Orang Fakir Vs Orang Kaya, Mana yang Lebih Utama?

Orang Fakir Vs Orang Kaya, Mana yang Lebih Utama?

Kristina - detikHikmah
Selasa, 22 Nov 2022 09:00 WIB
ilustrasi orang kaya
Ilustrasi orang kaya. Foto: Getty Images/acilo
Jakarta -

Ada sejumlah pendapat mengenai keutamaan antara menjadi orang fakir dan orang kaya dalam pandangan Islam. Beberapa ada yang menganggap lebih utama orang fakir ketimbang orang kaya, namun ada juga sebaliknya.

Hal ini turut dibahas Imam Syamsuddin Al-Qurthubi dalam Kitab At Tadzkirah. Menurutnya, sebenarnya persoalan ini tidak terlalu sulit.

Ia menceritakan, Abu Ali Ad-Daqqaq pernah ditanya, "Sifat mana yang lebih utama, kaya atau fakir?" Dia menjawab, "Kaya, karena kaya adalah sifat Allah, sedang fakir adalah sifat makhluk. Sifat Allah lebih utama daripada sifat makhluk." Allah SWT berfirman,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

۞ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اَنْتُمُ الْفُقَرَاۤءُ اِلَى اللّٰهِ ۚوَاللّٰهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيْدُ ١٥

Artinya: "Wahai manusia, kamulah yang memerlukan Allah. Hanya Allah Yang Mahakaya lagi Maha Terpuji." (QS Fatir: 45)

ADVERTISEMENT

Dari pendapat itu, Imam Syamsuddin Al-Qurthubi menyimpulkan, pada hakikatnya orang yang fakir (memerlukan) itu hamba, meskipun dia mempunyai banyak harta. Menurutnya, seseorang baru disebut kaya apabila bersandar pada Tuhan dan tidak memandang kepada selain-Nya.

Namun, kata Imam Syamsuddin Al-Qurthubi, jika hati bergantung pada sesuatu dari dunia dan melihat dirinya fakir, berarti orang itu menjadi hamba atas sesuatu yang menjadi ketergantungannya itu.

Imam Syamsuddin Al-Qurthubi menjelaskan lebih lanjut, orang kaya yang hatinya bergantung pada harta, rakus, dan mencintai hartanya, dia adalah orang fakir. Menurutnya, orang yang benar-benar kaya adalah mereka yang menganggap harta hanyalah tambahan belaka.

Sebab, dalam salah satu hadits shahih Rasulullah SAW bersabda,

"Kekayaan bukanlah karena banyaknya harta, tetapi kekayaan adalah kekayaan hati." (HR Muslim)

Mengenai hadits tersebut, Utsman bin Sa'dan Al-Mushili pernah mengatakan, "Terimalah dengan kepuasan hati sekedar yang mencukupi diri, dan ambillah dengan kerelaan hati. Sesungguhnya kamu tidak tahu pasti, sempat hidupkah kamu esok atau sore hari."

Disebutkan dalam Sunan Ibnu Majah, Anas bin Malik RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

"Tidak seorang pun--baik orang kaya maupun orang fakir--melainkan pada hari kiamat akan menginginkan, andaikan dulu dia diberi harta dunia secukupnya saja." (HR Ibnu Majah. Al-Albani mengatakan hadits ini dhaif.)

Keutamaan antara menjadi orang fakir dan orang kaya turut disebutkan dalam sejumlah hadits lain. Namun, mayoritas dari hadits ini dinilai dhaif. Salah satunya, ada hadits yang menyebut bahwa orang yang utama adalah mereka yang berada di antara kaya dan fakir atau disebut al kafaf.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam Kasyf al-Khafa', "Sebaik-baik perkara adalah pertengahannya."

Maksud dari al kafaf di sini adalah orang yang memiliki sikap seperti orang fakir yang tidak suka bermegahan dengan kelezatan dan keindahan duniawi, sekalipun dia memiliki banyak harta.

Sementara itu, Imam Ibnu Katsir dalam salah satu kitabnya yang berjudul An-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim, pernah menceritakan tentang kisah orang fakir yang lebih dulu masuk surga daripada orang kaya.

Ia menukil riwayat Imam Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Orang-orang muslim yang fakir lebih dahulu masuk surga daripada orang-orang kaya dengan rentang waktu setengah hari, yaitu setara dengan lima ratus tahun kehidupan dunia."

At Tirmidzi dan Ibnu Majah juga meriwayatkan hadits serupa dengan redaksi yang sangat panjang. Hadits ini juga memiliki jalur dari Abu Hurairah. At Tirmidzi mengatakan hadits tentang orang fakir lebih dulu masuk surga daripada orang kaya ini hasan shahih.




(kri/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads