Berhaji di Usia Muda: Termotivasi Kekasih hingga Menggantikan Ayah

Kisah Haji Para Tamu Allah

Berhaji di Usia Muda: Termotivasi Kekasih hingga Menggantikan Ayah

Sudrajat - detikHikmah
Minggu, 09 Jun 2024 09:59 WIB
Prabaswara Nasywa di halaman depan Masjid Nabawi, Madinah
Prabaswara, haji muda Maktour kelahiran 2003 di Masjid Nabawi. (Foto: Dok. Pribadi)
Makkah -

Prabaswara mengaku sedikit terusik ketika kekasihnya, Nasywa Talitha, menyarankan agar dia tak cuma liburan ke negara-negara di Eropa tapi sesekali juga ke Makkah dan Madinah. Percakapan di awal 2024 itu membuat dia jadi kerap berdoa setiap usai salat agar diberi kesempatan mengunjungi dua kota suci tersebut.

Prabaswara dan kekasihnya, Nasywa TalithaPrabaswara dan kekasihnya, Nasywa Talitha. (Foto: Dok. Pribadi)

Bak pucuk dicinta ulam tiba, dalam sebuah perjalanan, Ayahnya mengabarkan kalau dia akan berhaji pada Mei tahun ini. Pendaftaran sudah dilakukan sang Ayah via Maktour sejak 2018. "Jujur itu surprise banget jadinya, kok Allah cepat sekali mengabulkan doa aku," kata Prabaswara kepada detikHikmah di lobi Hotel Dar Al Tawhid Intercontinental, Mekkah, Sabtu (8/6/2024).

Di sisi lain, lelaki kelahiran Brebes, 3 Maret 2003 itu mengaku sempat galau. Ia menyadari sebagai anak muda dirinya masih belum disiplin menunaikan salat lima waktu. Apalagi dia pernah mendengar sejumlah cerita bahwa 'hukuman' di tanah suci itu bersifat langsung dan nyata. "Pacar aku cuma nasihati agar banyak bersabar, enggak usah baperan atau nyolotan seperti di Jakarta," kenangnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai wujud keseriusan mensyukuri panggilan Ibrahim, mahasiswa semester 7 Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) itu mulai berselancar di dunia maya. Ia mencari tahu seputar tata cara ibadah haji, raudhah, multazam, dan lainnya. "Selebihnya ya aku bismillah aja, mengikuti nasihat dan panduan dari para ustaz di Maktour," ujar anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Bahder Husni dan Eta itu.

Setelah dua pekan berada di Tanah Suci, setidaknya ada tiga doa yang kerap dipanjatkan Prabaswara. Ia ingin disiplin beribadah, bisa melanjutkan kuliah hukum ke Colombia University, dan kelak mendapatkan istri yang salihah.

ADVERTISEMENT

Cerita sedikit berbeda datang dari Muhammad Fahri Rifki. Mahasiswa Business Creation di Binus University itu berhaji karena menggantikan sang Ayah yang berpulang akibat COVID-19 pada 2021. Sang Ayah telah mendaftar bersama ibunya pada 2018. "Setelah Ayah wafat, langsung diganti ke nama saya dan ditambah nama adik (perempuan) buat nemenin ibu. Jadi kami berhaji bertiga," tutur Fahri.

M Fahri Rifki, mahasiswa Binus berhajiM Fahri Rifki, mahasiswa Binus berhaji. (Foto: Dok. Pribadi)

Sebagai anak muda, dia mengakui masih bandel dan kurang disiplin menunaikan salat lima waktu. Namun begitu dipastikan berangkat Mei tahun ini, dia mencoba memperbaiki diri dan mempersiapkan segala sesuatunya sebaik mungkin. Lelaki kelahiran Jakarta 17 Maret 2002 itu mengaku menemukan banyak hal menakjubkan selama dua pekan di kota suci Madinah dan Makkah.

"Pokoknya berhaji buat anak muda kayak saya ini seru banget deh, menyenangkan," ujarnya.

Terkait cuaca panas yang tergolong ekstrem, dia malah menilai suhu di Jakarta lebih tidak bersahabat karena kotor penuh polusi. Di Madinah dan Makkah, meski panas terik tapi tubuh tidak berkeringat dan menimbulkan bau badan. "Mandi sehari sekali itu masih oke pokoknya," kata Fahri.

Meskipun ibadah haji membutuhkan ketahanan fisik ekstra, secara psikologis dia menilai menunaikannya di usia 30 lebih ideal karena lebih matang. "Tapi kayak aku gini juga asyik sih malah bisa explore macem-macem di sela-sela ibadah di Madinah maupun Makkah," ujarnya.

Mengingat antrean haji, khususnya jalur regular, sangat lama dan ongkosnya terus meningkat, dia menyarankan agar anak-anak muda seusianya mulai menabung untuk bisa berhaji. "Haji kan salah satu rukun Islam yang kedudukannya paling tinggi, ya selagi kita mampu harus dijalanin," ujarnya.

Terkait doa, selain berharap bisa lulus kuliah tahun ini dan sukses dunia akhirat, juga ingin mendapatkan jodoh terbaik. "Saya juga secara khusus mendoakan almarhum Ayah," kata Fahri.

Tentu saja tak semua orang muda seberuntung Prabaswara dan Fahri. Bukan cuma punya rezeki lebih sehingga dapat berhaji melalui paket furoda yang tak perlu antre hingga belasan tahun bahkan lebih dari 20 tahun. Orang tua mereka juga tergolong progresif. Sebab secara umum pola pikir di masyarakat berhaji itu hanya pantas bagi mereka yang sudah bisa meninggalkan kemaksiatan, sebagai pengingat untuk meninggalkan dosa.

Sudah waktunya para pihak terkait mengkampanyekan pentingnya berhaji di usia muda. Mengubah pola pikir bahwa daripada cuma liburan ke Eropa biaya yang ada lebih baik ditabung untuk berhaji. Atau untuk para calon pasangan muda, misalnya, menjadikan setoran awal haji sebagai mahar pernikahan. Tentu saja berbagai alternatif solusi pembiayaan lainnya perlu dipikirkan para pihak agar generasi muda tertarik mendaftar haji sejak muda.




(rah/rah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads