Mabit di Muzdalifah, Rangkaian Puncak Haji Setelah Wukuf di Arafah

Mabit di Muzdalifah, Rangkaian Puncak Haji Setelah Wukuf di Arafah

Mira Rachmalia - detikJatim
Kamis, 05 Jun 2025 11:10 WIB
Jamaah haji bermalam (mabit) di Muzdalifah, Mekah, Arab Saudi, Rabu (28/6/2023). ANTARA FOTO/Wahyu  Putro A/aww.
Suasana jemaah haji bermalam di Muzdalifah. Foto: ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A
Surabaya -

Jemaah haji dari seluruh dunia, termasuk Indonesia, hari ini melaksanakan puncak ibadah haji, yaitu wukuf di Arafah. Setelah matahari terbenam, jemaah akan meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah untuk melaksanakan mabit, atau bermalam, sebagai bagian dari rangkaian ibadah yang wajib dijalani.

Mabit di Muzdalifah menjadi tahapan penting sebelum menuju Mina untuk melontar jumrah. Ibadah ini dilakukan mulai malam 10 Zulhijah, dan menjadi salah satu amalan haji yang penuh makna spiritual, menandai kelanjutan dari perjalanan suci para jemaah dalam menunaikan rukun Islam kelima.

"Pada Kamis 5 Juni 2025 atau 9 Zulhijah, jemaah haji akan wukuf di Arafah. Kemudian malam tanggal 10 Zulhijah, seluruh jemaah akan bergerak ke Muzdalifah untuk mabit (menginap)," jelas Musytasyar Dini PPIH Arab Saudi KH M Ulinnuha dalam siaran persnya, Jumat (30/5/2025), dikutip dari situs kemenag.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa Itu Mabit di Muzdalifah?

Mengutip situs Kementerian Agama, secara etimologis, kata Muzdalifah berasal dari bahasa Arab al-Izdilaf yang berarti ijtimak' atau berkumpul. Oleh karena itu, Muzdalifah bisa diartikan sebagai tempat berkumpul atau pertemuan.

Dalam sejarah Islam, Muzdalifah dipercaya sebagai tempat pertemuan antara Nabi Adam AS dan Siti Hawa setelah sekian lama terpisah sejak diturunkan ke bumi. Momen bersejarah inilah yang kemudian menjadikan Muzdalifah sebagai salah satu tempat yang dimuliakan dan dijadikan bagian dari ritual ibadah haji.

ADVERTISEMENT

Ketika Rasulullah SAW melaksanakan haji, ia berhenti di Muzdalifah setelah wukuf di Arafah. Di tempat ini, Nabi SAW memerintahkan sahabatnya, Bilal bin Rabah, untuk mengumandangkan azan.

Kemudian, Rasulullah SAW melakukan salat jamak magrib dan isya di sana. Sejak saat itu, mabit di Muzdalifah menjadi bagian dari pelaksanaan ibadah haji yang ditekankan, dan menurut mayoritas ulama termasuk dalam kategori wajib haji. Peristiwa ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur'an:

فَإِذَآ أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفَٰتٍ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ عِندَ ٱلْمَشْعَرِ ٱلْحَرَامِ

Artinya: Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafah, berzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. (QS. Al-Baqarah: 198).

Waktu Mabit di Muzdalifah

Waktu pelaksanaan mabit di Muzdalifah dimulai sejak malam tanggal 10 Zulhijah, setelah jemaah selesai menjalani wukuf di Arafah. Jemaah haji akan berkumpul di kawasan Muzdalifah untuk bermalam hingga tengah malam atau menjelang subuh, tergantung pada kondisi kesehatan dan situasi pelaksanaan di lapangan.

Menurut Kemenag, mabit di Muzdalifah termasuk wajib haji. Namun, bagi jemaah lanjut usia, sakit, atau memiliki kondisi khusus, diperbolehkan meninggalkan Muzdalifah lebih awal setelah mengumpulkan batu jumrah. Ini dilakukan untuk bentuk kemudahan (rukhshah) dalam syariat Islam, agar jemaah tetap bisa melaksanakan ibadah dengan aman dan tertib.

Aktivitas dan Tips Selama Mabit di Muzdalifah

Meski waktu di Muzdalifah relatif singkat, ada beberapa aktivitas utama dan tips penting yang perlu diperhatikan agar ibadah tetap lancar dan khusyuk. Mengutip buku Manasik Haji 2025, berikut panduannya.

  • Menginap, istirahat, dan berzikir dengan membaca talbiyah, Al-Qur'an, kalimat tauhid, dan lain-lain. Tidak ada ibadah khusus selama mabit di Muzdalifah.
  • Menyelingi zikir dengan berdoa kepada Allah SWT, sebab Muzdalifah termasuk tempat mustajab.
  • Mengambil kantong batu kerikil yang disediakan syarikah atau mencari sendiri sebanyak 49 (Nafar awal) atau 70 (Nafar tsani). Mengambil kerikil di Muzdalifah hukumnya sunah.
  • Berusaha mempertahankan kondisi kebugaran fisik dengan beristirahat atau tidur, menghindari kelelahan, mengonsumsi bekal yang dibawa, minum obat dan menghubungi dokter jika merasa tidak sehat.

Makna Mabit di Muzdalifah

Mengutip buku Makna Spiritual Haji dan Umrah, mabit di Muzdalifah memiliki makna spiritual yang dalam bagi jemaah haji. Muzdalifah dikenal sebagai al-Masy'ar al-Haram, tempat yang disucikan dan pernah menjadi lokasi bermalam Rasulullah SAW saat melaksanakan haji. Di tempat inilah, ia memperbanyak zikir dan doa sepanjang malam.

Dalam suasana malam yang tenang dan sunyi, mabit di Muzdalifah memberikan kesempatan terbaik bagi jemaah untuk tafakkur, tadabbur, dan merenung. Ini adalah waktu ideal untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memohon ampunan, dan memperkuat spiritualitas diri setelah melewati puncak ibadah haji di Arafah.

Salah satu sunah yang dilakukan selama mabit di Muzdalifah adalah mengambil kerikil untuk prosesi melontar jumrah di Mina keesokan harinya. Jemaah disunahkan mengambil minimal tujuh butir kerikil untuk melontar jumrah aqabah.

Secara simbolik, tindakan ini diibaratkan seperti menyiapkan senjata untuk melawan musuh terbesar manusia, yaitu setan yang terkutuk. Dengan begitu, mabit di Muzdalifah mengajarkan nilai kesiapan spiritual dan mental untuk menghadapi godaan serta hawa nafsu dalam kehidupan sehari-hari.




(hil/ihc)


Hide Ads