Hadits tentang Niat Beserta Makna, Keutamaan dan Fungsinya

Hadits tentang Niat Beserta Makna, Keutamaan dan Fungsinya

Salsa Dila Fitria Oktavianti - detikHikmah
Kamis, 11 Des 2025 07:15 WIB
Hadits tentang Niat Beserta Makna, Keutamaan dan Fungsinya
Ilustrasi berniat. Foto: Getty Images/iStockphoto/Rachaphak
Jakarta -

Niat adalah bagian mendasar dalam setiap bentuk ibadah seorang muslim. Tanpa niat, suatu amal bisa kehilangan nilai di hadapan Allah SWT, meskipun secara lahiriah tampak besar. Karena itu, ulama menempatkan niat sebagai penentu arah, tujuan, dan kualitas ibadah.

Imam al-Ghazali dalam bukunya Ihya Ulumuddin untuk Orang Modern menjelaskan bahwa niat memiliki kedudukan yang lebih utama dibandingkan amal itu sendiri. Beliau menegaskan bahwa niat adalah inti yang melahirkan amal dan bersumber langsung dari hati. Dengan kata lain, niat seorang mukmin sering kali lebih bernilai daripada perbuatannya, sebagaimana ditegaskan dalam berbagai hadits tentang keutamaan niat.

Di antara hadits yang paling populer mengenai niat adalah hadits riwayat Umar bin Khattab RA. Hadits ini menjadi dasar pokok dalam pembahasan keikhlasan dan tujuan seseorang ketika melakukan sebuah amal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hadits tentang Niat

Hal ini sebagaimana digambarkan dalam hadits riwayat Umar bin Khattab RA mengenai niat, sebagai berikut:

عَنْ أَمِيرِ الْمُؤْمِنِينَ أَبِي حَفْصِ عُمَرَ بْنِ الخَطَابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهَجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكَحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)

ADVERTISEMENT

"Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Dan sesungguhnya bagi setiap orang tergantung pada apa yang diniatkannya. Maka barangsiapa berhijrah karena Allah dan Rasulullah, maka hijrahnya itu diterima oleh Allah dan Rasulullah. Dan barang siapa hijrahnya karena keuntungan dunia yang ingin diperolehnya atau perempuan yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu terhenti pada apa yang ia niat kepadanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dikutip dari buku Ensiklopedia Hadis Sahih karya Muhammad Shidiq Hasan Khan, kesahihan hadits tentang niat ini disepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim. Keduanya meriwayatkan hadits tersebut melalui satu sahabat Rasulullah SAW.

Sebagaimana diketahui, hadits yang diriwayatkan dan disepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim (muttafaq 'alaih) termasuk kategori hadits yang paling sahih dan paling kuat untuk dijadikan rujukan.

Para ulama juga menempatkan hadits niat sebagai pembuka dalam banyak karya mereka. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan para penuntut ilmu agar selalu memperbaiki dan meluruskan niat. Hadits ini juga dianggap sebagai salah satu pilar penting dalam ajaran Islam.

Fungsi Niat

Dikutip dari buku Pendidikan Karakter dengan Prinsip-prinsip Hidup Tasawuf: Solusi atas Krisis di Era Disrupsi karya Zubaedi, para ulama menjelaskan bahwa niat memiliki dua fungsi utama. Kedua fungsi ini menjadi dasar dalam memahami arah dan nilai setiap amal.

1. Fungsi Niat untuk Membedakan Suatu Amalan

Fungsi pertama adalah menjadikan niat sebagai pembeda antara satu perbuatan dengan perbuatan lainnya. Ulama menjelaskan bahwa aspek ini mencakup tiga bentuk pembedaan:

a. Membedakan ibadah dari kebiasaan sehari-hari

Contohnya adalah aktivitas berwudu. Secara lahiriah, wudu tampak mirip dengan sekadar mencuci muka dan anggota badan untuk menyegarkan diri. Namun wudu menjadi ibadah yang menghilangkan hadas karena niat. Begitu pula ketika seseorang masuk ke masjid. Tanpa niat, perbuatan itu bisa dianggap hanya beristirahat. Dengan niat, ia berubah menjadi iktikaf.

b. Membedakan jenis atau tingkatan ibadah

Beberapa ibadah memiliki kategori yang berbeda, seperti shalat wajib dan shalat sunnah. Niat berfungsi menentukan jenis ibadah yang dilakukan sehingga nilai dan ketentuannya menjadi jelas.

c. Membedakan aktivitas yang tampak sama

Niat juga diperlukan dalam hal-hal yang berkaitan dengan muamalah. Misalnya saat seseorang memberikan harta kepada orang lain. Perbuatan itu bisa bermakna hibah, sedekah, pinjaman, nafkah, atau pembayaran utang. Yang membedakannya adalah niat yang mengiringinya.

2. Fungsi Niat untuk Menghasilkan Pahala

Fungsi kedua niat adalah menentukan apakah suatu aktivitas bernilai ibadah sehingga mendatangkan pahala. Banyak perbuatan yang pada dasarnya mubah, tetapi dapat menjadi ibadah jika disertai niat yang benar.

Contohnya saat makan. Makan bisa dilakukan hanya untuk mengenyangkan perut. Namun jika diniatkan agar tubuh kuat untuk beribadah, maka aktivitas itu bernilai pahala. Demikian pula ketika seseorang memilih diam agar tidak terjerumus dalam gibah. Diam saja sudah terhindar dari dosa, tetapi untuk mendapatkan pahala diperlukan niat menjalankan perintah agama.




(inf/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads