Al-Qur'an sebetulnya sudah menjelaskan perkara tentang ramalan maupun perdukunan. Belum lagi soal, peramal atau dukun yang mengaku mendapat bisikan atau informasi tentang hal-hal gaib dari jin.
Allah SWT telah menegaskan kepada manusia tentang kedustaan dakwaan tentang anggapan bahwa jin mengetahui hal gaib melalui kisah Nabi Sulaiman AS. Saat itu, para jin yang dipekerjakan Nabi Sulaiman menaati perintahnya dan terus melakukan pekerjaan mereka bahkan hingga Nabi Sulaiman wafat.
Para jin tidak tahu perihal wafatnya Nabi Sulaiman hingga akhirnya ada rayap yang memakan tongkat yang digunakan Nabi Sulaiman bersandar. Hal ini menjadi bukti bahwa jin benar-benar tidak mengetahui hal-hal gaib.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Allah SWT berfirman dalam surah Saba ayat 14,
يَعْمَلُوْنَ لَهٗ مَا يَشَاۤءُ مِنْ مَّحَارِيْبَ وَتَمَاثِيْلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُوْرٍ رّٰسِيٰتٍۗ اِعْمَلُوْٓا اٰلَ دَاوٗدَ شُكْرًا ۗوَقَلِيْلٌ مِّنْ عِبَادِيَ الشَّكُوْرُ
Artinya: Mereka (para jin) selalu bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan kehendaknya. Di antaranya (membuat) gedung-gedung tinggi, patung-patung, piring-piring (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur. Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang banyak bersyukur.
Sebaliknya, Prof. Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam Pengantar Studi Aqidah Islam menjelaskan, para jin akan berusaha mencuri kabar dari langit. Namun, setelah Nabi Muhammad SAW diutus menjadi rasul, penjagaan informasi semakin ketat dan sedikit sekali jin yang mampu mencuri dengar kabar dari langit.
Melalui surah Al Jin ayat 26-28, Allah SWT hendak mengingatkan, orang-orang yang datang pada peramal atau dukun untuk bertanya perihal peristiwa yang terjadi ataupun yang belum terjadi adalah orang-orang yang merugi.
(26) عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖٓ اَحَدًاۙ
(28) اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ فَاِنَّهٗ يَسْلُكُ مِنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ رَصَدًاۙ
Artinya: Dia mengetahui yang gaib. Lalu, Dia tidak memperlihatkan yang gaib itu kepada siapa pun, kecuali kepada rasul yang diridai-Nya. Sesungguhnya Dia menempatkan penjaga-penjaga (malaikat) di depan dan di belakangnya.
Secara tegas, Islam menyatakan, keyakinan pada seseorang bahwa dirinya memiliki pengetahuan tentang hal gaib termasuk dalam keyakinan sesat dan bertentangan dengan akidah Islam. Bila keyakinan tersebut berkembang menjadi tindakan meminta petunjuk maka hal itu menjadi dosa besar.
Keterangan ini disandarkan dari Shahih Muslim dan Musnad Ahmad yang diriwayatkan oleh beberapa istri nabi. Rasulullah SAW bersabda,
من أتَى عرَّافًا فسأله عن شيء، فصدَّقه لم تُقْبَلْ له صلاةٌ أربعينَ يومًا
Artinya: "Barangsiapa mendatangi tukang tenung lalu dia bertanya kepadanya suatu hal maka sholatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam," (HR Muslim).
Dalam riwayat lain juga disebutkan redaksi serupa dalam Sunan dan Musnad Imam Ahmad yang menyebut, orang yang membenarkan perkataan peramal dan dukun dianggap kufur terhadap Al-Qur'an. Dari Abu Hurairah secara marfu' bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa mendatangi dukun, lalu membenarkan apa yang dikatakannya maka ia telah berlepas diri dari apa yang diturunkan oleh Muhammad," (HR Ahmad).
Baca juga: 5 Doa Memohon Perlindungan dari Godaan Setan |
Bagaimana dengan Ramalan yang Benar?
Adakalanya manusia beranggapan ada ramalan dari peramal atau dukun yang terbukti benar. Prof. Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar mengatakan, pernyataan mereka biasanya termasuk dalam kategori talbis atau pemalsuan. Dengan kata lain, mereka berkata secara umum yang mengandung berbagai penafsiran.
"Jika perkara itu terjadi, maka ia akan menafsirkan kepada mereka tafsiran yang disesuaikan apa yang telah diucapkan,"
Melalui kitab Shahihain Jamu'al al Ushul karangan Ibnu al Atsir pernah dibahas dalam hadits yang dirwayatkan oleh Aisyah RA. Suatu waktu, ada sejumlah orang yang mempertanyakan perkara tersebut mengenai ramalan dari peramal atau dukun yang terbukti benar.
Rasulullah SAW bersabda, "Mereka (para dukun) bukanlah apa-apa."
Mereka berkata, "Wahai Rasulullah! Terkadang apa yang mereka ceritakan adalah benar."
Rasulullah SAW pun menjawab, "Perkataan yang nyata (benar) itu adalah perkataan yang dicuri oleh jin kemudian ia menempatkannya di telinga walinya lalu mereka mencampuradukkan bersama kebenaran itu dengan seratus kedustaan."
(rah/erd)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi