Bagaikan Hutan Belantara

Keajaiban Al-Qur'an (7)

Bagaikan Hutan Belantara

Nasaruddin Umar - detikHikmah
Jumat, 07 Mar 2025 05:15 WIB
Sarasehan Ulama Nahdlatul Ulama digelar hari ini. Menag Nasaruddin Umar, Mendikdasmen Abdul Muti, dan Mensos Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menghadiri sarasehan tersebut.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Salahsatu keajaiban Al-Qur'an ialah konten dan sistematiknya tidak pernah membosankan. Bagaikan memasuki daerah hutan belantara, kita bisa menjumpai berbagai macam tumbuhan dan pepohonan tumbuh secara alami dan merdeka di dalamnya. Berbeda dengan taman atau kebun yang sengaja ditanam, dengan mudah bisa diprediksi tanaman apa saja yang ada di dalamnya dengan struktur penempatannya masing-masing. Al-Qur'an bagaikan hutan belantara karena komposisi kandungan dan sistematikanya samasekali tidak menyerupai sebuah buku ilmiah yang disusun dengan menggunakan system khusus.

Lihatlah nama-nama surah dan tata aturan ayat-ayatnya. Pertama-tama kita diantar memasukinya dengan surah al-Fatihah (pembuka) lalu tiba-tiba diperhadapkan dengan surah al-Baqarah (sapi betina). Mengapa harus dengan sapi? Setelah itu surah keluarga Imran (Alu 'Imran), al-Nisa' (perempuan), al-Maidah (hidangan), al-An'am (binatang ternak), al-A'raf (Tempat Tertinggi), al-Anfal (Harta Rampasan), al-Taubah (Pengampunan), lalu disusul dengan nama-nama Nabi tertentu yaitu Yunus , Hud, dan Yusuf. Lalu diselang dengan al-Ra'd (guruh) kemudian dilanjutkan lagi dengan Ibrahim, al-Hijr, al-Nahl (lebah), al-Isra' (journey), al-Kahfi (Goa Kahfi), dan Maryam. Setelah itu tiba-tiba muncul nama pembuka surah, Thaha, lalu al-Anbiya (Nabi-nabi). Yang menarik Al-Qur'an juga melibatkan na,a serangga kecil seperti al-Nahl (lebah), al-Naml (semut), dan al-'Ankabut (laba-laba). Ada juga nama binatang besar menjadi nama surah yaitu al-Baqarah (sapi betina) dan al-fil (gaja). Banyak lagi nama-nama yang tidak populer muncul menjadi surah seperti nama goa (al-Kahfi), perempuan yang mengajukan gugatan (al-Mujadilah), dan hari ditampakkan kesalahan (al-Tagabun), dan bermuka masam ('Abasa).


Nama-nama surah dan tata urutannya sangat tidak sistematis menurut ukuran gaya penulisan ilmiah. Namun justru di situ keluarbiasaan Al-Qur'an, meskipun nama-nama surahnya disusun terkesan acak dan tidak lazim, tetapi memberikan kesan alami, bagaikan hutan belantara yang tumbuhannya secara alami tanpa tersentuh sedikit pun rekayasa. Memasuki hutan belantara denga keunikan, keaslian, dan kealamiannya, jauh lebih menggiurkan para peneliti ketimbang sebuah taman atau hutan yang berada dalam sentuhan rekayasa manusia.


Ibnu Abbas, seorang sahabat yunior Nabi dan sekaligus ilmuan yang sangat disegani pada zamannya, pernah mengungkapkan bahwa Al-Qur'an itu bagaikan permata berlian yang setiap sudut-sudutnya menampilkan warna dan keindahan tersendiri. Semua jurusan memandangnya sebentuk cahaya keindahan. Hari ini kita menatap dari satu sisi maka kita tertekun akan keindahannya, hari berikutnya kita menatap dari sisi yang berbeda, tetap kita memperoleh keindahan lain, sehingga setiap sudut pandangnya menawarkan keindahan bagi orang yang serius melihatnya.


Lain halnya menurut Syekh Jalaluddin Rumi, seorang seniman dan penyair. Ia pernah menyatakan ketakjubannya terhadap Al-Qur'an dengan mengatakan, Al-Qur'an bagaikan (mohon maaf) susu perempuan. Benda itu bisa memberikan kepuasan yang luar biasa kepada seorang bayi tetapi benda yang sama juga bisa memberikan kepuasan yang luar biasa kepada bapak sang bayi.

Dengan kata lain, Al-Qur'an bisa memberikan kepuasan kepada segala umur. Seumur bayi akan memperoleh kepuasan biologis berupa nutrisi, tetapi laki-laki dewasa akan memperoleh kepuasan biologis tersendiri. Itulah Al-Qur'an, menurut Jalaluddin Rumi, bisa memberikan kepuasan kepada semuanya. Mulai orang yang bertaraf kognitif rendah sampai kepada para ahli, atau mulai dari orang awam sampai kepada khawash al-khawash. Al-Qur'an bagaikan bawang, jangan pernah puas setelah membuka kulit merahnya,




(lus/lus)

Hide Ads