Lazimnya anak-anak bila ditanya soal cita-cita mereka akan menyebut ingin menjadi dokter, insinyur, pengacara, atau ahli ini-itu. Namun tidak demikian dengan Salman Faris. Saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar, dia selalu menyebut, "Ingin jadi kiai."
"Ya, mungkin karena pengaruh lingkungan terdekat. Ayah saya seorang ustaz, demikian juga Abu Tua (kakek). Saya melihat beliau begitu dihormati dan disegani masyarakat," tutur lelaki kelahiran Jakarta, 22 Agustus 1986 itu saat berbincang dengan detikHikmah, Kamis (23/5/2024).
Sang kakek, ia melanjutkan, wafat setelah menyampaikan khutbah Jumat pada 1997. "Sungguh kematian yang mulia sekali," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Momen tersebut kuat melekat dalam benak Salman. Karena itu ketika lulus SD pada 1998, dia minta dikirim ke Pesantren Tebu Ireng di Jombang, Jawa Timur. Pesantren itu didirikan KH Hasyim Asyári pada 1899, tak lama setelah kembali menimba ilmu di Mekkah.
Namun karena waktu itu masih hangat isu 'Dukun Santet', khususnya di Banyuwangi, kedua orang tuanya tak mengizinkan. Salman akhirnya nekad ke Jombang begitu lulus dari SMP. Padahal ketika itu namanya masuk dalam daftar SMA favorit di Jakarta. "Sendirian saya menuju Tebu Ireng menumpang Kereta Bangunkerta menuju Jombang," ujarnya.
Nyatanya, karena berasal dari sekolah umum dan belum terlalu paham membaca Al-Qur'an berikut tajwidnya Salman harus menjalani kelas persiapan selama setahun. Dia harus belajar dasar-dasar membaca Al-Qur'an, ilmu tajwid, dan lainnya. Alhamdulillah pada 2003 Salman sudah mampu menghapal 6 juz, dan saat lulus Aliyah pada 2005 dia sudah mampu menghapal 30 juz.
Lazimnya lulusan sekolah lingkungan agama, Universitas al-Azhar di Mesir adalah target berikutnya yang disasar Salman. Kala itu dia juga dinyatakan diterima di UIN Sunan Ampel, Surabaya. Salman memutuskan untuk ke Kairo. Ayahnya, Usman H. Ibrahim, MA menyokong keputusan putra bungsunya itu. Namun sang Ibu, Ma'rifah, yang merasa selama empat tahun terakhir jarang berjumpa dengan anak lelaki satu-satunya itu keberatan. Meski sempat masygul, Salman patuh. Dia akhirnya masuk ke UIN Syarif Hidayatullah dan lulus dalam tempo 3,5 tahun. "Saya sangat bersyukur tak jadi ke Kairo karena itu rupanya isyarat Ibu akan pergi selamanya meninggalkan kami pada 2006," ujarnya.
![]() |
Tak puas dengan gelar sarjana, Salman melanjutkan ke jenjang master. Bidang Islamic Studies dari UIN ia selesaikan pada 2011, dan Ilmu al-Quran dan Tafsir dari PTIQ selesai pada 2013. Dua tahun kemudian dia menyelesaikan program doktoral bidang studi Tafsir Hadis dari PTIQ dengan yudisium Cum Laude.
Ikhwal perjalannya sebagai muthowif bersama Maktour bermula ketika sahabat ayahnya, Prof Ahmad Thib Raya meminta CV dirinya pada Desember 2022. "Beliau sudah saya anggap sebagai ayah sendiri. Juga tak berani bertanya untuk kepentingan apa CV dimaksud," ujar Salman.
Tiga hari kemudian Prof Thib kembali menghungi dan meminta dia untuk datang ke Maktour dan menemui Manajer SDM, Ibu Riffana. Ketika itu Salman datang bersama istri, Mar'atun Shalihah, M.Pd dan ketiga anaknya. Kebetulan di sana tengah berlangsung manasik umrah. Dia pun turut menyimak paparan para ustaz. Selesai acara, Direktur Operasional Maktour Muhammad Rocky Masyhur menemui dan melontarkan beberapa pertanyaan teknis terkait haji dan umrah. "Ya, saya menjawab sesuai pengetahuan dan pemahaman yang ada," ujar Salman.
Setelah itu setiap Sabtu dia diminta selalu hadir di acara-acara manasik, dan duduk di depan memperhatikan para ustaz menyampaikan materi. Memasuki Februari 2023, Salman bersama empat ustaz lainnya (Syarif Hidayatullah, Sukron Farda, Sofiuddin, dan Amin Rangkuti) ditugaskan untuk membantu sekitar 200 jemaah asal Batu Licin, Kalimantan Timur melalui Biro Haji dan Umrah Perdana, anak usaha Maktour.
"Mereka macam-macam profesi, ada yang marbot, guru, dan lainnya. Semuanya dibiayai seorang pengusaha ternama di Kalimantan," kata Faris.
Untuk Jemaah haji, dia dipercaya menjadi salah satu muthowif untuk paket An-Nur Nonarbain pada musim haji 2023. Lalu kembali mendampingi Jemaah umrah pada Desember 2023. Meski masih tergolong baru, Salman merasakan aura kekeluargaan yang begitu kental. Relasi para ustaz tidak berdasarkan senior - junior sehingga membuatnya sangat nyaman. Begitu juga dengan jajaran manajemen, Fuad Hasan Masyhur, Muhammad Rocky Masyhur, dan Novel Masyhur. "Mereka mengayomi kami semua," kata Salman Faris.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!