Contoh Ceramah Malam Lailatul Qadar dan 10 Hari Terakhir Ramadan

#RamadanJadiMudah by BSI

Contoh Ceramah Malam Lailatul Qadar dan 10 Hari Terakhir Ramadan

Devi Setya - detikHikmah
Jumat, 21 Mar 2025 11:15 WIB
Ilustrasi Ceramah Agama.
Ilustrasi ceramah tentang Lailatul Qadar Foto: Raka Dwi Wicaksana/Unsplash
Jakarta -

Ceramah tentang malam Lailatul Qadar bisa disampaikan sebagai kultum atau saat mengisi kajian Ramadan. Isi ceramah ini memuat dalil dan keutamaan malam Lailatul Qadar yang bisa diraih setiap muslim.

Ada banyak dalil yang menjelaskan tentang keutamaan malam Lailatul Qadar yang menjadi peristiwa istimewa di bulan Ramadan. Salah satu keutamaan malam Lailatul Qadar adalah diampuni dosanya orang-orang yang beribadah dan memohon ampunan.

Ceramah tentang Malam Lailatul Qadar

Merangkum dari Kementerian Agama (Kemenag), berikut beberapa contoh ceramah tentang malam Lailatul Qadar:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Contoh Ceramah Malam Lailatul Qadar

Betapa banyak anjuran amal ibadah yang dianjurkan untuk umat Muslim selama Ramadan. Dari mulai amalan-amalan sunnah saat bukan puasa dan sahur, bertadarus Al-Qur'an, melaksanakan salat tarawih, dan lain sebagainya. Salah satu anjuran utama yang terdapat pada bulan agung ini adalah meraih malam Lailatul Qadar. Allah SWT dalam Al-Qur'an secara tegas menyampaikan bahwa momen sakral Lailatul Qadar,

إِنَّا أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مّنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ وَالْرُّوحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِهِّمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِىَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ.

ADVERTISEMENT

Artinya, "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatul Qadar. Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar." (QS Al-Qadar [97]: 1-5)

Berkaitan dengan ini, Imam Malik dalam al-Muwattha meriwayatkan satu hadits,

إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوْا مِنَ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِيْ بَلَغَ غَيْرُهُمْ فَيْ طُوْلِ الْعُمْرِ، فَأَعْطَاهُ اللهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرًا مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ.

Artinya, "Sesungguhnya Rasulullah diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya (yang relatif panjang) sesuai dengan kehendak Allah, sampai (akhirnya) usia-usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelum mereka karena panjangnya usia mereka, maka Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadr yang lebih baik dari seribu bulan". (Imam Malik, al-Muwattha: juz I, h. 321)

Hanya saja, kepastian kapan malam agung ini terjadi belum ada yang bisa memprediksi, apakah di awal Ramadan, pertengahannya, atau di penghujung bulan. Jika kita umpamakan, malam Lailatul Qadar bagaikan permata sangat indah yang tersimpan di tempat sangat tersembunyi. Semua orang menginginkannya, tetapi hanya bisa memprediksi keberadaannya. Dalam satu hadits terkait malam Lailatul Qadar, Rasulullah saw bersabda,

إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا مَحْرُومٌ.

Artinya, "Sesungguhnya bulan ini (Ramadan) telah datang kepada kalian. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi dari (meraih)nya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan." (HR Ibnu Majah)

Meskipun kedatangan malam Lailatul Qadar dirahasiakan, akan tetapi para ulama berusaha (berijtihad) untuk memprediksi kapan malam mulia tersebut jatuh. Kita bisa mengacu pada pendapat-pendapat yang mereka kemukakan, kendati pada akhirnya kita juga berkesimpulan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar tetap menjadi misteri karena tidak bisa diprediksi ketepatannya seratus persen.

Jika kita himpun, ada banyak sekali ragam prediksi para ulama tentang jatuhnya malam Lailatul Qadar. Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani sendiri menjelaskan setidaknya ada 45 pendapat terkait waktu terjadinya malam mulia tersebut. Hanya saja, dari sekian pendapat yang ada ia berkesimpulan bahwa argumen yang paling kuat adalah yang mengatakan terjadi pada tanggal-tanggal ganjil di bulan Ramadan.

