Perselisihan dalam kehidupan saat ini sering terjadi, meski karena hal yang sepele. Seseorang yang berbeda idola saja bisa saling bermusuhan ( khususnya saat pemilihan kepala pemerintahan ), sehingga amarah yang timbul akan membuahkan dendam dan berakhir dengan kedengkian. Dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW. bersabda: "Jauhilah hasad (dengki), karena hasad dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar." (H.R. Abu Dawud).
Sikap iri dan dengki pada tetangga yang hidup senang karena curahan anugerah Allah SWT. bahwa sikap kedengkian itu akan melemahkan iman, menjatuhkan kedudukan di hadapan-Nya dan membuat dibenci oleh-Nya. Apakah engkau merasa bagiannya ( tetangga ) merupakan bagianmu? Jika engkau mendengki lantaran anugerah Allah Swt. yang dia dapatkan, maka engkau menyalahi firman-Nya dalam surah al-Zukhruf ayat 32 yang berbunyi, " Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain."
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia. Adapun agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain sebagai pekerja. Menurut suatu pendapat, makna ayat ialah agar sebagian dari mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan, karena yang lemah memerlukan yang kuat dan begitu pula sebaliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu bekerja sama merupakan langkah strategis untuk saling membantu, bukannya atas anugerah pada pihak lain disikapi dengan iri dan dengki. Kedengkian pada orang lain merupakan tindakan menzalimi orang yang diberi karunia oleh Tuhannya. Tahukah bahwa Allah SWT. telah memberi karunia khusus pada orang tersebut bukan pada orang lain. Itu adalah hak-Nya bukan engkau yang mengatur atas pemberian karunia-Nya. Maka firman-Nya dalam surat Qaf ayat 29 yang berbunyi, " Ayat yang datang dari Kami tidak akan berubah, dan Kami tidak menzalimi hamba-hamba Kami."
Ayat ini mempertegas bahwa Allah SWT. bersikap adil dan tahu pada siapa yang diberi karunia, jadi janganlah dengki pada orang yang mendapatkan karunia-Nya.
Bagi orang-orang yang iri dan dengki, sesungguhnya Allah SWT. tidak mencabut karunia darimu yang telah ditetapkan-Nya dan tidak memberikan kepada selainmu. Jadi karunia yang Allah SWT. berikan pasti tidak salah sasaran, oleh karena itu jika engkau masih iri, maka berharaplah atau ingin memiliki atas kenikmatan tetangga atau saudaramu. Hal ini disebut ghibthah ( berangan-angan agar mendapatkan nikmat seperti yang ada pada orang lain tanpa mengharapkan nikmat tersebut hilang darinya ). Rasulullah SAW. bersabda, " Seorang mukmin berkompetisi, dan seorang munafik mendengki."
Dengki merupakan angan agar nikmat pada orang lain hilang, maka dia akan merasa bahagia. Mengharap kepindahan nikmat orang lain kepada dirimu itu dilarang, maka simaklah firman-Nya dalam surah an-Nisa ayat 32 yang berbunyi, " Dan janganlah kalian mengharapkan sesuatu yang dilebihkan Allah kepada sebagian kalian atas sebagian yang lain."
Kedengkian akan timbul karena beberapa faktor : permusuhan, perasaan lebih kuat, kemarahan, kesombongan, ujub, takut tidak mendapatkan apa yang diinginkan, adanya hasrat untuk menjadi pemimpin dan kekotoran jiwa. Semua sikap ini tercela dan hendaknya dihindari bagi seorang mukmin.
Dalam waktu yang dekat, hasrat yang berdasarkan nafsu sebagian orang yang ingin menjadi kepala daerah, anggota legislatif, dan pemimpin negeri, akan terlihat maka hati-hatilah karena hasrat itu merupakan cikal bakal muncullah sikap dengki. Jika menjadi seseorang kontestan yang belum berhasil, maka bersikaplah sabar bukan mencaci maki kompetitornya. Tindakan ini hanyalah sia-sia belaka dan hanya memuaskan kekesalannya. Adapun bagi masyarakat, sikapilah atas semaraknya pesta demokrasi dengan hati yang bening agar kita bisa memilih calon dengan benar.
Kelak di saat hari kebangkitan, tetangga / saudaramu yang hidup berlimpah kekayaan dan berjabatan tinggi mengharapkan kedudukanmu yang sepi dari dunia. Sebab orang kaya berkedudukan tinggi dihisab dalam waktu yang lama ( mempertanggung jawabkan selama di dunia ). Sementara engkau selamat dari semua siksa ini di bawah naungan Allah SWT. Akan lebih elok jika engkau diberikan nikmat hidup dan berkuasa, maka jadikanlah wasilah untuk memberi kemanfaatan pada sesama.
Semoga Allah SWT. menjadikan kita orang yang sabar menghadapi musibah dan bersyukur atas rahmat-Nya serta memasrahkan segala urusan pada-Nya.
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump