Perjanjian Bagi Hasil Sawah dengan Benih dari Pemilik Tanah Disebut Apa?

Perjanjian Bagi Hasil Sawah dengan Benih dari Pemilik Tanah Disebut Apa?

Christavianca Lintang - detikHikmah
Rabu, 28 Des 2022 13:00 WIB
Petani mengumpulkan strawberry hasil panen di ladang Beit Lahia. Buah strawberry itu nantinya akan diekspor ke Israel.
Perjanjian Bagi Hasil Sawah dengan Benih dari Pemilik Tanah. Foto: NurPhoto via Getty Images/NurPhoto
Jakarta -

Mukhabarah termasuk dalam akad yang memiliki tujuan untuk bercocok tanam atau pembuahan sawah yang termasuk dalam jenis akad syirkah. Sebab, di dalam mukhabarah terdapat pembagian hasil tanaman antara petani dan pemilik tanah. Apa itu mukhabarah?

Shofi Eviyanti dan Machnunah Ani Zulfah dalam bukunya yang berjudul Fiqih, mukhabarah adalah kerja sama antara pemilik ladang dengan penggarap (petani) dan benih tanamannya berasal dari pemilik ladang. Pembagian hasilnya menurut kesepakatan kedua belah pihak secara adil. Secara umum, kerja sama mukhabarah cenderung dilakukan pada tanaman dengan benih yang cukup mahal, seperti cengkeh, pala, vanili, dan sebagainnya. Tetapi hal tersebut tidak menutup kemungkinan mukhabarah diterapkan pada tanaman dengan benihnya yang relatif murah.


Rukun Mukhabarah

Melansir pada buku Fiqh Muamalah yang ditulis oleh Dr. Amirullah, S. Ag., M. Ag., rukun dari mukhabarah adalah sebagai berikut:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Pemilik lahan

Pemilik lahan adalah pihak yang mempunyai lahan atau tanah yang akan menjadi objek muzara'ah. Lahan yang dimaksud adalah lahan pertanian.

2. Petani atau penggarap tanah

Petani atau penggarap tanah ialah pihak yang diberi amanah oleh pemilik lahan untuk menggarap lahan. Pihak petani atau penggarap tanah akan mengelola lahan pemilik tanah sehingga akan menghasilkan pertanian yang hasilnya akan dibagi sesua dengan kesepakatan.

ADVERTISEMENT

3. Tanah yang akan digarap

Tanah yang akan digarap atau ma'aqud 'alaih adalah benda yang akan diakadkan. Benda tersebut antara lainnya adalah benda-benda yang ada dalam transaksi jual beli. Pada benda yang terdapat mukhabarah adalah tanah atau sawah yang dimiliki oleh pemilik lahan.

4. Ijab dan qabul secara lisan

Ijab merupakan suatu penawaran yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain. Sementara kabul merupakan persetujuan dari penawaran yang diajukan oleh pihak yang mengucapkan ijab.

Syarat Mukhabarah

Dalam penerapannya, Syarat Mukhabarah yang dijelaskan dalam buku yang berjudul Fiqh Muamalah oleh Ainul Yaqin, M.A. sebagai berikut:

1. Pemilik tanah dan pengarap harus seseorang yang sudah baligh dan berakal.

2. Benih yang akan ditanam harus jelas dan menghasilkan.

3. Lahan harus bisa menghasilkan, jelas terkait batasnya, dan diserahkan sepenuhnya kepada penggarap.

4. Pembagian hasil harus jelas penentuannya.

5. Jangka waktu harus menurut kebiasaan masa tanam dan masa panen.

6. Peralatan dibebankan kepada petani penggarap lahan

Hal-hal yang Membatalkan Mukhabarah

Melansir pada buku Fiqh Muamalah yang ditulis oleh Dr. Amirullah, S. Ag., M. Ag, mukhabarah merupakan kerja sama dalam mengelola lahan yang berdasar hukum agama Islam. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya, mukhabarah dapat dinyatakan batal atau berakhir secara Islam apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

1. Apabila telah usai masa mukhabarah yang didasari oleh kesepakatan saat akad atau ijab qabul. Tetapi, apabila bermaksud untuk melanjutkan mukhabarah, maka harus memulai dari proses akad kembali.

2. Dinyatakan batal apabila salah satu pihak meninggal dunia.

3. Terdapat uzur misalnya tanah garapan terpaksa dijual pemiliknya dengan alasan krusial. Misalnya untuk membayar utang. Contohnya adalah penggarap tidak dapat mengelola tanah karena sakit.

4. Apabila telah terjadi bencana, misalnya banjir yang melanda tanah garapan, sehingga mengakibatkan kondisi dan tanaman rusak.

Hikmah dari Menjalankan Mukhabarah

Melansir pada buku Fikih Madrasah Aliyah oleh Harjan Syuhada dan Sungarso, terdapat hikmah dalam menjalankan Muhkabarah. Hikmah tersebut antara lainnya adalah:

1. Memberikan lapangan pekerjaan kepada orang yang tidak punya kebun, tetapi punya potensi untuk menggarapnya dengan baik.

2. Menghindari praktik-praktik pemerasan atau penipuan dari pemilik kebun.

3. Memberikan pertolongan kepada penggarap (yang tidak memiliki modal) untuk mempunyai penghasilan.

4. Harta tidak hanya berputar pada orang-orang kaya saja.


Semoga informasi ini bisa menambah pengetahuan detikers dalam bermukhabarah secara adil.




(lus/lus)

Hide Ads