Sementara Imam Syafi'i lebih spesifik lagi berpendapat bahwa tanggal 21 dan 23 Ramadan lebih potensial terjadi malam Lailatul Qadar. Sedangkan mayoritas ulama termasuk Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi berpendapat pada 27 Ramadan. (Ibnu Hajar al-'Asqalani, Fatḥul Bārī: juz V, h. 463)

Menurut Imam Fakruddin ar-Razi, hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar adalah supaya umat muslim bersungguh-sungguh melakukan ibadah selama satu bulan Ramadan penuh untuk meraih malam istimewa tersebut. Jangan sampai kita lengah satu hari saja. Tentu kita tidak menginginkan malam Lailatul Qadar jatuh saat kebetulan kita sedang malas beribadah. (Fakhruddin ar-Razi, Mafātīḥul Ghaib, 1981: juz XXXII, h. 28)

Senada dengan ar-Razi, Syekh Nidzamuddin an-Nasibasuri dalam tafsirnya Gharāibul Qur'ān wa Raghāibul Furqān menyampaikan,

الْحِكْمَةُ فِي إِخْفَاءِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ فِي الَّليَالِي كَالْحِكْمَةِ فِي إِخْفَاءِ وَقْتِ الوَفَاةِ وَيَوْمِ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَرْغَبَ الْمُكَلَّفُ فِي الطَّاعَاتِ وَيَزِيْدَ فِي الاِجْتِهَادِ وَلَا يَتَغَافَلَ وَلَا يَتَكَاسَلَ وَلَا يَتَّكَلَ.

Artinya, "Hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar di antara malam-malam bulan Ramadan adalah seperti dirahasiakannya kematian dan hari kiamat. Sehingga manusia dengan penuh suka cita menjalankan ibadah, lebih bersungguh-sungguh, tidak lalai, tidak bermalas-malasan, dan tidak lesu." (Nidzamuddin an-Naisaburi, Gharāibul Qur'ān wa Raghāibul Furqān, 2015: juz VI, h. 537)

Kendati malam Lailatul Qadar tidak bisa kita pastikan kapan terjadinya, selain mengikuti prediksi para ulama, kita juga bisa memprediksi kedatangannya dengan mengamati kondisi alam yang terjadi. Berikut adalah beberapa ciri-ciri malam Lailatul Qadar dilihat dari gejala alam berdasarkan beberapa hadits Nabi.

Pada pagi harinya sinar matahari tidak terlalu panas dan cuaca terasa sejuk. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim.

Malam harinya langit terlihat bersih, tidak terdapat awan, suasana terasa tenang dan sunyi, udara juga tidak dingin tidak pula panas.

Dalam hadits lain Rasulullah juga bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاءُ

Artinya, "Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan." (HR Ath-Thayalisi dan Al Baihaqi)

Hanya saja, prediksi berdasarkan gejala alam tersebut tidak bisa dijadikan acuan untuk bisa meraih malam Lailatul Qadar. Ibnu Hajar al-'Atsqalani sendiri menegaskan bahwa ciri-ciri gejala alam tersebut akan tampak setelah malam Lailatul Qadar-nya, bukan sebelum atau saat sedang terjadi sehingga kita bisa mempersiapkan diri sebelum tepat kedatangannya. (Ibnu Hajar al-'Asqalani, Fatḥul Bārī: juz IV, h. 260).

Pada akhirnya kita berkesimpulan bahwa malam Lailatul Qadar tidak bisa diprediksi kapan tepatnya. Kita hanya bisa berusaha dan berikhtiar dengan memperbanyak ibadah selama satu bulan Ramadan dengan harapan bisa meraih malam istimewa ini.

2. Contoh Ceramah Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadan

Umat Islam sedang menjalani 10 hari terakhir bulan Ramadan. Pada rentang waktu itulah kita dianjurkan untuk lebih sungguh-sungguh beribadah supaya dipertemukan dengan satu malam yang disebut Lailatul Qadar. Yakni satu malam yang keutamaannya lebih baik daripada 1000 bulan, atau 83 tahun.

Sangat wajar apabila kita ingin berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabul khairat) untuk menyongsong Lailatul Qadar. Alasannya sederhana bahwa jatah umur dan kesempatan hidup kita di dunia belum tentu sampai 83 tahun. Sementara dalam Surat al-Qadar dinyatakan, bahwa Lailatul Qadri khairun min alfi syahr yang artinya Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Dengan pertimbangan itulah umat Islam di mana tempatnya sangat menantikan Lailatul Qadar.

Malam yang disebut Lailatul Qadar bukanlah malam perayaan yang untuk dirayakan. Kalau umat Islam mau merayakan satu malam, maka bukankah sudah ada malam bersejarah yang lebih pasti?, Misalnya "Malam Isra'-Mi'raj" atau "Malam Nuzulul Qur'an" yang sudah dikalenderkan.

