Sebelum azab itu diturunkan terlebih dahulu diawali gejala-gejala aneh yang berlangsung selama tiga hari: Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah, sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat.(Q.S.Hud/11:64).
Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa hari pertama kulit mereka berubah menjadi warna kuning seperti dilumuri kunyit di hari pertama, pada hari kedua, kulit mereka berubah menjadi merah seperti dilumuri darah, dan pada hari ketiga kulit mereka berubah lagi menjadi hitam. Ujung hari ketiga mereka bagaikan mendengarkan suara yang
menggelegar amat dahsyat, kemudian mereka mati bergelimpangan di rumahnya masing-masing. Ironisnya, Nabi Shaleh bersama para pengikut setianya tidak terkena musibah itu. Kata al-shaihah yang diartikan dengan "gempa bumi" tidak memuaskan para ahli sains modern, termasuk di antaranya Dr. Opitz, seorang ahli Medico-Historicus berkebangsan Jerman. Ia mengemukakan, kalau yang dimaksud al-shaihah adalah gempa bumi, maka gejala-gejala awal berupa perubahan warna kulit tidak terjadi, lagi pula kalau siksaan itu adalah gempa bumi dahsyat, tentulah tempa kediaman mereka hancur berantakan, tetapi nyatanya gunung-gunung batu tempat kaum Bani Tsamud masih ditemukan oleh para arkeolog dan Nabi Shaleh bersama sahabatnya selamat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dr. Opitz yang didukung kalangan saintis muslim, berpendapat bahwa bencana kaum Tsamud tidak lain adalah sejenis epidemi yang sangat dasyat, diduga berasal dari daging unta misterius yang dagingnya dimakan oleh mereka. Menurutnya, jenis epidemi yang menyerang kaum Tsamud adalah sejenis typhus exanthematicus, yang bermula dari keracunan disertai lautan darah dan kerusakan pembuluh darah, yang menyebabkan penyakit kuning (icterus) dan selanjutnya menyebabkan pendarahan pada seluruh bagian kulit. Pada hari ketiga kulit berwarna hitam karena virus itu sudah menyerang empedu yang mengeluarkan cairan wartna hitam. Pada penghujung hari ketiga virus itu menyerang seluruh jaringan dalam tubuh, jantung yang tekoyak-koyak sebagai akibat pendarahan yang hebat dalam otot jantung. Pada saat yang bersamaan virus itu menyerang gendang telinga sehingga mereka bagaikan mendengar sebuah bunyi yang amat dasyat, sesudah itu mereka mati bergelimpangan.
Dr. Ahmad Ramali di dalam disertasinya berpendapat bahwa jenis virus tersebut adalah sejenis anthrax (antrhrax-seaptic-heimia), sebagai akibat daging hewan yang sudah ditulari anthrax menyebabkan orang-orang beramai-ramai terkena bisa daging dan septivhaemia. Kemungkinan lain menurut Ahmaf Ramali ialah sejenis sampar, yakni, pestis haemorrhagica yang ditularkan oleh unta tersebut.
Kesimpulan yang dapat diambil dari kisah Nabi Shaleh dan raja Tsamud ialah azab dalam bentuk kehadiran virus mematikan secara masal berhubungan dengan perilaku kufur yang dilakukan kaum Tsamud. Bukan hanya kufur tetapi betul-betul melampaui batas dengan cara menyembelih unta mukjizat itu sebagai bentuk kekufuran yang deminstratif. Akibatnya Allah Swt memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya dengan menjatuhkan kaum Tsamud secara hina.
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana
Rae Lil Black Jawab Tudingan Masuk Islam untuk Cari Sensasi