Sang Penentu

Kolom Hikmah

Sang Penentu

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 02 Feb 2024 08:00 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Dokumen pribadi Aunur Rofiq
Jakarta -

Aku bermimpi berjumpa dengan Syekh Abdul Qadir al-Jailani, beliau memberikan nasihat, "Jika kalian menjauh dari orang-orang demi kebenaran, kalian tak akan meminta sesuatu pun kepada manusia dengan lisan kalian. Jika kalian berhenti meminta dengan lisan, jangan pula meminta kepada mereka dengan cara apa pun, bahkan meski hanya terlintas dalam pikiran. Sebab, meminta dalam benak pun sama saja dengan meminta dengan lisan. Ketahuilah, Allah SWT. maha berkuasa mengubah, mengganti, meninggikan dan merendahkan siapa pun. Dia menaikkan derajat sebagian orang.

Dia memberi peringatan kepada mereka yang telah dinaikkan derajatnya bahwa Dia berkuasa menjatuhkan lagi mereka ke derajat yang paling rendah. Dia juga memberi harapan bahwa Dia akan memelihara mereka di tempat yang terpuji itu. Sementara, mereka yang telah dilemparkan ke derajat terendah, diancam-Nya dengan kehinaan abadi, sekaligus diberi harapan akan dinaikkan ke derajat tertinggi."
Kemudian terdengar suara ayam berkokok dan aku terbangun.

Dari nasihat ini jika disimak dengan tertib akan mendapatkan beberapa makna :

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


1. Menjauh dari orang-orang demi kebenaran. Ketika dalam kehidupan masyarakat telah bercampur aduk antara kebatilan dan kebenaran, maka jauhilah orang-orang yang menyebarkan kebatilan. Sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayat 42 yang artinya, "Jangan kalian mencampur kebenaran dengan kebatilan. Jangan juga kalian menyembunyikan kebenaran. Padahal kalian menyadarinya." Dalam kehidupan saat ini khususnya pada saat suhu politik tinggi, terjadinya saling serang, fitnah dan dusta menyebar kemana-mana, maka jauhilah sumber-sumber itu agar engkau tidak tertular virus kebatilan.

2. Tidak meminta kepada sesama. Hal ini sangat penting karena meminta kepada sesama ( sama-sama faqir ) merupakan kesia-sian. Seseorang yang berkuasa dan berkedudukan tinggi biasanya banyak didekati untuk memperoleh manfaat duniawi, sadarilah bahwa kekuasaan itu merupakan anugerah dari Allah SWT. bukan karena upayamu. Jika engkau bersandar karena upaya maka engkau telah mengingkari-Nya. Sesama tidak bisa menjadikan "manfaat" karena diberikan oleh-Nya, jadi jauhilah ketergantungan pada sesama. Saling sandera dalam berpolitik itu terjadi karena salah satu pihak berbuat kesalahan. Akhirnya menjadi tontonan yang menarik di masyarakat tatkala pihak yang tersandera menyanjung pihak lainnya. Larangan bergantung pada selain-Nya sebagaimana dalam firman-Nya surah Fathir ayat 15 yang artinya, "Hai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji." Jelas bahwa seseorang yang bergantung pada orang lain meski berkuasa tidaklah dibenarkan dan perbuatan itu menuju kesyirikan. Sadarilah sesungguhnya manusia itu lemah seperti dalam firman-Nya surah an-Nisa' ayat 28.

ADVERTISEMENT

3. Kuasa-Nya dalam menentukan derajat manusia. Seseorang itu sejatinya hamba dari Sang Pencipta, maka hendaklah tidak berlaku seperti-Nya dengan menentukan nasib seseorang. Ikut campur dalam urusan yang menjadi domain Allah SWT. merupakan tindakan sombong karena ikut dalam mengatur urusan-Nya. Ketahuilah, bahwa Allah SWT. mengatur dirimu dalam setiap langkah maupun setiap desahan nafasmu. Dia telah mengatur urusanmu sebaik-baiknya pengaturan pada hari ditetapkannya takdir. Dalam surah al-A'raf ayat 172 yang artinya, "Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab, 'Betul ( Engkau Tuhan kami ).'" Disamping itu Allah SWT. telah menciptakan manusia dengan sifat yang lemah ( an-Nisa' ayat 28 ). Jika engkau "merasa" mampu menentukan nasib seseorang dan melakukannya, maka ingatlah kehendakmu tidak akan terwujud jika tidak sama dengan kehendak-Nya. Adapun yang mewujud itu merupakan kehendak-Nya dan jangan dikira itu merupakan kehendakmu.

Dalam perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, maka hati-hatilah jangan sampai terjerumus dalam dusta, fitnah maupun ghibah. Jauhilah sumber-sumber kebatilan karena saat ini tidaklah mudah membedakan antara yang batil dan yang hak. Menjelang pelaksanaan pesta demokrasi yang kurang dari dua pekan ini, makin mengkristal orang-orang ada yang merapat dan ada yang menjauh pada pasangan calon Presiden dan tentu dengan alasan masing-masing. Dulu ada benci sekarang ada cinta dan sebaliknya yang cinta bisa jadi benci, itulah hati manusia yang dibolak balikkan Allah SWT. Namun demikian, sebelum melakukan sesuatu endapkanlah dalam hati dulu dan jika hal itu baik maka lakukan, jika tidak baik maka diamlah.

Kedudukan dengan derajat tinggi merupakan idaman sebagian orang dan biasanya diupayakan untuk menggapainya, ingatlah dalam surah ali-Imran ayat 26 yang artinya, "Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

Segala sesuatu yang berhubungan dengan kedudukan seseorang, itulah kuasa-Nya. Jika engkau mencapai kedudukan atau maqam tertentu, jangan katakan kepada orang lain. Sebab, dalam perubahan nasib dari hari ke hari, keagungan Allah SWT. yang mewujud. Jika engkau katakan kedudukanmu pada orang lain ( dengan pesta naik pangkat atau pesta kemenangan ), mungkin saja kedudukanmu akan sirna, yang kau anggap abadi ternyata berubah hingga kau malu dengan orang yang kau undang pesta. Kedudukan akan berubah, pemimpin pun dipergilirkan tiada yang kekal abadi. Janganlah sombong dan berbangga diri saat berkedudukan karena engkau tiada tahu saatnya untuk direndahkan oleh-Nya.

Semoga Allah SWT. menjaga dan menguatkan keimanan kita, agar tidak termasuk golongan orang-orang yang sombong, ikut mengatur sesama dan mengejar kedudukan yang fana.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(erd/erd)

Hide Ads