Malam Lailatul Qadar juga bukan menjadi malam penentuan, sekalipun dari segi namanya menggunakan lafal "al-qadar". Penentuan nasib manusia, rejekinya, umurnya, dan hal-hal lainnya sudah ada waktu khusus yang disebut "Nisfu Sya'ban"; di mana kita biasa bermunajat kepada Allah agar diberikan yang terbaik pada malam tersebut.

Dalil Lailatul Qadar

Semangat Umat Islam menyambut Lailatul Qadar semata-mata karena kemuliaan malam tersebut yang secara runtut dijelaskan dalam Surat al-Qadar ayat 1 - 5. Firman Allah SWT: yang artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada Lailatul Qadar. Dan tahukah kamu apa Lailatul Qadar? Malam kemuliaan itu ;lebih baik dari 1000 bulan. Pada malam itu turun malaikat dan Jibril dengan ijin tuhan mereka untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.

Di dalam Al-Qur'an, keterangan kitab suci bagi umat Islam ini diturunkan di waktu malam tidak hanya disebutkan di dalam surat al-Qadar saja. Akan tetapi juga terdapat di dalam Surat ad-Dukhan ayat 3 dengan kalimat "lailatin mubarakatin" (malam yang penuh berkah). Firman Allah SWT yang artinya: Sesungguhnya Aku turunkan Al-Qur'an pada malam yang penuh berkah. Sesungguhnya kami adalah pemberi peringatan.

Sama-sama menjelaskan peristiwa turunnya Al-Qur'an, tetapi dalam satu ayat disebut Lailatin Mubarakatin sementara dalam satu Surat disebut Lailatul Qadar. Namun umat Islam lebih condong kepada penyebutan Lailatul Qadar sebab ia bukanlah pengkalenderan malam turunnya Al-Quran.

Selain itu juga ada hal dalam surat al-Qadar, yaitu ketika terjadi pengulangan kata dalam bentuk pertanyaan; "Tahukah kamu Lailatul Qadar? Pertama, Lailatul Qadar keutamaannya melebihi 1000 malam. Kedua, pada Lailatul Qadar para malaikat yang masing-masing memiliki tugas khusus yang berhubungan dengan urusan manusia, termasuk malaikat Jibril, turun semua ke bumi. Mereka membawa kedamaian dan keselamatan serta memohonkan ampunan untuk umat Islam, sampai terbit fajar.

Gambaran Surat al-Qadar mengenai keutamaan Lailatul Qadar inilah yang membangkitkan semangat ummat Islam untuk bertafakkur, beramal, dan memperbanyak ibadah di 10 malam terakhir bulan Ramadan yang tak dapat diprediksi dan ditentukan. Benar, bahwa Lailatul Qadar terselubung penuh misteri! Adapun prediksi dan penentuan Lailatul Qadar yang dikemukakan para ulama hanya bersifat takwili atau apologi.

Misalnya ada yang membuat patokan Lailatul Qadar terjadi setiap 27 Ramadan. Hal ini karena dalam perhitungan jumlah kata pada Surat al-Qadar terdapat 30 kata dan 114 huruf: menyerupai jumlah juz Al-Qur'an dan pembagian surat Al-Qur'an. Kemudian, Lailatul Qadar diprediksi jatuh setiap 27 Ramadan dikarenakan lafal "HIYA" (Hatta Math'alil fajr) --yakni dhomir yang menunjuk langsung "Lailatul Qadar"-- adanya pada urutan ke-27 dari total 30 kata dalam Surat al-Qadar.

Sekalipun demikian tidak ada anjuran bahwa kita cukup beribadah di malam tertentu seperti malam 27 Ramadan saja. Melainkan di 10 malam terakhir bulan Ramadan, kita dianjurkan untuk lebih giat beribadah kepada Allah SWT guna menyambut Lailatul Qadar.

Sepuluh Malam Terakhir Ramadan

Kebiasaan umat Islam di dunia untuk menghidupkan 10 malam terakhir di bulan Ramadan adalah dengan cara beri'tikaf. Ibadah ini merupakan ajaran yang dipraktikkan secara langsung oleh Rasulullah Saw. Dari Siti Aisyah diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw melakukan I'tikaf pada 10 terakhir Ramadan semenjak beliau menetap di kota Madinah hingga beliau wafat.

