Nasihat Bijak Imam Al Ghazali untuk Siapkan Bekal Akhirat

Nasihat Bijak Imam Al Ghazali untuk Siapkan Bekal Akhirat

Kristina - detikHikmah
Rabu, 04 Jan 2023 17:30 WIB
Al Ghazali
Ilustrasi Imam Al Ghazali dan nasihatnya untuk bekal akhirat. Foto: Ilustrasi: Fauzan Kamil
Jakarta -

Imam Al Ghazali adalah ahli fikih sekaligus tokoh sufi yang terkenal dengan ajaran tasawufnya. Ia meninggalkan sejumlah nasihat yang termuat dalam karya-karyanya.

Mengutip buku Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali karya M. Ghofur Al-Lathif, Imam Ghazali memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i. Kecerdasan dan kesukaannya akan ilmu sudah terlihat sejak kecil. Ia juga memiliki daya ingat yang kuat dan bijaksana dalam berargumentasi.

Sebagai ulama besar, Imam Al Ghazali telah melahirkan banyak karya besar. Di antaranya al-Risalah al-Qudsiyyah, Ihya 'Ulum al-Din, Bidayat al-Hidayat, Ayyuha al-Walad, al-Rad al Jami' li Ilahiyat Isa bi Sharih al-Injil, Kimiya al-Sa'adah, Kitab al-Arba'in fi Usul al-Din, Asrar Mu'amalat al-Din, Ma'arij al-Quds, Iljam al 'Awam 'an 'Ilm al-Kalam, Mihaj al-'Abidin, dan masih banyak lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Imam Al Ghazali banyak menuliskan nasihat-nasihat dalam menjalani kehidupan dunia untuk bekal akhirat nantinya. Nasihat Imam Al Ghazali ini salah satunya termuat dalam kitabnya yang berjudul Ayyuha al-Walad.

Sejumlah penulis turut menukil nasihat-nasihat Imam Al Ghazali dalam bukunya. Beberapa di antaranya buku berjudul Imam Al-Ghazali karangan M. Kamalul Fikri, buku Hikmah Qur'aini dalam Nasihat Para Ulama oleh Ramdhani Abdurrahim, dan buku Butir-butir Hikmah Sufi karya Fuad Hasyim.

ADVERTISEMENT

Berikut nasihat Imam Al Ghazali selengkapnya.

1. Wahai anakku tercinta, betapa banyak malam yang sudah engkau habiskan tanpa tidur untuk belajar dan menelaah buku. Betapa lama pula engkau telah menahan tidurmu. Saya tidak tahu pasti apakah niat yang mendorongmu melakukan hal seperti itu. Apakah semata mencari keuntungan dunia dan mendapatkan jabatan atau pangkat yang tinggi serta untuk berbangga di hadapan orang lain. Namun, jika niatmu dalam segala yang kamu lakukan itu ialah untuk menghidupkan syariat atau sunnah Nabi dan memperbaiki akhlakmu serta membuang dorongan nafsu yang selalu mengajak pada keburukan, maka untunglah engkau seribu untung.

2. Begadang kalau bukan karena Dzat-Mu adalah sia-sia belaka, dan menangis jika bukan karena-Mu adalah ketidakbergunaan.

3. Wahai anakku tercinta, janganlah engkau hidup dalam keadaan muflis, yakni miskin amal dan kehilangan semangat kerja. Tanamkan dalam dirimu bahwa ilmu tanpa amal tak akan memberi manfaat dan tak bisa mengantarkan manusia pada keselamatan.

4. Imam Al-Ghazali mengutip jawaban Rabi'ah al-Adawiyah ketika ditanya Sufyan ats-Tsauri mengenai hakikat iman. Rabi'ah al-Adawiyah berkata, "Aku tidak menyembah Allah karena takut pada neraka dan menyukai surga. Sebab, jika demikian, maka aku tak ubahnya seperti seorang buruh yang hanya menunggu upah dari majikannya. Aku menyembah Allah atas dasar cinta dan rindu kepada-Nya.

5. Berwibawalah tanpa jemawa, rendah hatilah tanpa (merasa) hina.

6. Kalau kau bukan anak penguasa juga bukan anak seorang ulama besar, maka jadilah penulis.

7. Zuhud adalah meninggalkan hal-hal mubah yang digemari nafsu. Tidaklah disebut zuhud bila hanya meninggalkan hal-hal yang memang dilarang.

8. Kalau saja akhlak itu tidak bisa diubah, niscaya batallah (tidak berguna) pesan-pesan kejiwaan, nasihat-nasihat, dan pendidikan.

8. Agama adalah sawah bagi akhirat dan tidak sempurna kecuali dengan dunia. Kekuasaan (pemerintah) dan agama adalah kembar dua. Agama adalah pondasi dan kekuasaan (pemerintah) adalah penjaga. Sesuatu yang tidak berpondasi akan roboh, dan sesuatu yang tidak dijaga akan lenyap/hilang. Disiplin pemerintahan tidak akan sempurna kecuali dengan kekuasaan, sedangkan jalan kedisiplinan dalam penetapan-penetapan hukum adalah melalui fikih (pemahaman yang mendalam tentang agama Islam).

9. Apabila secara kebetulan kamu menjadi orang yang dekat dengan penguasa, maka berhati-hatilah seolah-olah kamu sedang berdiri di atas pedang yang tajam sekali.

10. Kalbu merupakan poros tempat beredarnya iman. Ucapan lisan adalah syarat iman kecuali dalam keadaan yang tidak memungkinkan. Dan amal-amal ketaatan yang dilakukan dengan semangat imanlah yang paling lengkap dan sempurna.

11. Hiduplah kamu bersama manusia sebagaimana pohon yang berbuah, mereka melemparinya dengan batu, tetapi ia membalasnya dengan buah.




(kri/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads