Ketika pasukan Abrahah atau biasa disebut Pasukan Bergajah yang diabadikan dalam Q.S. al-Fil (105) bermaksud mengambil alih Ka'bah di Mekkah, namun yang terjadi mereka dihancurkan dengan azab yang mengerikan.
Seluruh tentara dan gajah yang ditumpanginya hancur melalui serangan burung atau serangga Ababil, sebagaimana dilukiskan di dalam Al-Qur'an:
"Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergaja. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka'bah) itu sia-sia. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (Q.S. Al-Fil ayat 1-5)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut seorang ahli medico-historico, Dr. Kurtz Sprenger, musnahnya pasukan Abrahah karena epidemi cacar yang sangat dahsyat. Alasannya epidemi sejenis ini mula-mula menjangkit di Jazirah Arab bersamaan dengan peristiwa hancurnya pasukan Abrahah, yaitu sekitar tahun 558 M.
Pendapat ini dikuatkan oleh Sir William Muir. Ibnu Katsir jauh sebelumnya juga telah mengemukakan riwayat bahwa pada tahun gajah itu mulai menjangkit suatu penyakit sejenis campak atau sejenis cacar.
Para ahli banyak tertarik menganalisa ayat demi ayat pada surat al-Fill, khususnya pada tiga ayat terakhir, karena mereka menilai tersirat sebuah isyarat ilmiah yang cukup penting.
Baca juga: Epidemi Typhus Exanthematicus |
Kata thairan ababil banyak diterjemahkan oleh para mufassir dengan "binatang yang berbondong-bondong". Hanya Muahammad Abduh yang menolak mengartikan al-thair dengan "burung". Ia mengartikannya dengan sejenis serangga atau dewasa ini sering disebut dengan virus. Virus atau mikroba inilah disebarkan melalui angin yang memusnahkan seluruh pasukan gajah Abrahah. Apabila zat tersebut menyentuh anggota badan manusia maka langsung mengakibatkan luka-luka yang pada akhirnya menyebabkan hancurnya seluruh badan, yang mengingatkan kita kepada virus anthrax. Segolongan ahli mengartikan sijjil dengan "tanah yang terbakar", "batu yang dipahat".
Dalam kitab Tafsir Ibn Katsir, dijelaskan bahwa kata sijjil dengan "tanah keras". Ahmad Ramali menegaskan hancurnya pasukan Abrahah sebagai akibat epidemi peracun yang amat ganas, penularannya melalui udara dan selanjutnya memusanahkan seluruh tentara Abrahah.
Dari berbagai kasus epidemi yang diungkap di dalam Al-Qur'an, mengisyaratkan kepada kita bahwa penularan virus binatang kepada manusia sudah pernah terjadi di masa lampau. Virus-virus tersebut ada yang lebih mudah diatasi da nada yang sangat berat. Virus AIDS, Hepatitis, dan sebagainya, bukanlah persoalan baru bagi umat manusia, melainkan sudah lama telah diisyaratkan di dalam al-Qur'an. Hanya saja menarik untuk dikaji bahwa munculnya wabah virus mematikan itu selalu dihubungkan dengan tingkat kedurhakaan anak manusia. Jika suatu kaum sudah mencapai puncak kezaliman dan kedurhakaan maka selalu berhadapan dengan musibah yang di luar kemampuan manusia untuk menangkalnya.
Mushibah dalam berbagai bentuk yang menimpa dunia kemanusiaan selama ini, di samping membutuhkan pemacahan secara mikro, juga mungkin perlu sudut pandang lain dalam bentuk lebih holistic, menyeluruh, dan konperhensif. Apakah manusia masih di atas jalan yang benar dalam menjalankan misi kekhalifahannya di muka bumi ini atau sudah jauh memnyimpang.
Al-Qur'an, Bibel, dan kitab-kitab kemanusiaan lainnya telah memberikan warning terhadap suatu kaum yang melampaui batas. Kerakusan dan kedhaliman, sebagaimana direpresentasikan oleh raja-raja dlalim dalam Al-Qur'an seperti Fir'aun, Tsamud, 'Ad, dan Namrud, memberikan pesan kepada kita bahwa miniatur perjalanan sejarah kemanusiaan selalu diwarnai pertarungan figur positif (nabi) dan figur negative (penguasa zalim). Mushibah dalam bentuk epidemi selalu menyertai kelompok masyarakat yang sudah melampau batas (israf).
Baca juga: Menyingkap Kemukjizatan Al-Qur'an |
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Indonesia Konsisten Jadi Negara Paling Rajin Beribadah
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina