Mabit di Muzdalifah termasuk tahapan yang dilalui jemaah ketika menunaikan ibadah haji. Ada beberapa kesalahan yang sering terjadi saat mabit di Muzdalifah dan perlu menjadi perhatian jemaah.
Menurut buku Tuntunan Super Lengkap Haji & umrah karya Ust. A. Solihin As Suhaili mabit artinya singgah, menginap, atau bermalam. Secara istilah, mabit adalah jemaah yang tiba di Muzdalifah pada malam hari Nahar setelah wuquf di Arafah.
Baca juga: Bagaimana Tata Cara Haji bagi Wanita Haid? |
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan jemaah pada saat mabit seperti memperbanyak zikir dan berdoa kepada Allah SWT dari Arafah hingga ke bukit Quzah (Masyrilharam) di Muzdalifah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perintah berzikir saat mabit terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 198. Allah SWT berfirman,
ŲŲŲŲØŗŲ ØšŲŲŲŲŲŲŲŲ Ų ØŦŲŲŲØ§ØŲ اŲŲŲ ØĒŲØ¨ŲØĒŲØēŲŲŲØ§ ŲŲØļŲŲŲØ§ Ų ŲŲŲŲ ØąŲŲØ¨ŲŲŲŲŲ Ų Û ŲŲØ§ŲØ°ŲØĸ اŲŲŲØļŲØĒŲŲ Ų Ų ŲŲŲŲ ØšŲØąŲŲŲ°ØĒŲ ŲŲØ§Ø°ŲŲŲØąŲŲØ§ اŲŲŲŲ°ŲŲ ØšŲŲŲØ¯Ų اŲŲŲ ŲØ´ŲØšŲØąŲ اŲŲØŲØąŲØ§Ų Ų Û ŲŲØ§Ø°ŲŲŲØąŲŲŲŲŲ ŲŲŲ ŲØ§ ŲŲØ¯Ų°ŲŲŲŲ Ų Û ŲŲØ§ŲŲŲ ŲŲŲŲØĒŲŲ Ų Ų ŲŲŲŲ ŲŲØ¨ŲŲŲŲŲ ŲŲŲ ŲŲŲ Ø§ŲØļŲŲØ§Û¤ŲŲŲŲŲŲŲ ŲĄŲŠŲ¨
Artinya: "Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari Tuhanmu (pada musim haji). Apabila kamu bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masyarilharam. Berzikirlah kepada-Nya karena Dia telah memberi petunjuk kepadamu meskipun sebelumnya kamu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat."
Ketika berada di sana diperintahkan untuk banyak berdoa memohon ampun kepada Allah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 199,
ØĢŲŲ ŲŲ Ø§ŲŲŲŲŲØļŲŲŲØ§ Ų ŲŲŲ ØŲŲŲØĢŲ Ø§ŲŲŲØ§ØļŲ Ø§ŲŲŲŲØ§ØŗŲ ŲŲØ§ØŗŲØĒŲØēŲŲŲØąŲŲØ§ اŲŲŲŲ°ŲŲ Û Ø§ŲŲŲŲ Ø§ŲŲŲŲ°ŲŲ ØēŲŲŲŲŲØąŲ ØąŲŲØŲŲŲŲ Ų ŲĄŲŠŲŠ
Artinya: "Kemudian, bertolaklah kamu dari tempat orang-orang bertolak (Arafah) dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
Kesalahan saat Mabit di Muzdalifah
Terdapat beberapa kesalahan yang sering terjadi saat mabit di Muzdalifah. Merangkum buku Panduan Ibadah Haji dan Umrah karya Retno Widyani dkk, buku Panduan Pintar Haji & Umrah karya Bobby Herwibowo dan buku Tuntunan Super Lengkap Haji & umrah karya A. Solihin As Suhaili, berikut di antaranya.
- Sebagian jemaah haji saat pertama kali datang ke Muzdalifah sibuk mencari batu kerikil sampai melupakan salat Magrib dan Isa. Sebagian yang lain juga sibuk mencuci kerikil, padahal itu tidak disyaratkan
- Saat melakukan ritual melempar jamrah, sebaiknya menunggu setelah sampai di Muzdalifah sesudah mengambil batu kerikil, dan meninggalkan tempat tersebut setelah tengah malam, bukan sebelumnya.
- Tidak meninggikan suara saat talbiyah, atau tidak bertalbiyah sama sekali sesudah memakai pakaian ihram, di Arafah maupun di Muzdalifah.
- Tergesa-gesa ketika menunaikan salat Magrib, Isya, dan Subuh di Muzdalifah.
Tata Cara Mabit di Muzdalifah
Mengutip buku Tuntunan Super Lengkap Haji & umrah karya Ust. A. Solihin As Suhaili terdapat empat tata cara mabit di Muzdalifah, sebagai berikut.
Sebelum matahari terbenam pada hari Arafah, jemaah haji berangkat menuju Muzdalifah dengan teratur dan sopan, sambil membaca talbiyah. Setibanya di Muzdalifah, laksanakan salat Magrib tiga rakaat dan salat Isya dua rakaat dengan dijamak.
Setelah itu, jemaah mencari batu kerikil yang akan digunakan untuk melempar jamrah (jamarat) keesokan harinya, biasanya sekitar 50-70 butir, lalu beristirahat tidur di atas tikar di tempat terbuka.
Selama menginap di Muzdalifah, disarankan untuk menunaikan salat Tahajud hingga terbenamnya bulan. Setelah bulan terbenam, perjalanan dilanjutkan menuju Mina untuk melakukan lemparan jamrah, kemudian beristirahat hingga terbit fajar untuk menunaikan salat Subuh. Ketika matahari hampir terbit, perjalanan dilanjutkan menuju Mina. Malam itu bisa digunakan untuk introspeksi dan renungan. Wanita dan anak-anak diizinkan untuk berangkat menuju Mina pada akhir malam.
Mabit hukumnya wajib, kecuali untuk orang yang uzur. Jemaah yang tidak mabit di Muzdalifah harus membayar dam (denda).
Hakikat Mabit di Muzdalifah
Mengacu sumber sebelumnya, hakikat mabit di Muzdalifah merupakan tahap kesadaran. Beda halnya saat di Arafah yang merupakan tahap pengetahuan.
Dikatakan, pengetahuan bisa membawa manfaat atau menyesatkan manusia. Kesucian atau kekejian tidak terkait dengan pengetahuan. Di mana pun, kapan pun, dan untuk siapa pun, pengetahuan tetaplah pengetahuan.
Bukanlah pengetahuan itu sendiri, tetapi kesadaran yang membentuk seseorang menjadi penindas atau pembela kebebasan, mengambil jalan yang salah atau menjadi orang saleh. Melalui haji, kesadaran itu diubah menjadi kesadaran yang luhur, yang dikendalikan oleh ketakwaan, kerendahan hati, dan kesucian.
Disyariatkannya mabit di Muzdalifah membawa jemaah mendapatkan petunjuk untuk menggunakan pengetahuan yang benar berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
Ketum PBNU Gus Yahya Minta Maaf Undang Peter Berkowitz Akademisi Pro-Israel
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Turki Desak Negara Islam Kompak Boikot Israel di Sidang PBB