Beri'tikaf merupakan usaha untuk mendekatkan diri (muraqabah) kepada Allah dengan penuh ikhlas. Pada momentum inilah kita menyerahkan diri kepada Sang Khaliq. Kita berupaya untuk taat beribadah kepada Allah SWT sesuai petunjuk-Nya dan tak ingin berpaling dari-Nya. Seolah-olah kita berdiri di depan pintu rahmat-Nya menunggu datangnya pengampunan dari Allah SWT.

Menurut Syekh Mahmud Syaltut dalam Kitab Min Taujihat al-Islam, ada 3 (tiga) fungsi peribadatan di dalam memakmurkan 10 malam terakhir Ramadan. Pertama, wujud syukur kita kepada Allah SWT yang telah menurunkan Al-Qur'an di bulan Ramadan sebagai petunjuk (Huda) dan penerang (bayyinat) bagi umat manusia. Kedua, menambatkan jiwa kepada hal yang dapat mengokohkannya dan mampu menguatkan rohaninya. Ketiga, menaikkan jiwa ke maqam tertinggi selayaknya golongan malail a'la.

Oleh sebab itu jika seandainya kita ada halangan melakukan peribadatan di masjid, kita dapat memakmurkan 10 malam terakhir Ramadan di rumah masing-masing. Perbanyaklah membaca Al-Qur'an di rumah; selain sebagai ungkapan syukur diturunkannya kitab suci di bulan Ramadan juga dalam rangka menyinari rumah kita dengan Al-Qur'an. Perbanyaklah berdzikir dan bersholawat supaya terikat jiwa-jiwa kita dan mereka untuk lebih cinta kepada Allah dan nabi Muhammad Saw.

Ajaklah anggota keluarga kita untuk berdoa dan bermunajat, semoga Allah mengangkat derajat kita dan dijadikan kita semuanya termasuk golongan hamba-hamba Allah yang dikasihi-Nya. Amiin.

3. Contoh Ceramah Amalan Malam Lailatul Qadar

Iktikaf menjadi salah satu amalan yang bisa dilakukan untuk meraih Lailatul Qadar.

Iktikaf berasal dari bahasa Arab. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, iktikaf adalah berdiam diri beberapa waktu di masjid sebagai suatu ibadah dengan syarat-syarat tertentu.

Allah SWT berfirman:

وَاِذۡ جَعَلۡنَا الۡبَيۡتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمۡنًاؕ وَاتَّخِذُوۡا مِنۡ مَّقَامِ اِبۡرٰهٖمَ مُصَلًّى وَعَهِدۡنَآ اِلٰٓى اِبۡرٰهٖمَ وَاِسۡمٰعِيۡلَ اَنۡ طَهِّرَا بَيۡتِىَ لِلطَّآٮِٕفِيۡنَ وَالۡعٰكِفِيۡنَ وَالرُّکَّعِ السُّجُوۡدِ

Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka'bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud." (QS Al-Baqarah: 125)

Dalam melaksanakan iktikaf, ada beberapa syarat dan rukun yang harus diperhatikan. Syaratnya adalah Muslim, berakal, suci dari hadats besar. Adapun rukunnya adalah niat, berdiam diri di masjid, masjid, dan orang yang beriktikaf. Di samping syarat dan rukun, ada juga larangan-larangan dalam iktikaf.

Kemudian apa saja manfaat dari ibadah iktikaf bagi umat Islam yang bisa diperoleh?

Ada beberapa manfaat yang bisa didaptkan bagi orang-orangyang beriktikaf. Di antaranya adalah:

Pertama, mendapatkan pahala dua ibadah haji

Ibadah haji adalah merupakan dari rukun Islam dan juga merupakan ibadah yang sangat didambakan oleh umat Islam di seluruh dunia terlebih Indonesia. Tidak ada balasan lain kecuali surga bagi orang yang haji mabrur.

Ibadah iktikaf yang dilakukan oleh Muslimin dengan ikhlas karena Allah akan mendapatkan balasan yang luar biasa dengan balasan 2 lipat pahala haji. Wajar jika banyak Muslim, khususnya di Bulan Ramadan banyak yang melakukan iktikaf, mengingat pahalanya sangat besar.

Rasulullah bersabda:
وَ قَالَ اَيْضًا مَنْ اِعْتَكَفَ عَشْرًا فىِ رَمَضَانِ كاَنَ كَحَجَتَيْنِ وَعُمْرَتَيْنِ رواه البيهقي

"Nabi juga bersabda barang siapa yang beriktikaf sepuluh hari di Bulan Ramadan, maka baginya pahala dua haji dan dua umrah." (HR Al-Baihaqi)

Kedua, dijauhkan dari api neraka

Orang yang melakukan iktikaf dengan baik dan benar, makai a akan dihindarkan dari siksa api neraka yang luar biasa panasnya. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi yang artinya kurang lebih:

"Barang siapa yang berjalan di dalam membantu keperluan saudara Muslimnnya, maka itu lebih baik baginya dari iktikaf sepuluh tahun lamanya. Dan barang siapa yang beriktikaf satu hari karena mengharap ridha Allah SWT, maka Allah menjadikan di antara dia dan api neRaka jarak sejauh tiga khandaq/parit. Setiap khandaq dari khandaq lainnya jaraknya sejauh langit dan bumi." (HR Thabrani, Mu'jam Al-Awsath: 7322)

Ketiga, mendapatkan ampunan dari Allah

Tidak ada manusia yang tidak memiliki dosa terkecuali sudah diampuni Allah. Yang terbaik bagi orang yang memiliki dosa adalah menyadari akan kepemilikan dosanya dan berusaha untuk memohon ampun atas dosa yang dimilikinya.

Rasulullah SAW yang sudah dijamin masuk surga saja masih beristighfar setidaknya 70x dalam sehari, sementara kita umat manusia yang belum ada jaminan yang pasti akan mendapatkan surganya, maka hendaknya memperbanyak memohon ampun dan melakukan ibadah yang menstimulan pengampunan dosa menjadi sangat penting.

Rasulullah bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ

Aisyah RA bercerita bahwa: Nabi SAW (selalu) beriktikaf di sepuluh terakhir Bulan Ramadan sampai Allah SWT mewafatkan beliau." (HR Bukhari & Muslim)

Dalam hadits lain disebutkan:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

"Barang siapa yang menghidupkan malam lailatul qodar dengan iman dan ihtisab (mengharapkan pahala), niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau." (HR Bukhari)

Iktikaf yang dilakukan dengan baik dan benar, akan bisa menstimulasi pengampunan dosa-dosa kita, sehingga Rasul sudah mencontohkan kepada kita agar semangat beriktikaf.

Keempat, mendapatkan malam Lailatul Qadar

Lailatul Qadar merupakan malam yang sangat baik. Malam Lailatul Qadar nilainya lebih baik dari 1000 bulan atau sekitar 80 tahun. Hal ini merupakan kelebihan yang diberikan kepada umat Muhammad, mengingat umurnya pendek-pendek, sekitar 63 tahun.

Kapan terjadinya Lailatul Qadar?

Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah, karenanya Lailatul Qadar hanya akan didapatkan oleh orang yang banyak beribadah di Bulan Ramadan, khususnya di akhir Ramadan.

Mengingat tingginya nilai Lailatul Qadar, maka sangat rugi jika di antara Muslimin yang kendor dalam kegiatan di sepuluh terakhir Ramadan.

Untuk itu, iktikaf merupakan sarana penyemangat ibadah di akhir Ramadan agar lebih mudah dalam menggapai Lailatul Qadar. Allah berfirman:

إِنَّا أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ * وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ * لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مّنْ أَلْفِ شَهْرٍ * تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالْرُّوحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِهِّمْ مِّنْ كُلِّ أَمْرٍ * سَلَامٌ هِىَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatul Qadar. Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar." (QS Al-Qadar: 1-5)

Kelima, mendapatkan balasan cinta dari Allah

Jika kita sudah dicinta dan mencinta kepada Allah, maka yang lain tidak berpengaruh atau dianggap angin lalu. Orang-orang yang melakukan iktikaf dengan baik dan benar, Allah akan memberikan cinta kepadanya dan akan mengampuninya sebagaimana firman-Nya:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ (ال عمران: ٣١)

Artinya: "Katakan (Muhammad)!, Jika kalian cinta kepada Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian." (QS Ali Imran: 31)

Jemaah yang dimuliakan Allah SWT, semoga bisa bersemangat untuk melakukan iktikaf, lebih-lebih saat sepuluh hari Ramadan. Semoga Allah SWT memudahkan dan memberi kekuatan serta semangat kepada kita untuk bisa memaksimalkan iktikaf, sehingga kita pantas mendapatkan posisi yang tinggi di mata Allah, mendapatkan ampunan dan rahmatNya di dunia dan akhirat. Aamiin




(dvs/kri)

Hide Ads