Lailatul Qadar adalah malam yang istimewa pada bulan puasa karena keutamaan yang terdapat di dalamnya. Sejumlah hadits menyebut Lailatul Qadar terletak pada 10 malam terakhir Ramadan, spesifiknya malam 27.
Hadits yang menyebut Lailatul Qadar terjadi pada malam 27 Ramadan berasal dari riwayat Ubay bin Ka'ab. Dikatakan dalam Shahih Muslim, Zirr bin Hubaisy RA mengatakan pernah bertanya kepada Ubay bin Ka'ab, "Saudaramu Ibnu Mas'ud mengatakan, 'Barang siapa beribadah di malam hari sepanjang tahun, maka dia mendapat Lailatul Qadar'."
Kata Ubay bin Ka'ab, "Maka, maksud Ibnu Mas'ud adalah agar orang-orang tidak mengandalkan ibadah pada hari-hari tertentu saja. Sebenarnya Ibnu Mas'ud sudah tahu bahwa Lailatul Qadar itu adalah di bulan Ramadan pada 10 malam yang akhir, yaitu pada malam ke-27." Kemudian Ubay bin Ka'ab bersumpah tanpa kata-kata pengecualian bahwa Lailatul Qadar itu ada pada malam ke-27.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu aku (Zirr bin Hubaisy RA) katakan, "Atas dasar apa kau katakan itu, hai Abul Mundzir (Ubay bin Ka'ab)?" Jawabnya, "Dengan adanya tanda yang telah diberitahukan kepada kami oleh Rasulullah, bahwa langit pada malam tersebut tampak cerah." (HR Muslim 3/174)
Ulama Syafi'iyah Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah-nya yang diterjemahkan Abu Aulia dan Abu Syauqina memaparkan sebuah hadits yang berisi anjuran Rasulullah SAW agar mencari Lailatul Qadar pada malam 27 Ramadan. Hadits ini diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا لَيْلَةَ السَّابِعِ وَالْعِشْرِينَ
Artinya: "Siapa saja yang berupaya untuk mendapati Lailatul Qadar, hendaklah ia berupaya untuk mendapatinya pada malam ke-27." (HR Ahmad dalam Musnad Ahmad)
Ulama hadits Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani dalam kitab Qiyam ar-Ramadhan yang diterjemahkan Khoeruddin Ulama juga mengatakan Lailatul Qadar terjadi pada malam 27 Ramadan berdasarkan riwayat yang paling kuat.
Para ulama yang meyakini pendapat ini bersandar dengan hadits yang diriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab. Ia berkata,
"Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, sesungguhnya Lailatul Qadar itu berada dalam bulan Ramadan. Demi Allah, sesungguhnya aku mengetahui malam ke berapakah dia? Dia adalah malam yang kita diperintahkan untuk menghidupkannya, yaitu malam ke-27. Tandanya, matahari pada pagi harinya tampak putih tak bersinar."
Hadits tersebut dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahih Muslim, Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud, Ahmad dalam Musnad Ahmad, dan At Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi. Adapun, Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
Pendapat Para Sahabat tentang Malam Lailatul Qadar
Imam Baihaqi dalam Kitab Fadha 'Ilul Quqat yang diterjemahkan Muflih Kamil mengeluarkan riwayat tentang pendapat para sahabat mengenai waktu terjadinya Lailatul Qadar. Ibnu Abbas RA berkata,
"Umar RA memanggil para sahabat Rasulullah SAW dan bertanya kepada mereka tentang malam Lailatul Qadar. Mereka sepakat bahwa Lailatul Qadar itu ada di 10 terakhir Ramadan. Aku berkata kepada Umar, 'Sungguh aku mengetahui pada malam ke berapa Lailatul Qadar itu.'
Umar berkata, 'Pada malam ke berapa?' Aku berkata, 'Pada tujuh malam pertama atau tujuh malam terakhir dari sepuluh malam terakhir Ramadan.'
Ia berkata, 'Bagaimana engkau mengetahuinya?' Aku menjawab, 'Allah SWT telah menciptakan tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi, tujuh tujuh hari, masa berulang tujuh kali, manusia makan dan sujud dengan tujuh anggota tubuh, tawaf tujuh putaran dan jumrah tujuh kali.' Umar berkata, 'Sungguh engkau mengetahui apa yang tidak kami ketahui'."
Pendapat Para Ulama tentang Terjadinya Lailatul Qadar
Para ulama berbeda pendapat terkait waktu terjadinya Lailatul Qadar. Selain pendapat yang menyebut terjadi pada malam 27, sebagian ulama menyebut Lailatul Qadar jatuh pada malam 21, 23, 25, atau 29. Sebab, Rasulullah SAW bersabda,
تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ
Artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan." (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam Mukhtashar Shahih Muslim yang disusun Al Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhimn Al-Mundziri dan diterjemahkan Syinqithi Djamaluddin dan H.M. Mochtar Zoerni, terdapat hadits yang menyebut anjuran Rasulullah SAW agar mencari Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir Ramadan. Diriwayatkan dari Ibn Umar RA, Rasulullah SAW bersabda,
الْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، يَعْنَى لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجْزَ فَلَا يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبع البواقي
Artinya: "Carilah malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh malam terakhir. Kalau kamu tidak mampu, jangan tertinggal tujuh malam terakhirnya."
Rasulullah Sempat akan Sampaikan Waktu Lailatul Qadar
Rasulullah SAW mulanya sempat akan memberitahukan kapan terjadinya Lailatul Qadar. Hal ini diceritakan dalam riwayat Abu Sa'id Al Khudri RA yang terdapat dalam Shahih Muslim. Ia berkata, "Rasulullah SAW pernah beriktikaf pada 10 malam pertengahan bulan Ramadan untuk mencari Lailatul Qadar sebelum dijelaskan kepada beliau."
Kata Abu Sa'id, "Setelah 10 malam pertengahan itu berlalu, Rasulullah SAW memerintahkan untuk dibuatkan bilik, tetapi kemudian dibongkar. Kemudian dijelaskan kepada beliau bahwa malam Lailatul Qadar ada pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan, lalu beliau memerintahkan untuk dibuatkan bilik lagi, akan tetapi dibongkar kembali."
Kemudian beliau keluar menemui orang-orang dan berkata, 'Saudara-saudara! Sungguh telah dijelaskan kepadaku tentang Lailatul Qadar, dan aku keluar untuk memberitahukan kepada kalian tentang hal itu. Namun datang dua orang yang sama-sama mengaku benar sedangkan mereka ditemani setan. Sehingga Lailatul Qadar terlupakan olehku. Maka carilah Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir di bulan Ramadan, carilah Lailatul Qadar pada malam ke-9, ke-7, dan ke-5 (dalam 10 malam terakhir itu).'
Seseorang berkata, 'Hai Abu Sa'id! Kamu tentu lebih mengetahui bilangan itu daripada kami.' Ia menjawab, 'Tentu kami lebih mengetahui tentang hal itu daripada kalian.'
Orang itu bertanya, 'Apa yang dimaksud dengan malam ke-9, ke-7, dan ke-5?' Ia menjawab, 'Jika malam ke-21 telah lewat, maka yang berikutnya adalah malam ke-22 dan itulah yang dimaksud malam ke-9. Apabila malam ke-23 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-7, jika malam ke-25 telah berlalu, maka berikutnya adalah malam ke-5'." (HR Muslim 3/173)
Wallahu a'lam.
(kri/rah)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana