Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Stella Christie, menyatakan kualitas sumber daya manusia (SDM) periset Indonesia sebenarnya sangat menjanjikan.
Dalam serangkaian kunjungan kerja ke berbagai daerah, ia mengaku terkesan dengan temuan riset-riset unggulan dari kampus-kampus yang sebelumnya tidak banyak mendapat sorotan publik.
"Setiap universitas yang kami kunjungi dan terus terang saja pada awalnya saya bahkan tidak menyangka itu mempunyai riset unggulan," ujar Stella dalam wawancara khusus dengan detikEdu di kantornya Gedung D Kemdiktisaintek, Jl Jenderal Sudirman, Jumat (18/7/2025) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stella mengungkapkan awalnya tidak menyangka sejumlah perguruan tinggi di daerah memiliki kekuatan riset yang nyata. Menurutnya, tampilan fisik kampus yang sederhana sering kali menutupi kualitas penelitian yang berlangsung di dalamnya.
"Begitu kita lihat, wow, tetap ada risetnya," ujar profesor di Departemen Psikologi, Universitas Tsinghua, Beijing, China itu.
Ilmuwan bidang kognitif itu pun menegaskan secara individu, para dosen dan peneliti Indonesia telah menunjukkan kapasitas yang sangat baik. "Secara SDM individu periset ini kita cukup mumpuni dan sangat bisa ditingkatkan," katanya
Namun, di balik kabar baik tersebut, Stella juga menyoroti persoalan sistemik yang belum terselesaikan. Ia menyebut ekosistem riset di Indonesia masih jauh dari ideal.
Dua masalah utama yang diidentifikasinya adalah keterbatasan anggaran riset dan beban administratif yang berlebihan.
"Misalnya dituntut untuk melakukan hal lainnya juga banyak, seperti administrasi. Itu akan menjadi beban sehingga waktunya berkurang untuk bisa melakukan riset," ungkapnya.
Aturan Sistem Insentif Riset Diperbaiki
Selain anggaran riset yang terbatas, Stella juga menyoroti aturan insentif riset yang belum memadai untuk mendukung para peneliti. Peneliti tidak diperkenankan menerima insentif langsung untuk risetnya.
"Sehingga terus terang saja, peneliti kalau dia menang grant, ini tidak boleh satu peser pun untuk sang peneliti. Sistem ini sangat berbeda dengan ekosistem-ekosistem di negara lain yang tentu saja sudah terbukti maju dari segi riset," ujarnya.
Stella menyatakan sistem ini telah diubah sehingga dosen-dosen yang melakukan riset individu akan berhak mendapatkan insentif langsung dari dana hibah yang mereka menangkan.
Ia meyakini sistem baru ini akan membuat para peneliti terpacu untuk membuat dan memberikan proposal riset yang sebaik-baiknya. "Agar mereka juga bisa mendapatkan insentif langsung. Ini adalah sistem yang sangat luar biasa umum di ekosistem-ekosistem lainnya, dan karena berbagai alasan, belum diterapkan secara optimal," ujarnya.
Selain itu, Stella menyatakan tahun ini anggaran riset berhasil ditambah dengan menggandeng Lembaga Pendanaan Dana Pendidikan (LPDP). "Dari segi anggaran, tahun ini kami sudah berhasil hampir melipatgandakan anggaran dari riset bekerjasama dengan mitra kami LPDP," ujarnya.
(pal/nwk)