Kesehatan mental remaja adalah perhatian utama dalam masyarakat saat ini. Di tengah meningkatnya angka gangguan mental di kalangan siswa sekolah, terutama di Amerika Serikat, mencari pendekatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan psikososial mereka menjadi sangat penting.
Dengan melakukan aktifitas fisik, tentunya memiliki dampak positif terhadap kesehatan mental, namun tingkat aktivitas fisik pada remaja mengalami penurunan yang mengkhawatirkan.
Melansir dari laman Eurekalert, sebuah solusi yang menjanjikan muncul dalam bentuk program bersepeda berbasis sekolah. Solusi ini telah diteliti oleh para ahli di AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peneliti mengungkapkan, program bersepeda telah terbukti membawa manfaat positif bagi kesejahteraan mental siswa sekolah menengah.
"Sungguh menggembirakan melihat respons positif siswa terhadap program pendidikan jasmani khusus bersepeda," kata Fletcher Dementyev, asisten peneliti di Loma Linda University.
Manfaat Bersepeda untuk Kesehatan Mental Siswa
Organisasi nirlaba Outride, telah bekerja sama dengan sekolah dalam menyediakan program bersepeda selama pandemi COVID-19, yang dikenal sebagai Riding for Focus (R4F).
"Program Riding for Focus (R4F) bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan pengalaman dasar bersepeda, sehingga mereka dapat berkendara dengan aman dan percaya diri," kata Dr Esther Walker, direktur penelitian di organisasi nirlaba Outride.
Lebih dari 1.200 siswa sekolah menengah, berusia 11 hingga 14 tahun, berpartisipasi dalam program ini. Sebelum dan sesudah bersepeda, mereka mengisi survei yang mencakup pengukuran kesejahteraan mental dan fungsi psikologis saat ini.
Survei pada program ini menggunakan dua metode kepada para siswa, pertama Pediatric Symptom Checklist atau penilaian yang digunakan untuk mendeteksi gangguan psikososial pada remaja.
Kedua, Indeks Lima Kesejahteraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO-5) atau pengukuran singkat yang masuk akal secara psikometrik dengan pertanyaan non-invasif yang memanfaatkan kesejahteraan subjektif responden.
Hasil survei menunjukkan bahwa program aktivitas fisik jangka pendek ini memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan kesejahteraan remaja.
Respons positif siswa terhadap program ini membuktikan bahwa bersepeda bukan hanya meningkatkan kesehatan mereka tetapi juga memberdayakan mereka untuk menjelajahi dunia.
Hasil Survei Program Berdasarkan Beberapa Faktor
Dalam jurnal Dementyev, walker dkk, yang dipublikasi pada Frontiers in Sports and Active Living, selain melihat peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan, penelitian ini juga menyoroti faktor-faktor risiko sosial yang memengaruhi kesejahteraan mental sebelum dan sesudah partisipasi dalam program.
1. Jenis Kelamin
Sebelum program R4F, laki-laki memiliki skor kesejahteraan lebih tinggi daripada perempuan. Namun, setelah program, perempuan mengalami peningkatan skor kesejahteraan psikososial. Sementara laki-laki tidak mengalami peningkatan yang sama.
2. Ras dan Etnis
Tidak ada perbedaan dasar dalam skor kesejahteraan antara siswa kulit putih dan non-kulit putih sebelum program. Setelah program, siswa non-kulit putih mengalami peningkatan signifikan dalam skor kesejahteraan, sementara siswa kulit putih tidak mengalami perubahan yang signifikan.
3. Status Sosial Ekonomi
Siswa yang memenuhi syarat untuk mendapatkan makan siang gratis atau dengan potongan harga memiliki skor Indeks Lima Kesejahteraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO-5) yang setara sebelum program.
Partisipasi dalam program tidak berpengaruh pada WHO-5, tetapi menghasilkan penyetaraan dalam PSC-17-Y antara siswa yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan makan siang gratis atau dengan potongan harga.
4. Rencana Pendidikan Individual
Siswa rencana pendidikan individual memiliki skor WHO-5 yang lebih tinggi daripada siswa tanpa IEP setelah program.
Namun, perbedaan dalam skor PSC-17-Y antara keduanya tidak signifikan. Risiko terhadap gangguan psikososial tetap serupa sebelum dan sesudah program.
5. Jam Tidur
Siswa yang tidur minimal 8,5 jam memiliki skor WHO-5 yang lebih tinggi dan skor PSC-17-Y yang lebih rendah. Program R4F tidak mengubah perbedaan ini. Risiko gangguan psikososial meningkat pada mereka yang tidur kurang dari 8,5 jam.
6. Tingkat Aktivitas Fisik
Siswa yang berolahraga minimal 4 hari per minggu memiliki skor WHO-5 yang lebih tinggi dan skor PSC-17-Y yang lebih rendah.
Program R4F meningkatkan skor WHO-5 pada mereka yang aktif secara fisik, tetapi tidak mengubah skor PSC-17-Y. Namun, risiko gangguan psikososial tetap tinggi pada mereka yang berolahraga kurang dari 4 hari per minggu.
(faz/faz)