×
Ad

Melihat Kiprah PKBM: Rangkul Anak Punk-Disabilitas, Latih IRT Berwirausaha

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Sabtu, 27 Sep 2025 16:00 WIB
Foto: (Nograhany Widhi K/detikcom)
Jakarta -

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan salah satu satuan pendidikan nonformal. Bertebaran di seluruh Indonesia, kiprahnya nggak main-main. Merangkul anak punk hingga memberdayakan ibu rumah tangga untuk berwirausaha.

Dilansir dari situs DPR, per Februari 2025 terdapat 10.458 lembaga PKBM di seluruh Indonesia dengan jumlah 43.893 tutor pendidik dan menampung 1.899.000 peserta didik. PKBM ini mendidik masyarakat bukan laiknya sekolah formal berjenjang SD-SMP-SMA.

Masyarakat tetap belajar sesuai dengan kebutuhan hidupnya, belajar dari apa yang tersedia di sekitarnya dengan waktu yang lebih fleksibel. Di Kemendikdasmen, keberadaan PKBM ini dinaungi Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Layanan Khusus (PKPLK).

Salah satunya, PKBM An-Nur Ibun yang terletak di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. PKBM ini merangkul anak punk hingga melatih para ibu rumah tangga untuk berdaya berwirausaha.

"Kita udah dari 2004 udah 21 tahunan. Kita juga semuanya based on life skill ya jadi nggak cuma terkait dengan pendidikan secara formal aja tapi diajarkan juga untuk skill kehidupan mereka sehari-hari. Jadi mulai dari mereka harus menciptakan produk jadi bisa punya keuangan yang lebih stabil di keluarganya," ujar Kepala Sekolah PKBM An-Nur Ibun, Afifah Tri Ananda ketika berbincang dengan detikEdu.

Afifah ditemui di arena pameran Gebyar PNFI dan Perayaan Hari Aksara Internasional 2025, Kemendikdasmen, Jl Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Jumat (26/9/2025) ditulis Sabtu (27/9/2025). Hingga saat ini, sudah ada 100-an warga sekitar yang belajar di PKBM An-Nur Ibun.

"Untuk saat ini lumayan banyak seratusan ada karena kita macam-macam sampai ke kita membina anak-anak disabilitas, anak yatim piatu, sama anak punk. Dari sekitar wilayah kita. Jadi ibaratnya kita memanfaatkan potensi lokal sekitar gitu ya," jelas Afifah.

Rangkul Anak Punk hingga Disabilitas

Lalu apa saja yang coba diajarkan ke anak punk itu? Afifah mengatakan awalnya adalah sang ibunda Dr Yanti Lidiati, SE, MM sekaligus pendiri PKBM ini yang berkeliling pelosok kampung di sekitarnya mencoba mendekati dan merangkul anak punk yang punya dandanan nyentrik dan bertato.

"Awalnya ibu saya yang memang turun langsung ke sana, merangkul mereka keliling kampung dan nongkrong sama mereka di kampungnya mereka, itu ibu saya yang turun langsung," tuturnya.

Untuk life skill, Afifah mengatakan bahwa anak-anak punk ini diajarkan soft skill hingga bakat yang cenderung ke arah kesenian. Seperti bermain alat-alat musik, bernyanyi dan bagaimana bisa tampil pantas di panggung.

"Kalau untuk anak punk itu mereka belajarnya lebih ke soft skill kayak management emosi, bagaimana cara mereka memandang hidup. Dalam artian hidup itu nggak cuma terkait dengan uang aja tapi ada hal yang lebih penting dibandingkan itu kayak misalnya contohnya adalah gimana cara mereka bersosialisasi dengan warga," jelas mantan staf HRD di beberapa media di Jakarta ini.

Merangkul anak punk yang terbiasa hidup di jalanan diakuinya memang penuh tantangan. Namun hal itu tak membuat PKBM ini menyerah.

"Sekarang alhamdulillah mereka sudah berkembang ya. Sudah nggak berga punk lagi, ada yang hapus tato, ada yang pakaiannya udah seperti orang kebanyakan, nggak pakai anting dan tindik lagi. Mereka menunjukkan bakatnya, bukan sekedar minta-minta di jalanan. Jadi mereka suka dipanggil Kelurahan gitu misalkan untuk mengisi acara apa nih gitu ya. Pakai gendang, gitar. Mereka bisa tampil gitu ya. Tampil, bukan cuma sekedar tampil tapi memamerkan bakatnya," tuturnya.

Selain itu PKBM An-Nur Ibun juga merangkul warga disabilitas. Ada sekitar 18 warga disabilitas berusia 17-30 tahun yang belajar di PKBM An-Nur Ibun.

"Disabilitas itu rata-rata mereka autis. Ada 18 anak, gurunya ada sekitar 6 orang khusus yang menangani autis. Dan gurunya itu standby 24 jam standby 6 orang itu," jelasnya.

Buat warga belajar yang autis ini, menurut Afifah, bertujuan untuk mandiri menjalani hidup sehari-hari.

"Mereka itu rata-rata awalnya pertama kali dateng nggak bisa makan sendiri dan ketergantungan obat. Terus setelah dibina, itu pelan-pelan mereka bisa makan sendiri, lepas dari obat. Jadi ada gurunya yang step by step mengajarkan. Dan itu gak bisa langsung ya perlu beberapa lama dulu. Orang tuanya rata-rata ke Jakarta, jadi ibaratnya dititipkan sama saudaranya," kata Afifah.

Memberdayakan Ibu Rumah Tangga Berwirausaha

Selain itu, PKBM An-Nur Ibun juga merangkul para ibu rumah tangga sekitarnya untuk berdaya. Mereka dilatih keterampilan untuk berwirausaha, menghasilkan produk-produk yang bisa dijual sehingga menambah pendapatan rumah tangga.

"Ada 50-an jenis produk karena campur ya, nggak cuma makanan aja, ada tekstil, ada tas. Jadi lumayan membantu mereka karena punya pegangan untuk keluarga. Karena kan itu berpengaruh Terhadap kesejahteraan ekonomi keluarga. Jadi setidaknya satu keluarga itu harus ada yang menghasilkan," ujar Afifah yang PKBM-nya kini menerima pesanan produk dari berbagai perusahaan termasuk Pertamina.



Simak Video "Video: Mengenal TKA, Syarat Penentu Kelulusan Murid Sekolah Informal"

(nwk/nah)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork