Sebuah studi menunjukkan pelatihan mindfulness setiap hari di rumah dapat mengurangi stres dan emosi negatif pada anak-anak. Bagaimana penerapannya?
Untuk diketahui, mindfulness atau kesadaran penuh terhadap diri sendiri merupakan upaya untuk menumbuhkan perhatian dan pikiran yang terbuka pada kondisi dan momen saat ini. Secara sederhana, mindfulness bisa membuat anak menikmati setiap momennya sehari-hari.
Penerapan mindfulness pada anak ini digali lebih dalam oleh para peneliti MIT. Mereka mempertanyakan apakah praktik mindfulness jarak jauh yang dilakukan melalui aplikasi dapat memberikan manfaat serupa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berawal dari Masa Pandemi
Penelitian ini diawali sejak masa pandemi COVID-19 yang telah mengubah segala aktivitas manusia dengan komunikasi jarak jauh dari rumah masing-masing.
Tak heran, perubahan ini bisa menimbulkan peningkatan emosi negatif seperti kesepian dan ketakutan pada anak-anak.
Melansir laman MIT News, peneliti kemudian melakukan observasi pada anak-anak pengguna aplikasi mindfulness selama 40 hari dan mengaitkan peningkatan dalam beberapa aspek kesehatan mental.
Hasilnya, temuan ini menunjukkan bahwa praktik mindfulness jarak jauh berbasis aplikasi dapat berpotensi menjangkau lebih banyak.
"Ada bukti ilmiah yang berkembang dan meyakinkan bahwa mindfulness dapat mendukung kesejahteraan mental dan meningkatkan kesehatan mental pada anak-anak dan orang dewasa," kata John Gabrieli, Profesor Ilmu dan Teknologi Kesehatan Grover Hermann dan seorang profesor ilmu otak dan kognitif di MIT.
Hasil Temuan Terkait Praktik Mindfulness
Dalam penelitiannya, ilmuwan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan dampak pandemi terhadap aspek kehidupan mereka. Termasuk pertanyaan yang dirancang untuk menilai tingkat kecemasan, depresi, stres, dan emosi negatif seperti kekhawatiran atau ketakutan.
Diketahui, anak-anak dalam penelitian tersebut tidak menerima pelatihan mindfulness apa pun. Sehingga respons mereka mencerminkan kecenderungan mereka untuk mindfulness saat menjawab pertanyaan peneliti.
"Makalah ini adalah upaya terbaik kami untuk melihat mindfulness khususnya dalam konteks COVID dan memikirkan faktor-faktor apa saja yang dapat membantu anak-anak beradaptasi dengan perubahan keadaan," kata Isaac Treves, salah satu penulis studi.
Berdasarkan penelitian yang terbit di Jurnal PLOS ONE ini, anak-anak dengan tingkat mindfulness yang lebih tinggi cenderung tidak terjebak dalam emosi negatif atau menyalahkan diri sendiri atas hal-hal negatif yang mereka alami selama pandemi.
Sedangkan anak-anak dengan mindfulness rendah memiliki korelasi kuat antara dampak pandemi dan emosi negatif yang mereka miliki.
"Makalah ini adalah upaya terbaik kami untuk melihat mindfulness khususnya dalam konteks Covid dan memikirkan faktor-faktor apa saja yang dapat membantu anak-anak beradaptasi dengan perubahan keadaan," kata Treves.
"Kesimpulannya bukanlah kita tidak perlu khawatir mengenai pandemi karena kita hanya bisa membantu anak-anak dengan penuh kewaspadaan. Masyarakat bisa menjadi tangguh ketika mereka berada dalam sistem yang mendukung mereka, dan dalam keluarga yang mendukung mereka," imbuhnya.
Praktik Mindfulness Jarak Jauh
Penelitian tak berhenti di situ saja, Gabrieli melakukan penelitian lanjutan dengan membagi anak-anak ke dalam tiga kelompok yang masing-masing terdiri dari 80 siswa.
Hasilnya, ketiga kelompok mengalami peningkatan kesehatan mental selama studi delapan minggu. Selain itu, masing-masing kelompok juga menunjukkan peningkatan dalam kewaspadaan dan pro-sosialitas.
Namun, anak-anak dalam kelompok yang menerapkan mindfulness menunjukkan beberapa perbaikan yang tidak dialami kelompok lain, yaitu penurunan stres yang signifikan.
Menurut para orang tua dari kelompok tersebut, anak-anak mereka juga mengalami pada penurunan emosi negatif seperti marah dan sedih.
Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa pelatihan mindfulness jarak jauh berbasis aplikasi terbukti bermanfaat bagi kesehatan mental anak-anak. Terutama jika mereka terlibat dalam latihan yang konsisten dan mendapat dorongan dari orang tua.
Aplikasi mindfulness juga dapat menjangkau lebih banyak anak dibandingkan program mindfulness berbasis sekolah. Hal ini dikarenakan program tersebut memerlukan lebih banyak pelatihan dan sumber daya.
"Ada banyak cara bagus untuk memasukkan pelatihan mindfulness ke dalam sekolah, namun secara umum, ini lebih membutuhkan banyak sumber daya daripada meminta orang mengunduh aplikasi. Jadi, dalam hal skalabilitas dan efektivitas biaya, aplikasi sangat berguna," tutur Treves.
(faz/faz)