Komnas Haji Harap Kasus Jemaah Terlantar di Muzdalifah Tak Terulang

Komnas Haji Harap Kasus Jemaah Terlantar di Muzdalifah Tak Terulang

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Senin, 06 Mei 2024 12:30 WIB
Jemaah haji Indonesia terlantar di Muzdalifah. (dok Istimewa)
Jemaah haji Indonesia terlantar di Muzdalifah. (dok Istimewa)
Jakarta -

Penyelenggaraan haji 2024 disebut sebagai misi haji terbesar karena jumlah jemaah mencapai 241 ribu. Komnas Haji dan Umrah berharap tragedi di Muzdalifah 2023 yang menyengsarakan jemaah tidak terulang lagi.

Total 241 ribu jemaah tersebut terdiri dari 213.320 jemaah haji reguler dan 27.680 jemaah haji khusus dengan kurang lebih 40 ribu jemaahnya adalah jemaah lansia.

Melalui keterangan resmi yang diterima detikHikmah pada Senin (6/5/2024), Ketua Komnas Haji dan Umrah Mustolih Siradj mengatakan jangan sampai tragedi Muzdalifah pada 2023 lalu terulang kembali pada tahun ini. Saat itu, ribuan jemaah merana dan sengsara karena teriknya matahari dari pagi hingga siang yang menyebabkan sejumlah jemaah meninggal dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mustolih bercerita, mulanya penyelenggaraan haji 2023 di Muzdalifah berjalan lancar. Sayangnya, ribuan jemaah yang bergerak dari Arafah untuk mabit di Muzdalifah yang seharusnya sudah dijemput bus dan bergerak ke Mina untuk persiapan terlambat dievakuasi selama berjam-jam oleh armada dari Masyariq.

Dikatakan, alasan keterlambatan itu karena terjebak kemacetan yang hebat. Imbasnya, ribuan jemaah Indonesia yang tertahan di Muzdalifah minim tempat berteduh dan terpanggang matahari yang terik tanpa persediaan air dan makanan.

ADVERTISEMENT

Sebagian dari jemaah mengandalkan bekal seadanya sampai harus mengais air minum bekas. Banyak juga yang tidak kuat karena suhu panas, terutama para lansia. "Ada yang pingsan, ada pula yang meninggal dunia," ujar Mustolih.

Terlebih, tragedi di Muzdalifah berimbas pada daya tahan dan kesehatan jemaah karena harus segera ke Mina. Mustolih mengatakan, mereka harus melanjutkan prosesi lempar jumrah di Jamarat yang jaraknya beberapa kilometer.

Banyak jemaah yang tumbang dan jatuh sakit. Meski demikian, peristiwa tersebut disebut Mustolih bukan tanggung jawab pemerintah sepenuhnya, melainkan perusahaan penyedia transportasi di Arab Saudi.

Mustolih melanjutkan, prosesi mabit di Muzdalifah adalah rangkaian puncak haji yang sudah sepantasnya mendapat perhatian khusus sekaligus menjadi titik krusial. Untuk itu, pihaknya meminta agar tragedi tersebut tidak terulang dan pemerintah diharapkan tegas sekaligus zero tolerance terhadap perusahaan penyedia layanan transportasi.

"Dengan alasan apapun tidak boleh terjadi lagi tragedi Muzdalifah maupun di tempat-tempat lain yang menjadi titik krusial," ujar dia.

Hal tersebut tak hanya menyebabkan tidak nyamannya ibadah, melainkan juga berimbas pada kesehatan jemaah dan berujung pada kematian. Walau demikian, Mustolih melihat persiapan haji 2024 lebih matang dan sudah dipersiapkan lebih dini.

"Komnas Haji optimis tahun ini bisa lebih baik dari tahun sebelumnya," lanjutnya.

Mustolih menilai, penyelenggaraan ibadah haji 2024 sudah seharusnya disiapkan secara matang dan mendapat perhatian khusus. Terlebih, tahun ini menjadi prosesi haji terakhir bagi kabinet Presiden Joko Widodo.

Merujuk pada jadwal resmi yang dibagikan oleh Kementerian Agama (Kemenag RI), jemaah haji gelombang pertama akan diberangkatkan pada 12 Mei 2024.




(aeb/rah)

Hide Ads