Program audisi dai yang digelar Televisi Pendidikan Indonesia (TPI kini MNC) di empat kota besar pada 2005 menjadi pintu masuk bagi Ustaz Darmawan Soleh untuk menjadi muthowif (pemandu haji dan umrah). Dari 400 peserta yang mewakili Surabaya, pengasuh Pondok Pesantren Bustanul Hikmah Lamongan, Jawa Timur itu masuk 10 besar.
Dia kemudian mengikuti audisi lanjutan bersama perwakilan dari Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Selama audisi di Jakarta, dari 40 peserta kemudian tersaring menjadi 20 dai pilihan. Mereka mendapatkan hadiah antara lain berupa paket umrah ke Tanah Suci Makkah-Madinah.
"Dari 20 dai, sebanyak lima di antaranya berangkat melalui Maktour dan saya termasuk di dalamnya," kata Darmawan saat berbincang dengan detikHikmah, Jumat (24/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari situlah sepertinya diam-diam Manajemen Maktour memantau lalu meminta Darmawan untuk mengisi manasik dan menjadi muthowif. Hingga belasan tahun kemudian dia selalu disertakan dalam setiap manasik dan membimbing para jemaah umrah dan haji melalui Biro Maktour.
"Jadi saya menjalin kerja sama tanpa rekomendasi dan tanpa tes. Pimpinan Maktour melakukan tes terhadap saya ya selama di lapangan," ujar Darmawan yang fokus menekuni menekuni Ilmu Syariah sejak sarjana hingga meraih gelar doktor dari IAIN (UIN) Sunan Ampel, Surabaya pada 2013.
Pada musim haji 2007, ustaz kelahiran Lamongan, 10 April 1980 itu mendapat tugas untuk menjadi muthowif. Dari sekian kali perjalanan haji yang dijalani, jemaah yang pernah mendapat bimbingan langsung dari Darmawan antara lain Kapolri Jenderal Tito Karnavian pada 2017.
![]() |
Dari pengalamannya selama belasan kali menunaikan haji, Darmawan menyatakan bahwa ibadah yang satu ini tak cuma membutuhkan kondisi fisik yang prima tapi juga batin atau hati yang ikhlas. Karena itu setiap jemaah harus membersihkan hati, pikiran, dan sikap untuk tidak mudah berprasangka buruk.
Dia mengingatkan dan mengajak para calon jemaah haji untuk terus melatih diri tidak mudah mengomentari sikap dan perilaku orang lain. "Mari mempertebal rasa sabar, jangan baperan, jangan sedikit-sedikit marah, protes. Tidak berbantah-bantah," tandas Darmawan.
Di tengah kesibukannya mengajar di Bustanul Hikmah dan menjadi muthowif di Maktour, ayah empat anak itu menuangkan gagasan dan pikirannya secara akademis dengan menulis buku. Buku dimaksud antara lain Kaidah-kaidah Fiqiyah, Ushul Fiqh, Hukum Kewarisan Islam, dan Eksistensi Mahar dan Walimah.
(jat/kri)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana