Jumat pekan ini bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Khatib bisa memanfaatkan momentum ini untuk menyampaikan khutbah tentang Maulid Nabi Muhammad SAW.
Maulid Nabi adalah perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Menurut pendapat masyhur, Nabi Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahun ini, umat Islam akan merayakan Maulid Nabi 1447 Hijriah. Mengacu pada Kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI, 12 Rabiul Awal 1447 Hijriah jatuh pada Jumat, 5 September 2025.
Karena bertepatan dengan salat Jumat, khatib bisa menyampaikan khutbah tentang Maulid Nabi. Berikut contoh naskahnya seperti dinukil dari situs Kementerian Agama.
Khutbah Jumat Maulid Nabi Muhammad
Judul: Maulid Nabi, Kelahiran Sang Pembawa Rahmat
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلَالِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ. سُبْحَانَكَ اللّٰهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَهُ. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَـمِ كُلِّهِ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin, yakni takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah subhanahu wa ta'ala dan menjalankan perintah-Nya. Karena dengan takwa, kita akan diberi solusi oleh Allah di setiap problematika hidup yang kita alami, juga akan ada rezeki melimpah yang datang kepada kita tanpa kita sangka-sangka.
Bulan ini adalah bulan Rabiul Awal, bulan mulia di mana penutup para nabi dan rasul dilahirkan ke dunia ini. Ya, beliaulah Baginda Besar Nabi Muhammad shallallahu 'alahi wa sallam. Nabi akhir zaman, tidak ada lagi nabi-nabi setelahnya.
Jamaah yang dirahmati Allah subhanahu wa ta'ala,
Di bulan Maulid ini, seyogianya bagi kita untuk banyak-banyak bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala karena telah mengutus seorang nabi yang menjadi suri teladan yang mulia. Nabi diutus ke muka bumi ini tak lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam, sebagaimana Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam surah al-Anbiya ayat 107:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Imam al-Baidhawi dalam kitab tafsirnya menyebutkan sebab disebutnya pengutusan Nabi Muhammad shallallahu 'alahi wa sallam sebagai rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam ialah karena diutusnya Nabi ke seluruh dunia di muka bumi ini menjadi sumber kebahagiaan dan kebaikan bagi kehidupan mereka di dunia maupun di akhirat kelak.
Imam Ibnu 'Abbas menyebutkan dalam tafsirnya, siapa yang menerima ajaran kasih sayang yang dibawa Nabi dan mensyukurinya, maka ia akan bahagia hidupnya. Sebaliknya, siapa yang menolak dan menentangnya, maka merugilah hidupnya.
Kasih sayang yang ditebarkan Nabi shallallahu 'alahi wa sallam bukanlah hanya ucapan semata, akan tetapi dalam hidup keseharian beliau praktikkan dan implementasikan dengan nyata. Kasih sayang ini bentuknya universal kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan. Bahkan kepada orang musyrik pun Nabi Saw berlaku santun dan mengasihi.
Tidakkah kita mengingat bagaimana dahulu Nabi shallallahu 'alahi wa sallam ketika hijrah ke Thaif untuk menghindari permusuhan dari kaumnya, namun ternyata di sana malah mendapat perlakuan yang kasar dan permusuhan yang lebih parah hingga Nabi dilempari batu.
Kala itu, malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Nabi, apabila dibolehkan maka ia akan membenturkan kedua gunung di antara kota Thaif, sehingga orang yang tinggal di sana akan wafat semua. Namun apa sikap Nabi shallallahu 'alahi wa sallam? Nabi berucap andai mereka saat ini tidak menerima Islam, semoga anak cucu mereka adalah orang yang menyembah-Mu ya Allah! Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak tahu...
Dikisahkan juga dalam hadis riwayat Shahīh Muslim, pada suatu hari, datang seorang sahabat berkata kepada Nabi, "Wahai Nabi! Doakanlah keburukan atau laknat bagi orang-orang musyrik. Kemudian Nabi menjawab, "Sungguh, aku tidaklah diutus sebagai seorang pelaknat, akan tetapi aku diutus sebagai rahmat!"
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah.
Di antara sifat mulia Rasulullah shallallahu 'alahi wa sallam yang perlu kita teladani juga adalah sifat pemaafnya. Ingatlah kisah ketika Nabi shallallahu 'alahi wa sallam perang Uhud bersama kaum Muslimin, kala itu pamannya, Hamzah bin Abdul Muthallib ikut berperang. Di tengah peperangan, pamannya terbunuh oleh Wahsyi, seorang budak berkulit hitam. Wahsyi tidak hanya membunuhnya dengan menghunuskan pedang begitu saja dan selesai, namun ia mencabik-cabik isi perutnya juga.
Hal ini membuat Nabi shallallahu 'alahi wa sallam sangat sedih, sakit hati dan marah. Bayangkan! Paman yang begitu dicintainya wafat dengan cara mengenaskan seperti itu. Akan tetapi, ketika Wahsyi menyatakan diri di hadapan Nabi untuk masuk Islam, Nabi pun memaafkannya, meski beliau tidak mau melihat wajah Wahsyi lagi sebab akan terus mengingatkannya kepada peristiwa terbunuhnya pamannya.
Jamaah salat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta'ala,
Mengenai sifat memaafkan, sungguh Allah telah berfirman dalam surat Al-A'raf Ayat 199:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh."
Apabila kita menjadi pribadi yang memiliki sifat pemaaf, maka dapat kita rasakan lingkungan sosial di tengah-tengah masyarakat menjadi damai, tidak ada dendam yang terjadi di antara manusia. Itulah kasih sayang yang dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu 'alahi wa sallam.
Semoga di bulan Maulid ini kita dapat meneladani sifat dan akhlak mulia Rasulullah, yang mana dalam mencontoh dan menerapkan akhlaknya terdapat kemaslahatan yang akan kita dapatkan, baik di dunia maupun di akhirat.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلَّهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بعدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Judul: Nabi Muhammad Teladan Kemanusiaan
الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيلُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شريك له، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فَقَدْ قَالَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ . وَقَدْ قَالَ وَمَا أَرْسَلْنَكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَلَمِينَ
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan sekalian alam, yang telah mengutus seorang Rasul dari kalangan manusia untuk menjadi pelita penerang, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Dialah sosok yang diutus bukan hanya untuk satu kaum, melainkan sebagai rahmatan lil 'alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta.
وَمَا أَرْسَلْتُكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَلَمِينَ
"Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam." (Q.S. AI-Anbiya' [21]: 107).
Jemaah Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Di tengah hiruk pikuk dunia modern yang seringkali diwarnai oleh krisis moral, konflik, dan hilangnya nilai-nilai kemanusiaan, kita sebagai umat manusia
senantiasa merindukan sosok panutan. Sebuah teladan sempurna yang mampu membimbing kita kembali kepada fitrah kemanusiaan yang luhur. Allah SWT, dengan kasih sayang-Nya, telah memberikan teladan itu pada diri Rasulullah SAW. Al-Qur'an menegaskan dalam Q.S. Al-Ahzab [33]: 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah."
Salah satu pilar utama keteladanan Rasulullah SAW adalah kasih sayangnya yang tak terbatas. Rasulullah SAW adalah personifikasi dari sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim Allah SWT. Kasih sayangnya melintasi batas suku, ras, agama, bahkan spesies. Beliau mengasihi anak-anak, memuliakan kaum perempuan, menyantuni fakir miskin, dan melindungi anak-anak yatim. Hatinya luluh melihat penderitaan, memuliakan kawan dan memanusiakan lawan.
Teringat kisah teladan Rasulullah SAW ketika berdakwah di Tha'if. Tatkala kakinya menginjak tanah Tha'if, bukan sambutan yang terdengar, melainkan cemoohan, hinaan, dan lemparan batu hingga tubuh mulianya berdarah. Melihat itu, Malaikat Jibril datang dengan geram dan meminta pada Nabi SAW agar diberikan izin untuk meluluhlantakan seluruh penduduk Tha'if dengan menimpakan gunung. Lantas, apa jawaban Sang Penebar Rahmat?
"Jangan," "Aku berharap dari tulang sulbi mereka akan lahir generasi yang menyembah Allah semata." Di tengah derita yang dialaminya, bukannya laknat dan azab yang keluar dari lisannya, melainkan harapan dan doa yang dilantunkan dengan penuh kasih sayang dan keyakinan.
Hadirin yang berbahagia,
Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Arab hidup dalam kegelapan jahiliah, di mana hukum rimba, kesukuan yang fanatik, dan diskriminasi menjadi norma. Rasulullah SAW datang sebagai spirit peradaban baru, meruntuhkan pilar-pilar kezaliman dan menggantinya dengan fondasi keadilan dan kesetaraan. Beliau mengajarkan bahwa kemuliaan seseorang di sisi Allah tidak diukur dari warna kulit, status sosial, atau garis keturunan, melainkan dari ketakwaannya. Pesan universal ini merupakan panduan sepanjang zaman yang dijumpai pada QS. Al-Hujurat [49]: 13:
يَأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنثى وَجَعَلْنَكُمْ شُعُوبًا وَقَبَابِلَ لِتَعَارَفُوا إِنْ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ أَنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."
Jemaah yang dimuliakan Allah SWT,
Jauh sebelum diangkat menjadi rasul, masyarakat Makkah telah menyematkan gelar Al-Amin (yang terpercaya) kepada Nabi Muhammad SAW. Gelar ini adalah bukti pengakuan atas kejujuran, integritas, dan amanahnya yang luar biasa. Bahkan para pembencinya sekalipun, yang menolak ajarannya, tidak pernah meragukan integritas pribadinya. Karakter Nabi Muhammad SAW yang menjadi manifestasi idealitas dan kemuliaan akhlak Al-Qur'an diterangkan pada QS. Al-Qalam [68]: 4:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung."
Kepercayaan ini menjadi modal sosial yang tak ternilai dalam membangun masyarakat Madinah. Setiap perkataannya adalah kebenaran, setiap janjinya adalah kepastian, dan setiap tindakannya adalah cerminan dari hatinya yang bersih. Inilah makna horizontal dari ajaran Islam, di mana hubungan antar manusia (hablun minannas) harus dibangun di atas etis yang tercermin dalam integritas dalam jalinan interpersonal antar manusia.
Hadirin sidang Jumat yang diberkahi Allah SWT,
Rasulullah SAW adalah seorang pemersatu bangsa yang ulung. Beliau memahami betul bahwa perpecahan adalah sumber kelemahan. Dengan semangat silaturahmi, beliau berhasil mendamaikan suku Aus dan Khazraj di Madinah yang telah berperang selama ratusan tahun. Beliau mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Ansar dalam sebuah ikatan persaudaraan iman yang lebih kuat dari ikatan darah. Rasulullah SAW merupakan wajah ideal dari seorang pemersatu dan diplomat yang mementingkan kepentingan umum, alih-alih pribadi. Melalui tuntunan Al-Qur'an, Nabi Muhammad SAW selalu berupaya membangun persaudaraan di tengah perbedaan dan merajut kesatuan di hati umat Islam. Hal ini sebagaimana tercermin dalam QS. Al-Hujurat [49]: 9-10:
وَإِنْ طَائِفَتَنِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
"Jika ada dua golongan orang-orang mukmin bertikai, damaikanlah keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat aniaya terhadap (golongan) yang lain, perangilah (golongan) yang berbuat aniaya itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), damaikanlah keduanya dengan adil. Bersikaplah adil! Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bersikap adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati."
Maasyiral muslimin yang dimuliakan Allah SWT,
Terakhir, Rasulullah SAW juga teladan tertinggi bagi pemaknaan tauhid dalam kehidupan umat Islam. Tauhid bukan hanya perihal mengimani Allah SWT dan mengesakan-Nya, namun juga dimanifestasikan dalam kehidupan nyata. Sebagaimana dijumpai dalam beberapa hadisnya yang berbicara mengenai tauhid yang tidak hanya berkaitan dengan habl minallāh (vertikal), akan tetapi juga habl minannās (horizontal):
مَن كَانَ يُؤْمِنُ بالله واليوم الآخر فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، ومَن كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّه واليوم الآخر فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، ومَن كانَ يُؤْمِنُ بِالله واليوم الآخر فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَن كَانَ يُؤْمِنُ بالله واليوم الآخر فلا يُؤْدَ جَارَهُ)
"Barang siapa yang beriman kepada Allah SWT dan Hari Akhir hendaknya ia memuliakan tamunya, menyambung silaturahmi, berkata yang baik atau hendaknya diam jika tidak mampu bertutur yang etis, serta tidak menyakiti tetangganya."
Sosok teladan umat Islam, Rasulullah SAW, manusia paling mulia yang kemuliaannya dianugerahkan langsung oleh Sang Pemilik Kemuliaan melalui wahyu-Nya yang agung, yang tertanam dalam dirinya.Di bulan kelahirannya ini, marilah kita senantiasa membuka lagi lembaran biografinya dan meneladani setiap sisi perjalanan hidupnya.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ. أَقُولُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمِ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِتَهْتَدِي لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شريك لهُ، وَأَشْهَدُ أَن سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا لَبِيُّ وَلَا رَسُولَ بَعْدَهُ اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلٌ فَالتَّقْوَى هِيَ وَصِيَّةُ رَبِّ الْعَالَمِينَ لِلْأَوَّلِينَ
وَالْآخِرِينَ مِنْ خَلْقِهِ، فَقَدْ قَالَ فِي كِتَابِه العزيز: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ وَأَمَرَ المُسْلِمِينَ وَالْمُؤْمِنِينَ بِالصَّلَاةِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ كَمَا قَالَ فِي الْقُرْآنِ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ.
رَبُّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللَّهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرِ
(kri/erd)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal