Kepakaran Melesat Saat Amal Shalihat Berlipat

Kolom Hikmah

Kepakaran Melesat Saat Amal Shalihat Berlipat

Abdurachman - detikHikmah
Minggu, 09 Jun 2024 05:49 WIB
Abdurachman

 Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya
Foto: Dokumentasi pribadi Abdurachman
Jakarta - Produksi terhambat, pabrik ngadat. Mengapa? Karena pusat operasional kendali otomatis, komputernya harus dirawat.

Sayangnya pakar komputer yang sangat ahli di bidangnya telah istirahat. Usianya sudah meningkat.

Perusahaan berusaha melepas masalah dengan mendatangkan ahli komputer yang masih aktif. Satu, dua, tiga, empat bahkan sampai lima orang.
Pabrik ngadat sampai dua pekan. Persoalan di sistem komputer belum teratasi. Maklum, ini terjadi pada masa komputer seukuran kamar tidur. Beda dengan sekarang yang sudah seukuran genggaman tangan. Kasus menimpa salah satu perusahaan di sebuah negara terkenal di Eropa sana.

Lama tidak menghasilkan solusi, pihak perusahaan berusaha menghubungi pakar yang sudah retired. Problemnya, jika seorang sudah retired di negara tersebut, ada peraturan yang tidak membolehkannya sibuk lagi dengan pekerjaan yang harusnya sudah bisa ditangani oleh pakar pengganti. Yaitu generasi berikutnya.

Demi keadaan yang sudah sulit diatasi, ditambah produksi macet selama itu, dua pekan. Jumlah kerugian yang tidak kecil yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Belum lagi para pekerja yang semestinya aktif bekerja, selama komputer pengendali ngadat, mereka menjadi terlantar. Padahal etos kerja di negara tersebut terbilang sangat tinggi.

Sambil memohon penuh harap, menyertakan alasan yang sudah diupayakan, perusahaan mencoba menghubungi pakar itu.
Sesampainya pakar tersebut di perusahaan, dia masuk ke ruang kendali. Setelah memperhatikan sekeliling, menganalisis secara singkat, tiba-tiba dia meminta disediakan obeng.

Seketika obeng diberikan, dengan cekatan tangan ahlinya menancap ke salah satu onderdil yang menempel pada sirkuit komputer.

Tampak tangannya memutar ke arah kanan, tiba-tiba saja komputer menyala dan operasional perusahaan lancar.
Demi menyaksikan peristiwa sekejap yang segera menghapus masalah itu, lima ahli komputer yang dari tadi mengamati terbelalak hampir tak percaya, terhadap apa yang dilihatnya. Keringat menetes tampa diundang. Boleh jadi masing-masing mereka bergumam, "Kalau tahu cuma begitu, mengapa tidak kulakukan dari kemarin-kemarin?"

Boleh jadi kisah nyata ini menjadikan jelas perbedaan antara sekedar ahli dengan pakar sesungguhnya.
Pakar yang super bisa bekerja cepat, hemat, tangkas, jeli dan sangat cermat.
Di dalam bahasa Al Quran, kepakaran yang super ini boleh jadi bisa mewakili konsep ulul albab ( QS al-Imran 3:190).

Pasti terhujam di setiap benak kita bahwa tingkat kepakaran seperti ini tidak mudah digapai. Selain memerlukan tingkat kecerdasan yang memukau, masih diperlukan ketekunan yang tinggi. Selain itu, tingkat kepakaran yang super ini tentulah memerlukan ketekunan belajar, kesungguhan bekerja dalam bidangnya serta berbagai keseriusan yang lain. Perlu pengalaman panjang.

Bisakah itu semua digapai setiap orang?
Saya ragu menjawabnya iya?

Namun, di sisi lain Al Quran menyematkan jalur cepat mampu menjadi pakar yang luar biasa itu.
Petunjuk sederhana Al Quran adalah, sengajakan dirimu senantiasa dzikrullah. Ya, dalam segala keadaan. Baik saat duduk, berdiri, berbaring. Pendek kata dalam setiap keadaan. Kalau kalimat dzikir merujuk kepada riwayat mutawatir yang dikenal Muslimin hampir di seluruh dunia. Mereka antara lain adalah: subhaanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa ilaaha illaa Allah, laa hawla wa laa quwwata illaa billah.

Cara menggapai tingkat kepakaran yang super itu, sesuai konsep Al Quran, diterangkan pada (QS al-Imran 3:190-192). "Inna fii khalqissamaawaati wal ardli wakhtilaafil layli wan nahaari la-aayaatil li-ulil albaab. Alladziina yadzkuruunallaaha qiyaaman wa qu'uudan wa 'alaa junuubikum wa yatafakkaruuna fii khalqissamaawaati wal ardl, Rabbanaa maa khalaqta hadzaa baathila, subhaanaka faqinaa 'adzaabannaar".

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka".

10 hari awal bulan Zulhijjah merupakan hari-hari yang sangat istimewa. Keutamaannya tak ada yang bisa melampaui. Kecuali orang yang mampu keluar berjihad di jalan Allah dengan fisiknya dan seluruh hartanya, lalu orang tersebut tidak kembali. Artinya mati syahid.

Bisa dibayangkan jika setiap kita menguatkan hati untuk tekun berdzikir pada hari-hari awal Zulhijjah ini. Bukankah ini menjadi bagian jalan agar setiap kita mampu melesatkan tingkat kepakaran dalam tempo sesingkat-singkatnya. Ialah, melakukan amal shalihat pada saat nilai amal sangat berlipat. Mari semua kita berusaha senantiasa dzikrullah sambil terus menjaga agar setiap amaliyah kita selalu shalihat!


Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.
Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.




(erd/erd)

Hide Ads