Malam Ini 27 Ramadan, Ada Pendapat Lailatul Qadar Terjadi

#RamadanJadiMudah by BSI

Malam Ini 27 Ramadan, Ada Pendapat Lailatul Qadar Terjadi

Kristina - detikHikmah
Rabu, 26 Mar 2025 12:01 WIB
Ilustrasi malam lailatul qadar yang terletak pada akhir Ramadan.
Ilustrasi malam Lailatul Qadar. Foto: Getty Images/iStockphoto/pinnacleanimates
Jakarta -

Waktu terjadinya Lailatul Qadar menjadi misteri. Sejumlah hadits shahih menyebut Rasulullah SAW menganjurkan mencarinya pada malam ganjil dari sepuluh hari terakhir Ramadan. Ada yang berpendapat Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-27 Ramadan.

Pendapat yang meyakini Lailatul Qadar terjadi pada malam 27 Ramadan bersandar pada hadits Ubay bin Ka'ab.

عن زِرِّ بْنِ حُبَيْشٍ يَقُولُ سَأَلْتُ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَقُلْتُ إِنَّ أَخَاكَ ابْنَ مَسْعُودٍ يَقُولُ مَنْ يَقُمُ الْحَوْلَ يُصِبْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَقَالَ رَحِمَهُ اللَّهُ أَرَادَ أَنْ لَا يَتَّكِلَ النَّاسُ أَمَا إِنَّهُ قَدْ عَلِمَ أَنَّهَا فِي رَمَضَانَ وَأَنَّهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَأَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعِ وَعِشْرِينَ ثُمَّ حَلَفَ لَا يَسْتَثْنِي أَنَّهَا لَيْلَةُ سَبْعِ وَعِشْرِينَ فَقُلْتُ بِأَيِّ شَيْءٍ تَقُولُ ذَلِكَ يَا أَبَا الْمُنْذِرِ قَالَ بِالْعَلَامَةِ أَوْ بِالْآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لَا شُعَاعَ لَهَا

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: Dari Zirr bin Hubaisy RA dia berkata, "Aku pernah bertanya pada Ubay bin Ka'ab RA, lalu aku berkata, 'Saudaramu, Ibnu Mas'ud pernah berkata, "Siapa beribadah setahun penuh, maka ia akan mendapatkan Lailatul Qadar." Lalu Ubay bin Ka'ab berkata, "Ibnu Mas'ud bermaksud agar orang-orang tidak menyempitkan (waktu untuk beribadah). la sudah tahu bahwa Lailatul Qadar ada di bulan Ramadan, pada sepuluh malam yang terakhir, yaitu pada malam ke-27.' Kemudian Ubay bin Ka'ab bersumpah tanpa pengecualian bahwa Lailatul Qadar ada pada malam ke-27. Aku bertanya kepada Ubay bin Ka'ab, 'Atas dasar apa kamu berkata demikian, wahai Abu Mundzir?' la menjawab, 'Atas dasar tanda yang telah diberitahukan kepada kami oleh Rasulullah SAW bahwa pada hari itu matahari tidak memancarkan sinarnya." (HR Muslim)

Hadits tersebut dinukil dari kitab At-Tadzhib fi Adillati Matnil Ghaya wa Taqrib karya Imam Muslim yang diterjemahkan Abu Ahsan bin Usman dengan judul Kitab Puasa dan Kitab I'tikaf: Seri Mukhtashar Shahih Muslim.

ADVERTISEMENT

Penulis kitab Sunan juga mengeluarkan hadits tersebut dengan redaksi yang sedikit berbeda tetapi maknanya sama. Di antaranya Abu Dawud dalam Sunan Abi Dawud, Ahmad dalam Musnad Ahmad, dan At Tirmidzi dalam Sunan Tirmidzi. Imam Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.

Selain hadits Ubay bin Ka'ab, terjadinya Lailatul Qadar pada malam ke-27 Ramadan juga diriwayatkan Ibnu Umar RA. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ كَانَ مُتَحَرِّهَا، فَلْيَتَحَرَّهَا فِي لَيْلَة سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ

Artinya: "Siapa saja yang berupaya untuk mendapati Lailatul Qadar, hendaklah ia berupaya untuk mendapatinya pada malam ke-27." (HR Ahmad dalam Musnad-nya)

Pendapat bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-27 Ramadan turut diutarakan Ar-Rafi'i dan Ibnu Abbas. Ar-Rafi'i menyandarkannya dengan jumlah huruf malam Qadar (layla al-Qadar) ada sembilan dan Allah SWT menyebut malam tersebut tiga kali sehingga, kata Ar-Rafi'i, hasil hitungannya adalah 27 (3 x 9 = 27). Dari situlah ia menyimpulkan Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-27 di sepuluh hari terakhir Ramadan.

Sementara itu, Ibnu Abbas menggunakan dalil pada angka terakhirnya bahwa Allah SWT menciptakan langit, bumi, dan hari masing-masing berjumlah tujuh dan penciptaan manusia juga berasal dari tujuh unsur.

Demikian seperti dijelaskan dalam Nuzhah al-Majalis wa Muntakhab an-Nafa'is karya Syekh ash-Shafuri yang diterjemahkan Jamaluddin.

Rasulullah Menghidupkan Sepuluh Malam Terakhir Ramadan

Dalam riwayat lain dikatakan, Rasulullah SAW bersungguh-sungguh menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadan.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِنْزَرَ. (متفق عليه)

Artinya: Diriwayatkan dari Aisyah RA, "Apabila tiba sepuluh malam terakhir bulan Ramadan, Rasulullah SAW menghidupkan ibadah malam. Beliau membangunkan istrinya. Beliau amat bersungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya." (HR Bukhari dan Muslim)

Pensyarah Kitab Riyadhus Shalihin (kitab kumpulan hadits shahih Bukhari dan Muslim) menjelaskan, dalam hadits tersebut terdapat dalil bahwa Rasulullah SAW menghidupkan sepuluh malam terakhir Ramadan hingga pagi karena beliau mencari malam Lailatul Qadar yang jatuh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, apalagi pada malam ke-27.

Malam tersebut dianggap sebagai malam terbaik dari seluruh malam yang ada, sebagaimana Firman Allah SWT dalam surah Al-Qadr ayat 3,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ٣

Artinya: "Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan."

Rasulullah SAW menghidupkan malam tersebut seraya bersabda, "Barang siapa yang pada malam Lailatul Qadar itu bangun dengan penuh keimanan dan ketakwaan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu."

Wallahu a'lam.




(kri/lus)
Berburu Keutamaan Lailatul Qadar

Berburu Keutamaan Lailatul Qadar

73 konten
Keistimewaan Ramadan juga terletak pada malam yang lebih baik dari 1.000 bulan. Itulah malam Lailatul Qadar. Malam ini disebut jatuh pada salah satu malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadan.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads