatakan, lahirnya BSI juga dengan tujuan pengabdian dalam acara sosial terutama dalam pemberdayaan kesehatan.
Hadir dalam kesempatan yang sama, Founder I-Emas Arief Rosyid menambahkan, peran masjid sebagai salah satu ikon pemberdayaan Islam yang berpotensi mendorong kemajuan umatnya dalam bidang kesehatan. Sebab itu, menurutnya, konsep transformasi layanan kesehatan perlu dieksekusi dan diperbaiki ke depannya.
"Pemerintah punya mimpi yang besar dan salah satunya melalui potensi-potensi masjid. Sehingga, beragam isu dan hal-hal yang menjadi perhatian pemerintah saat ini bisa dijahit menjadi satu dan dikaitkan antara satu ke yang lainnya," tutur dia.
Lebih lanjut, Arief juga berharap, kolaborasi antara I-Emas, IDI, Bank Syariah Indonesia (BSI) dan Masjid Agung Sunda Kelapa menjadi contoh tonggak dalam peningkatan pemberdayaan kesehatan yang dipelopori oleh masjid.
Sebagai informasi, dialog publik yang digelar I-Emas tersebut ditujukan untuk mengubah beragam permasalahan di masyarakat menjadi solusi konkrit. Beragam narasumber yang berpengalaman di bidangnya turut hadir dalam dialog seperti dr. Ardiansyah Bahar, MKM. selaku Ketua Pokja Kesehatan I-EMAS, Muhammad Syukron Habiby, MM., ME. selaku Group Head Islamic Ecosystem Solution BSI, Ilham Syahputra, SHI. selaku Direktur Care Program BSI Maslahat hingga dr. Kemal Imran , Sp.S (K). selaku Relawan Dokter Masjid Agung Sunda Kelapa.
I-Emas adalah perkumpulan pemuda yang punya gagasan dan melakukan gerakan konkrit untuk mewujudkan kesejahteraan umat melalui masjid. Inisiatif ini mendorong terciptanya kemandirian ekonomi berbasis masjid agar lebih banyak umat Islam yang terlibat aktif dan menciptakan nilai-nilai kolektif yang solid.
(rah/lus)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana