Lika-liku Yuli Pernah Nyaris Putus Sekolah & Jadi OB, Kini S3 di Inggris

ADVERTISEMENT

Lika-liku Yuli Pernah Nyaris Putus Sekolah & Jadi OB, Kini S3 di Inggris

Novia Aisyah - detikEdu
Rabu, 22 Feb 2023 11:30 WIB
Yuli Sutoto Nugroho
Foto: Dok. Pribadi Yuli Sutoto Nugroho
Jakarta -

Kehidupan ini seperti roda yang berputar, kadang di bawah dan kadang di atas. Barangkali hal itu memang benar, setidaknya seperti yang dialami oleh Yuli Sutoto Nugroho.

Mahasiswa S3 Queen Mary University of London ini dahulu sempat nyaris putus sekolah saat SMA. Kuliah S1 pun gap year 5 tahun karena hambatan ekonomi.

Melalui Instagram reel, Yuli pernah membagikan sekelumit kisahnya hingga mencapai titik balik dalam hidupnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidak langsung kuliah due to my financial barrier, so aku merantau ke Tangerang sebagai cleaning services/OB di sebuah studio foto, but I was very happy being that," ujarnya, dikutip dengan izin (22/2/2023).

Percakapannya dengan detikEdu baru-baru ini menegaskan lebih banyak lagi perjalanan Yuli. Seperti apa kisahnya?

ADVERTISEMENT

Sempat Diminta Mundur saat SMA

Yuli mulai berprestasi sejak kelas 2 (XI) SMA. Namun, dia nyaris putus sekolah pada kelas 1 (X).

"Jadi dari SD sampai SMA kelas 1 masih merasa di zona nyaman, enggak pernah dapat ranking 1 di kelas," ujarnya, (21/2/2023).

Yuli mengaku baru dapat ranking 1 pada kelas 2 dan 3. Sekolah juga pernah mengirimkannya untuk mengikuti olimpiade matematika, meski bukan tingkat nasional.

Walaupun terbilang berprestasi, kehidupan sekolah Yuli pada saat SMA tidak mulus. Orang tua sempat memintanya mengundurkan diri dari sekolah karena kondisi ekonomi yang kurang baik.

"Saya berasal dari keluarga broken home. Waktu kelas 1 SMA, ekonomi lagi kurang baik, istilahnya bisa buat makan saja sudah syukur. Sehingga diminta orang tua buat mengundurkan diri dari sekolah, syukur-syukur bisa kerja aja," jelasnya.

Setelah kejadian itu, Yuli pun tidak masuk sekolah sekitar satu minggu hingga akhirnya guru bimbingan konseling memanggil orang tuanya. Sepulang dari sana, dia meminta izin kepada orang tua agar diizinkan masuk sekolah lagi.

Ditawari S1 Oleh Bos

Lulus SMA, Yuli tak lantas dapat melanjutkan kuliah. Dia merantau ke Tangerang untuk bekerja sebagai cleaning service/OB. Empat tahun dia lewati bekerja di sebuah studio foto.

Yuli kemudian mengikuti seleksi di sebuah perusahaan multinasional. Momen inilah yang menjadi perjalanan baru dalam hidup Yuli.

Bos di perusahaan tersebut justru memintanya bekerja di rumah pribadi, dengan iming-iming akan dikuliahkan. Padahal, keduanya belum pernah saling mengenal.

"Buat saya itu seperti ketiban durian runtuh atau cerita-cerita di sinetron yang saya kira enggak ada di dunia nyata. Then I said yes to work there karena saya sangat suka sekolah," ungkapnya dalam akun pribadi.

Pada 2011, Yuli akhirnya diterima di jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Jurusan ini pun, si bos yang memilihkan.

"Oya, itu mungkin kesempatan terakhirku kuliah di PTN (perguruan tinggi negeri) karena cuma ada jalur mandiri yang bisa terima lulusan SMA yang udah gap 5 tahun," lanjutnya.

Meski begitu, kerja dengan jam reguler sambil kuliah rupanya membuat hasil yang kurang sesuai harapan. Yuli sempat berpikir untuk berhenti kuliah karena juga bingung bagaimana membiayai kuliah apabila tidak bekerja.

Beruntung, seorang teman menawarinya tinggal di asrama secara gratis. "Hanya iuran makan bulanan yang enggak sampai Rp 200 ribu," kata dia.

Yuli pun pindah ke asrama tersebut dan mencari pekerjaan lain yang memungkinkannya kerja sambil kuliah. Dia diterima mengajar di sebuah bimbingan belajar.

Pada 2014, Yuli terpilih sebagai Mahasiswa Berprestasi UNJ. Dia selanjutnya lulus tahun berikutnya.

S2 dan S3 Beasiswa

Keinginan Yuli untuk melanjutkan studi belum berhenti. Pada akhir 2015, dia mendaftar beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan diterima.

"Singkat cerita, 2016 saya mulai kuliah dan lulus 2018. Alhamdulillah tidak ada cerita berdarah-darah tentang finansial di sini karena LPDP sudah meng-cover semuanya," kata dia.

Apa yang Membuat Diri Terpacu?

Dosen Universitas Negeri Surabaya ini mengatakan, sebetulnya dia tidak memiliki rencana untuk sekolah setinggi apa. "Hanya let it flow aja," ujarnya.

Yuli mengaku tidak ada orang atau sesuatu yang menginspirasinya, tetapi lebih ke mengambil peluang yang ada di depan mata dan memaksimalkan kesempatan itu.

"Bisa S1 juga karena kebetulan ada orang yang mau nguliahin. Kuliah S2 karena kebetulan ada info beasiswa LPDP dan merasa sayang aja kalau enggak coba daftar. Nah untuk S3 ini memang yang bener2 dipersiapkan, karna S3 di luar negeri prosesnya panjang," paparnya.

Meski demikian, Yuli mengaku senior dan teman-temannya memberikan motivasi untuk kuliah di luar negeri. "Dulu pas S1 ada senior di organisasi yang mau berangkat kuliah ke Arab Saudi, saya termotivasi. Lalu pas S2 pakai LPDP temen-temennya banyak yang kampus tujuannya luar negeri, sehingga semakin terpacu," ungkapnya.

Pesan untuk Siswa yang Kurang Beruntung

Datang dari keluarga broken home, Yuli berpesan kepada para siswa yang mengalami situasi kurang beruntung di luar sana untuk tidak menyerah.

"Kalau misal kita tidak bisa menjadi orang yang cukup dukungan dana dari keluarga, setidaknya kita bisa menjadi anak yang rajin raih prestasi agar dapat dukungan dana dari pemerintah atau sumber lainnya yang tak disangka-sangka. Seperti ketika saya ketemu mantan bos yang belum kenal sebelumnya tapi mau bantu nguliahin," pesan pria asal Batang, Jawa Tengah itu.




(nah/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads