2 Wasiat Besar Rasulullah agar Dicintai Allah dan Manusia

2 Wasiat Besar Rasulullah agar Dicintai Allah dan Manusia

Kristina - detikHikmah
Selasa, 20 Des 2022 06:00 WIB
Silhouette muslim dua to Allah over mosque sunset background
Ilustrasi wasiat besar Rasulullah SAW agar dicintai Allah dan manusia. Foto: Getty Images/iStockphoto/Boonyachoat
Jakarta -

Rasulullah SAW mewasiatkan dua hal agar seseorang mendapatkan cinta Allah SWT dan manusia. Wasiat ini disampaikan dalam hadits dengan sanad hasan.

Diriwayatkan dari Abu Al-Abbas Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi RA yang mengatakan bahwa seseorang datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata,

"Wahai Rasulullah, tunjukkanlah saya kepada suatu pekerjaan yang jika mengerjakannya, niscaya saya dicintai Allah dan dicintai manusia."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rasulullah menjawab, "Zuhudlah engkau terhadap dunia, niscaya Allah mencintaimu, dan zuhudlah engkau terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya mereka mencintaimu." (HR Ibnu Majah dalam Kitab Az-Zuhd)

Musthafa Al-Bugha & Muhyiddin Mistu menerangkan dalam Al Wafi: Syarah Hadits Arba'in Imam Nawawi, hadits tersebut mencakup dua wasiat besar dari Nabi SAW, yakni zuhud terhadap dunia merupakan sebab mendapatkan kecintaan Allah SWT dan zuhud terhadap yang dimiliki manusia merupakan sebab mendapatkan kecintaan dan penghormatan dari mereka.

ADVERTISEMENT

Diterangkan lebih lanjut, para ulama salaf dan ulama yang datang setelah mereka telah memberikan definisi yang beragam terkait makna zuhud dengan bersandar pada riwayat yang berasal dari Abu Idris Al-Khaulani RA.

"Zuhud di dunia ini bukan dengan mengharamkan yang halal dan menyia-nyiakan harta. Tetapi zuhud di dunia ialah menjadikan apa yang ada di Tangan Allah lebih dipercayai daripada yang ada di tanganmu. Jika suatu musibah menimpamu, maka pahalanya dan simpanan kebaikannya lebih diharapkan daripada menetapnya musibah tersebut pada dirimu." (HR Ahmad)

Musthafa Al-Bugha & Muhyiddin Mistu menjelaskan dalam kitab syarahnya, makna zuhud tersebut mencakup tiga hal. Di antaranya percaya kepada apa yang ditetapkan Allah SWT. Kemudian, apabila ditimpa musibah dalam urusan keduniaan lebih mengharapkan pahala atas hal itu, dan tidak terpengaruh oleh pujian dan cacian orang ketika kita benar.

Disebutkan dalam Syarh hilyah thaalibil 'ilmi oleh Muhammad Salih 'Uthaymin sebagaimana diterjemahkan Ahmad Sabiq, zuhud juga dapat diartikan meninggalkan apa saja yang tidak bermanfaat bagi kehidupan akhiratnya.

Imam Asy-Syafi'i pernah meriwayatkan bahwa orang zuhud adalah orang yang paling berakal. Ia berkata, "Seandainya ada seseorang yang berwasiat agar memberikan sesuatu kepada orang yang paling berakal, maka harus diberikan kepada orang-orang yang zuhud."




(kri/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads