Khutbah Jumat Akhir Syawal tentang Empat Tanda Orang Istiqomah

Khutbah Jumat Akhir Syawal tentang Empat Tanda Orang Istiqomah

Tsalats Ghulam Khabbussila - detikHikmah
Kamis, 18 Mei 2023 20:00 WIB
Masjid At Tin gelar salat Jumat berjamaah di tengah pemberlakuan PPKM level 4 di Ibu Kota. Seperti apa penerapan salat Jumat berjamaah di sana?
Ilustrasi khutbah Jumat akhir Syawal. (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Khutbah Jumat akhir Syawal tentang pentingnya menjaga istiqomah bisa menjadi salah satu referensi khatib saat salat Jumat. Hal ini lantaran mendekati akhir bulan Syawal, animo dan momentum masyarakat dari bulan Ramadan dapat dirasakan menurun dalam keistiqomahan beragama.

Berdasarkan ketetapan hasil sidang isbat Kementerian Agama (Kemenag), bulan Syawal berakhir pada 21 Mei 2023 mendatang.
Sementara itu, berdasarkan keputusan PP Muhammadiyah yang penentuan kalendernya menggunakan perhitungan dari posisi geometris bumi, matahari, dan bulan, Syawal berakhir pada 20 Mei 2023.

Istiqomah sendiri secara bahasa berarti konsisten, sikap teduh berpendirian khususnya dalam berkeyakinan. Al-Maraghi melalui buku Tafsir al Maraghi mengatakan bahwa yang dimaksud dengan istiqomah adalah teguh dalam beriman sehingga tidak tergelincir, serta ibadah dan itikad-itikad nya tidak dilanggar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Allah SWT berulang kali menyinggung mengenai pentingnya beristiqomah khususnya dalam beragama. Salah satunya termaktub dalam Al-Qur'an Surah Hud ayat 112 yang berbunyi,

فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

ADVERTISEMENT

Arab Latin: "Fastaqim kamā umirta wa man tāba ma'aka wa lā taṭgau, innahū bimā ta'malūna baṣīr(un)."

Artinya: "Maka, tetaplah beristiqomahlah (di jalan yang benar), sebagaimana engkau (Nabi Muhammad) telah diperintahkan. Begitu pula orang yang bertobat bersamamu. Janganlah kamu melampaui batas! Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Melihat pentingnya istiqomah dalam Islam, berikut ini adalah contoh naskah khutbah Jumat akhir Syawal dengan tema tanda orang istiqomah yang dilansir dari laman BDK Bandung Kemenag RI.

Contoh Teks Khutbah Jumat Akhir Syawal

Assalamualaikum Wr. Wb

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ القَوِيْمِ وَدَعَا إِلَى الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

اللّهُمَّ عَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعَنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْماً، وَأَرَنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرَنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Ma'asyirol muslimin rahimakumullah

Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita kepada takwa. Dan kita diperintahkan untuk bertakwa kepada-Nya sebagaimana disebutkan dalam surah Ali Imran ayat 102,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran: 102)

Shalawat dan salam kepada sayyid para nabi, nabi akhir zaman, rasul yang syariatnya telah sempurna, rasul yang mengajarkan perihal ibadah dengan sempurna. Semoga shalawat dari Allah tercurah kepada beliau, kepada istri-istri beliau, para sahabat beliau, serta yang disebut keluarga beliau karena menjadi pengikut beliau yang sejati hingga akhir zaman.

Ma'asyirol muslimin rahimakumullah,

Sebelumnya ada dua adab penting pada hari Jumat saat mendengarkan khutbah Jumat yang perlu diterangkan. Pertama, diam dan tidak berbicara saat mendengar khutbah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi Muhammad SAW bersabda,

إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ . وَالإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ

Artinya: Jika engkau berkata pada sahabatmu pada hari Jumat, '"iamlah, khotib sedang berkhutbah!" Sungguh engkau telah berkata sia-sia." (HR Bukhari dan Muslim)

Kedua, dilarang al-habwah, yaitu duduk sambil memeluk lutut saat mendengarkan khutbah. Dari Sahl bin Mu'adz dari bapaknya (Mu'adz bin Anas Al-Juhaniy), ia berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- نَهَى عَنِ الْحُبْوَةِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالإِمَامُ يَخْطُبُ

Artinya: "Rasulullah SAW melarang dari duduk dengan memeluk lutut pada saat imam sedang berkhutbah." (HR Tirmidzi dan Abu Daud)

Kali ini kami akan mengangkat tema mengenai bagaimanakah tanda seseorang itu istiqomah. Karena setiap hari kita terus mengulang ayat ini di dalam salat,

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَصِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

Artinya: "Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS. Al-Fatihah: 6-7).

Ayat ini berisi perintah untuk meminta terus istiqomah di atas jalan yang lurus. Shirathal mustaqim menurut Ibnu Katsir adalah:

Mengikuti jalan Nabi

Mengikuti generasi salaf dari para sahabat seperti Abu Bakar dan 'Umar

Mengikuti kebenaran

Mengikuti Islam

Mengikuti Al-Qur'an

Ibnu Katsir rahimahullah mengungkapkan bahwa semua pengertian di atas itu benar dan semua makna di atas itu saling terkait. Siapa yang mengikuti Nabi Muhammad SAW dan mengikuti sahabat sesudahnya yaitu Abu Bakar dan Umar, maka ia telah mengikuti kebenaran. Siapa yang mengikuti kebenaran, berarti ia telah mengikuti Islam. Siapa yang mengikuti Islam, berarti ia telah mengikuti Al-Qur'an (Kitabullah), itulah tali Allah yang kokoh. Itulah semua termasuk ash-shirothol mustaqim (jalan yang lurus). Semua pengertian di atas itu benar saling mendukung satu dan lainnya. Walillahil hamd. (Lihat Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim, 1:213.)

Bagaimana kita bisa istiqomah pada jalan yang lurus? Syafiq Al-Balji rahimahullah berkata bahwa ada empat cara untuk istiqomah,

1. Tidak Meninggalkan Perintah Allah Akibat Musibah

Pertama, tidak meninggalkan perintah Allah karena sedang mengalami musibah. Tetap istiqomah walaupun mendapatkan musibah. Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al Insyirah ayat 5,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Artinya: "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Ayat ini pun diulang setelah itu dalam surah Al Insyirah ayat 6,

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

Artinya: "Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Tentang ayat di atas, Qatadah rahimhuallah berkata, "Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan."

Ingatlah hikmah di balik musibah sungguh luar biasa. Pertama, musibah itu sebagai ujian, siapakah yang mampu bersabar.

Kedua, mntuk membersihkan hati manusia dan supaya lepas dari sifat-sifat buruk karena ketika musibah datang, maka kesombongan, ujub, hasad berubah menjadi ketundukan kepada Allah. Ketiga, iman seorang mukmin menjadi kuat.

Keempat, musibah menunjukkan kuatnya Allah dan lemahnya manusia. Kelima, dengan adanya musibah, kita jadi semangat berdoa dengan ikhlas.

Keenam, musibah itu untuk membangunkan seseorang yang sedang lalai. Ketujuh, nikmat itu baru dirasakan kalau kita mengetahui lawannya. Kita baru rasakan nikmat sehat ketika kita mendapatkan sakit.

Kedua, tidak meninggalkan perintah Allah karena kesibukan dunia. Ketiga, tidak mengikuti komentar orang lain dan mengedepankan hawa nafsu sendiri. Keempat, beramal sesuai Al-Qur'an dan sunnah nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. (Hilyah Al-Auliya', 8:17, dinukil dari At-Tadzhib Al-Maudhu'i li Hilyah Al-Auliya', hlm. 50).

2. Tidak Meninggalkan Perintah Allah Akibat Sibuk Dunia

Tidak meninggalkan perintah Allah walaupun sibuk dengan urusan dunia. Dari 'Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash radhiyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah menceritakan tentang salat pada suatu hari di mana beliau bersabda,

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ

Artinya: "Siapa yang menjaga salat, maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan kelak. Nantinya di hari kiamat, ia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir'aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf." (HR Ahmad)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab Ash-Shalah wa Hukmu Taarikihaa (hlm. 37-38) mengenai hadits di atas,

Siapa yang sibuk dengan hartanya sehingga melalaikan salatnya, maka ia akan dikumpulkan bersama Qarun.

Siapa yang sibuk dengan kerajaannya sehingga melalaikan salatnya, maka ia akan dikumpulkan bersama Fir'aun.

Siapa yang sibuk dengan kekuasaannya sehingga melalaikan salat, maka ia akan dikumpulkan bersama Haman (menterinya Fir'aun).

Siapa yang sibuk dengan perdagangannya sehingga melalaikan salat, maka ia akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf.

3. Tidak Ikut Komentar Orang Lain

Tidak mengikuti komentar orang lain dan mengedepankan hawa nafsu sendiri. Dalam hadits disebutkan,

مَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ كَفَاهُ اللَّهُ مُؤْنَةَ النَّاسِ وَمَنِ الْتَمَسَ رِضَاءَ النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ وَكَلَهُ اللَّهُ إِلَى النَّاسِ

Artinya: "Barangsiapa yang mencari ridha Allah saat manusia tidak suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa yang mencari ridha manusia namun Allah itu murka, maka Allah akan biarkan dia bergantung pada manusia." (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

4. Beramal sesuai Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW.

Allah Ta'ala berfirman dalam surah Al Hasyr ayat 7,

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Artinya: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya."

Dalam hadits Al-'Irbadh bin Sariyah disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda,

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَة

Artinya: "Hati-hatilah dengan perkara baru dalam agama. Karena setiap perkara baru (dalam agama) adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat." (HR Abu Daud, Tirmidzi, dan An-Nasa'i)

Demikian tanda kita bisa istiqomah, kesimpulannya adalah tidak meninggalkan perintah Allah tatkala kita tertimpa musibah, tidak meninggalkan perintah Allah karena kesibukan dunia, tidak mengikuti komentar orang dan hawa nafsu sendiri, beramal sesuai Al-Qur'an dan Sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Demikian khutbah pertama ini. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ

Khutbah Kedua

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَافِ الأَنْبِيَاءِ وَالمرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !! اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ. وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى

اللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِى الأُمُورِ كُلِّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْىِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، اَللَّهُمَّ وَفِّقْهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلَاحُهُمْ وَصَلَاحُ اْلإِسْلَامِ وَالْمُسْلِمِيْنَ اَللَّهُمَّ أَبْعِدْ عَنْهُمْ بِطَانَةَ السُّوْءِ وَالْمُفْسِدِيْنَ وَقَرِّبْ إِلَيْهِمْ أَهْلَ الْخَيْرِ وَالنَّاصِحِيْنَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ ومَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ




(rah/rah)

Hide Ads