Tips Pengelolaan Stres Akademik Menurut Pakar Unair, Ada Saran untuk Dosen

ADVERTISEMENT

Tips Pengelolaan Stres Akademik Menurut Pakar Unair, Ada Saran untuk Dosen

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 22 Nov 2023 15:30 WIB
Lonely young woman feeling depressed and stressed sitting in the dark bedroom, Negative emotion and mental health concept
Foto: Getty Images/iStockphoto/kitzcorner
Jakarta -

Pakar Psikologi Pendidikan Universitas Airlangga, Dr Nur Ainy Fardana MSi tanggapi tingginya angka bunuh diri yang mayoritas dialami oleh mahasiswa. Capai angka 700 ribu kasus, kasus bunuh dini disebut naik 6,37 persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Ada beberapa faktor pemicu mengapa mahasiswa memiliki keinginan bunuh diri. Seperti kesehatan mental tekanan dan tuntutan yang tinggi dalam lingkup akademik dan keluarga.

Neny panggilan akrabnya menyatakan tekanan akademik yang menerpa mahasiswa bisa mengakibatkan depresi, kecemasan, stress, gangguan makan, gangguan tidur, isolasi sosial, penurunan rasa percaya diri, hingga paling parah timbul keinginan bunuh diri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkadang mahasiswa ikut merasakan kesepian karena tidak adanya dukungan sosial yang menyebabkan self diagnosis.

Menurut Neny, self diagnosis ikut memainkan peran dalam beberapa kasus bunuh diri karena mempengaruhi keputusan seseorang dalam mencari bantuan dan cara individu mengelola tekanan dan kesehatan mental mahasiswa.

ADVERTISEMENT

"Beberapa kemungkinan masalah yang terkait dengan self diagnosis yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang dan berpotensi meningkatkan risiko bunuh diri adalah kesalahan dalam self diagnosis dan terlambat mendapat bantuan," ujarnya dikutip dari rilis di laman Unair, Rabu (22/11/2023).

Tips Pengelolaan Stres Akademik

Untuk itu, Pakar Psikologi Unair ini memberikan tips pengelolaan stres akademik. Tak hanya untuk mahasiswa, tips ini juga perlu diperhatikan dosen. Apa saja?

1. Bagi mahasiswa

Untuk mahasiswa, tips untuk mengelola stres akademik bisa dilakukan dengan membuat jadwal yang terstruktur. Baik untuk istirahat dan juga belajar.

Cobalah untuk fokus dalam mengerjakan satu tugas dan baru beralih ke tugas lainnya. Langkah ini berguna untuk menurunkan beban stres dan menghasilkan pekerjaan yang berkualitas.

Dengan mengatur jadwal, mahasiswa ikut belajar menjaga keseimbangan antara kegiatan akademik dan non-akademik. Jangan lupa terus berkomunikasi dengan dosen pembimbingmu ya.

"Mahasiswa harus melakukan manajemen tugas dan senantiasa berkomunikasi dengan dosen, serta menetapkan harapan yang realistis," ungkapnya.

2. Bagi dosen

Selain mahasiswa, Neny juga menyarankan dosen untuk menerapkan karakteristik yang efektif dalam metode pembelajaran. Seperti relevan dan kontekstual, interaktif dan kolaboratif, konektivitas dengan penggunaan teknologi, serta pemberian feedback yang membangun.

Di ranah dosen, skripsi merupakan faktor yang paling berkontribusi dalam pemicu stres mahasiswa. Untuk itu, dosen seharusnya memberikan panduan, dukungan, dan dorongan motivasi kepada mahasiswa yang tengah mengerjakan skripsi.

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh dosen untuk meredam potensi stress pada mahasiswa yakni:

  • Dosen harus responsif dan memiliki pengetahuan yang sesuai dengan topik skripsi mahasiswa.
  • Dosen harus mampu mendengarkan mahasiswa.
  • Dosen memberikan feedback konstruktif dan evaluasi selama proses bimbingan.

3. Bagi Kampus

Selain itu, pihak petinggi kampus juga bisa ikut melakukan pencegahan dan penangan kesehatan mental pada mahasiswa dengan cara:

  • Menyediakan Layanan Kesehatan Mental
  • Pengembangan keterampilan mengatasi masalah
  • Membangun iklim akademik yang lebih humanis dan relasi yang suportif
  • Mengajarkan dukungan psikologis awal dan help center.

4. Bagi mahasiswa yang terkena dampak self diagnosis

Untuk mengatasi masalah akibat self diagnosis, Neny menyarankan edukasi kesehatan mental yang tepat perlu dilakukan.

Selain itu, mahasiswa harus didorong dan difasilitasi untuk melakukan konsultasi kepada profesional dan pusat layanan yang terjangkau serta mudah di akses.

"Mahasiswa sebaiknya mencari bantuan professional saat mengalami masalah kesehatan mental secepat mungkin jika mereka mengalami gejala yang mengganggu kehidupan sehari-hari atau jika mereka kesulitan mengatasinya sendiri. Contoh gejala seperti depresi, kecemasan, stres yang berlebihan, gangguan tidur atau pemikiran bunuh diri," pungkasnya.

Dukungan dari orang terdekat juga menjadi faktor agar pemulihan mental mahasiswa yang mengalami self diagnosis menjadi lebih cepat.

Dengan demikian, Neny menyimpulkan bila sebenarnya keinginan bunuh diri dapat dicegah dengan beberapa cara. Seperti meningkatkan awareness masalah kesehatan mental, meningkatkan kepedulian, dengan adanya layanan help center (pusat layanan bantuan).




(det/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads